Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjauhi Jurang Resesi Ekonomi

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga jauh dari kecemasan sejumlah lembaga keuangan internasional, terhadap ancaman resesi ekonomi global di tengah lonjakan inflasi global.

Bagaimana ekonomi Indonesia dapat mencatat pertumbuhan ekonomi impresif di atas ekspektasi tersebut? Apa resep pemerintah sehingga ekonomi Indonesia menjauhi jurang resesi?

Badan Pusat Statistik mencatat beberapa faktor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pelonggaran aktivitas seiring penurunan kasus positif harian COVID-19 turut berkontribusi dalam mendongkrak tingkat konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional sebesar 51,47 persen.

Pertumbuhan tingkat konsumsi ini juga didukung oleh momen hari besar keagamaan Idul Fitri pada Mei lalu.

Faktor lain juga dicatat oleh Badan Pusat Statistik sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kinerja ekspor terus melesat mencapai 19,74 persen.

Kinerja ekspor ini moncer karena lonjakan harga sejumlah komoditas unggulan, seperti batu bara, nikel, dan sawit.

Gangguan rantai pasok dunia berdampak pada kenaikan harga komoditas-komoditas unggulan Indonesia tersebut sehingga memberikan keuntungan tersendiri bak durian runtuh terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Langkah pemerintah menambah subsidi energi dan memberikan bantuan sosial juga menjadi faktor lain memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022.

Sebagaimana diketahui, melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, pemerintah telah menambah anggaran subsidi energi Rp 208,9 triliun.

Pemerintah juga memberikan kompensasi kepada Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara sebesar Rp 293,5 triliun karena telah menahan harga dalam dua tahun terakhir. Total anggaran subsidi energi mencapai Rp 502 triliun.

Subsidi energi membuat inflasi Indonesia lebih terkendali dibandingkan negara-negara lain. Tingkat inflasi pada Juli tercatat sebesar 4,94 persen, jauh di bawah Amerika Serikat 9,1 persen, Inggris 8,2 persen, Korea Selatan 6,1 persen, dan Uni Eropa 9,6 persen.

Capaian impresif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 juga menepis pesimisme dan sinisme sejumlah pihak di dalam negeri terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Bahkan, pada titik tertentu mereka membandingkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dengan krisis ekonomi tengah terjadi di Sri Lanka.

Krisis hebat dialami Sri Lanka memunculkan analisis sejumlah pihak dengan mengatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, di mana juga memiliki jumlah utang luar negeri tinggi, akan membuat RI mengalami krisis seperti di Sri Lanka.

Merujuk data Kementerian Keuangan Republik Indonesia hingga 31 Mei 2022, posisi utang mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88 persen.

Realisasi utang itu naik 9,1 persen dibandingkan realisasi posisi utang utang pada Mei 2021 sebesar Rp 6.418,5 triliun.

Inilah pangkal kemunculan dari analisis perbandingan kondisi Indonesia saat ini dengan krisis tengah dialami oleh Sri Lanka.

Sebagai sebuah analisa tentu saja itu sah untuk dilontarkan oleh siapa pun. Namun, apakah krisis Sri Lanka akan juga dialami oleh Indonesia karena semata-mata didasarkan pada kondisi nilai utang luar negeri Indonesia?

Harus dilihat bagaimana kondisi pertumbuhan ekonomi sebuah negara untuk menilai apakah negara tersebut akan gagal dalam utang luar negeri atau tidak.

Selama negara tersebut masih memiliki pertumbuhan ekonomi positif dan utang luar negeri terus diusahakan turun, besar kemungkinan negara itu akan mampu bertahan lolos dari jeratan utang dan ketidakpastian ekonomi di masa depan.

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesiaa saat ini sebagaimana capaian pada kuartal II 2022 tersebut menegaskan tren tumbuh di atas lima persen secara beruntun selama tiga kuartal terakhir.

Sebelum ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 sebesar 5,1 persen. Tren positif ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah kembali pada jalur semula seperti sebelum dihantam pandemi COVID-19.

Lalu bagaimana utang luar negeri Indonesia? Merujuk data Kementerian Keuangan Republik Indonesia hingga 31 Mei 2022, utang Indonesia mencapai Rp 7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88 persen.

Realisasi utang itu naik 9,1 persen dibandingkan realisasi posisi utang pada Mei 2021 sebesar Rp 6.418,5 triliun.

Adapun bila dibandingkan dengan posisi utang pada April 2022, turun 0,54 persen dimana saat itu mencapai Rp 7.040,32 triliun.

Selain itu, harus dipahami juga posisi rasio utang terhadap produk domestik bruto 38,88 persen berada dalam kategori aman.

Kondisi itu sangat jauh apabila dibandingkan dengan Sri Lanka dimana rasio utang terhadap produk domestik bruto lebih dari 100 persen. Perbandingan itu bagaikan bumi dan dan langit.

Apabila dibedah lebih jauh sebagian besar utang Indonesia berupa surat berharga negara berdenominasi rupiah.

Merujuk data Kementerian Keuangan Republik Indonesia, komposisi utang hingga 31 Mei 2022 berasal dari penarikan Surat Berharga Negara sebesar Rp 6.175,83 triliun atau mencapai 88,20 persen.

Dalam bentuk rupiah domestik sebesar Rp 4.934,56 triliun di mana berasal dari penerbitan Surat Utang Negara sebesar Rp 4.055,03 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara Rp 879,53 triliun.

Kemudian komposisi utang Indonesia berasal dari pinjaman senilai Rp 826,41 triliun atau mencapai 11,8 persen.

Ini terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 14,74 triliun dan utang berasal pinjaman luar negeri sebesar Rp 811,67 triliun.

Adapun utang luar negeri terdiri dari pinjaman bilateral Rp 280,32 triliun, pinjaman multilateral Rp 488,62 triliun, commercial banks Rp 42,72 triliun. Jadi, komposisi pinjaman luar negeri didominasi oleh pinjaman multilateral.

Lagi-lagi kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Sri Lanka di mana hampir semua utang negara tersebut berasal dalam skema bilateral.

Memang persoalan utang sangat seksi untuk dijadikan isu komoditas politik. Hal itu lantaran sebagai besar dari kita sekadar peduli pada besar jumlah utang, tidak meneliti lebih jauh komposisi utang tersebut terdiri dari apa saja, untuk apa utang itu, dan apakah aman atau tidak secara rasio terhadap produk domestik bruto.

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini di mana tengah mengarah pada pemulihan menuju kondisi sebelum pandemi COVID-19 perlahan-lahan mulai dirasakan dan diapresiasi oleh publik.

Merujuk temuan hasil survei Indikator Politik Indonesia periode 9 - 11 Juli 2022, sebagian besar responden (39,2 persen) menilai kondisi ekonomi nasional saat ini lebih baik atau jauh lebih baik dibandingkan kondisi ekonomi tahun lalu.

Adapun responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini lebih buruk atau jauh lebih buruk dibandingkan kondisi ekonomi tahun lalu sebesar 26,9 persen.

Sedangkan 31,4 persen responden mengatakan tidak ada perubahan dan 2,5 persen responden lain tidak tahu/tidak jawab.

Dengan melihat pencapaian impresif pertumbuhan ekomoni pada kuartal II 2022 serta rasio utang terhadap produk domestik bruto, tidak berlebihan untuk mengatakan Indonesia kian menjauh dari jurang resesi ekonomi.

Tidak ada alasan bagi bangsa ini untuk tidak optimis menatap ke depan. Optimisme bersama harus senantiasa dijaga dengan tetap mengedepankan kewaspadaan.

https://money.kompas.com/read/2022/08/10/083828326/menjauhi-jurang-resesi-ekonomi

Terkini Lainnya

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Whats New
Kopi Tuku Buka Kedai 'Pop-up' Pertamanya di Korsel

Kopi Tuku Buka Kedai "Pop-up" Pertamanya di Korsel

Whats New
PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

Whats New
Dollar AS Menguat, Perusahaan Berorientasi Ekspor Merasa Diuntungkan

Dollar AS Menguat, Perusahaan Berorientasi Ekspor Merasa Diuntungkan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke