Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Adopsi Komputasi Awan Penting untuk Transformasi Digital Perusahaan di Indonesia?

Tak heran jika pada periode pandemi, selama 2020-2022, banyak perusahaan dan pelaku usaha kecil menengah kemudian "beralih" menggunakan kanal digital untuk tetap menjangkau karyawan, pelanggan hingga kliennya.

Di sisi lain, startup atau perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia juga terus bertumbuh.

Hal-hal itulah yang menyebabkan "demand" untuk belanja teknologi informasi (IT) di Indonesia jadi tinggi. Termasuk di dalamnya, adopsi atau penggunakan cloud computing, atau komputasi awan.

Apa pentingnya cloud computing atau komputasi awan bagi perusahaan di Indonesia? Berikut paparan dari Country Director Searce Indonesia Benedikta Satya. Searce sendiri merupakan perusahaan konsultasi IT yang mendorong edukasi penggunaan solusi cloud, bermitra dengan Google Cloud dan AWS.

Pentingnya adopsi cloud bagi perusahaan

Menurut Bene, panggilan akrab Benedikta, behaviour pelaku usaha berubah semenjak pandemi, yakni banyak melakukan kegiatan bersifat remote office. Orang-orang mulai kreatif dan melihat peluang bisnis apa yang bisa mereka lakukan dari rumah.

Di Indonesia sendiri, teknologi yang ada sudah cukup maju. Namun pelaku bisnis tetap harus mempertimbangkan adopsi atau penggunaan cloud computing atau komputasi awan. Sebab, teknologi ini mampu mempercepat pelaku usaha mempersiapkan bisnisnya.

Komputasi awan sendiri secara sederhana, merupakan kumpulan server sebagai penyimpanan data, serta pusat data, yang saling terhubung di seluruh dunia. Dengan adanya sistem ini, seseorang bisa "menyewa" infastruktur IT sesuai kebutuhan, tanpa harus membeli perangkatnya, seperti server, memori, jaringan, pemeliharaan keamanan data, perangkat lunak dan sebagainya).

"Dulu orang mau bikin perusahaan, mereka harus beli dulu servernya, taruh data di sana. Orang harus kumpulin data dulu karena mereka butuh mengkoleksi data secara manual. Nah dengan adanya solusi cloud, seperti search engine saat ini, orang bisa beli cloud untuk memasok data yang dibutuhkan," papar Bene kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Dengan menggunakan solusi cloud, maka persiapan membangun bisnis bisa dilakukan secara cepat, lebih murah tanpa modal besar, juga lebih mudah.

"Kenapa lebih murah? karena cloud bentuknya fleksibel. Misal, pelaku usaha e-commerce, mereka selalu punya program kampanye (promo belanja) double date (tanggal cantik setiap bulan). Nah, gimana caranya mereka punya "ruang simpan data" yang cukup saat kampanye belanja itu dilakukan?"

"Kalau dulu mereka (pelaku e-commerce) harus sediakan server yang cukup, maka dengan solusi cloud mereka pakai server biasa saja. Pas double date tinggal mereka naikkan konsumsi (ruang simpan data)nya. Saat program kelar mereka balik lagi."

"Sehingga cost mereka jadi lebih rendah, dibanding mereka investasi server hanya untuk saat puncak pemakaian data. Sehingga estimasi biaya pun jadi lebih gampang diprediksi. Dengan demikian, orang jadi enggak takut untuk bikin bisnis karena modal mereka dari sisi teknologi kecil, atau bahkan enggak ada," papar Bene, yang bergabung ke Searce sejak 2020 silam.

Adopsi cloud mempercepat dan mempermudah bisnis, terutama di perusahaan tradisional yang mengembangkan kanal digital. Hal ini tidak mudah lantaran mindset perusahaan tradisional adalah memiliki aset, padahal dengan cloud hanya tinggal menyewanya.

Oleh sebab itu Searce melakukan pemahaman, kepada perusahaan tradisional, yakni bagaimana cloud bisa meningkatkan performa bisnis mereka.

"Kalau dulu untuk digitalisasi, perusahaan harus pesan server untuk keperluan launching produk baru. Order server aja 2-3 bulan, belum konfigurasi dan sebagainya, sementara kompetitor bisa rilis produk baru duluan karena mereka dengan cloud tinggal one click away," ujar Bene yang mengawali kariernya sebagai marketing di Metrodata pada 2010.

"Justru, adopsi cloud meningkatkan nilai startup di mata investor, bukannya membebani keuangan startup. Sebab investor melihat si startup enggak punya capital investment yang besar dari sisi teknologi yang harus mereka balikin dulu modalnya," kata Bene.

Selain itu, solusi cloud malah jadi gerbang bagi startup untuk terus mengadopsi teknologi terbaru sebab teknologi cloud sendiri terus berkembang. Si pengguna cloud tak perlu bersusah payah untuk memiliki teknologi terbaru, sebab si penyedia solusi cloud atau cloud provider sudah pasti akan menyediakan teknologi terbaru dalam solusi yang dipasarkannya.

"Justru beberapa klien Searce mengatakan, mengapa mereka memilih cloud, agar investor tak melihat mereka punya tanggungjawab kapital dalam bentuk aset (IT) yang besar. Karena aset itu kan harus mereka maintan terus dan jadi expense (pengeluaran). Kalau pakai cloud kan enggak perlu, mereka tiba-tiba bangkrut ya tinggal unsubscribe account cloudnya, beres, tidak ada tanggungjawab apa-apa lagi," lanjut Bene, jebolan S-1 Marketing President University ini.

Pentingnya adopsi cloud untuk keamanan data

Keuntungan lain mengadopsi cloud bagi perusahaan adalah keamanan data. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau financial institution, hal penting bukan hanya keamanan data tapi juga data residensi, atau data tersebut harus ada di Indonesia, terutama data customer dan lainnya.

Bahkan untuk data residensi ini, Google dan Amazon sudah punya pusat data (data center) di Indonesia. Untuk memfasilitasi kebutuhan customer-nya di Indonesia, terutama financial institution, agar mereka bisa taruh data di dalam negara Indonesia.

"Dari sisi data security, kenapa data lebih aman ditaruh di cloud daripada di server sendiri? karena ketika taruh data di server sendiri, perusahaan itu harus punya antivirus, firewall dan sebagainya untuk proteksi. Tapi jika taruh data di cloud, proteksi itu sudah termasuk dalam solusi yang ditawarkan," kata Bene. 

Selain itu, ada Service Level Agreement (SLE), misal jika Google atau Amazon enggak bisa mencapai apa yang mereka janjikan dalam layanan cloud dan keamanan datanya, mereka harus bayar penalti ke customer. Sehingga komitmen keduanya jadi tinggi dan customer pun jadi merasa lebih aman.

"Kami aware, orang Indonesia pikirannya pasti ke situ, aman enggak ini, kalau cloud asumsinya semua orang bisa akses data saya? dan sebagainya. Padahal sebenarnya enggak begitu, sebab butuh credencial untuk masuk ke layanan cloud. Jadi kalau sampai ada data bocor, maka SLE berlaku, customer bisa klaim balik," ujar Bene.

Sekilas Searce

Sebagai informasi, Searce hadir di Indonesia sejak 2020. Pada 2021, Searce menempatkan Benedikta Satya sebagai Country Director untuk mengantisipasi pertumbuhan adopsi cloud yang pesat, serta persaingan bisnis cloud yang ketat di Tanah Air.

Sebelumnya, Searce Inc, perusahaan konsultasi teknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), hadir di Asia Tenggara melalui Singapura, sebelum kemudian membuka bisnis di Indonesia dan Malaysia. Searce secara global berada di 13 lokasi di 8 negara. Searce saat ini bermitra dengan Google Cloud dan Amazon (AWS). 

Searce di Indonesia saat ini sudah memiliki 60 klien, dari startup, unicorn hingga perusahaan besar. 

Untuk melayani customer-nya di seluruh dunia, Searce memiliki 800 engineer. Untuk Indonesia sendiri, saat ini ada dua engineer yang melayani 60 klien, dan akan bertambah jadi 7 seiring target perusahaan menambah jumlah klien jadi 100 tahun ini.

https://money.kompas.com/read/2022/08/17/220642526/mengapa-adopsi-komputasi-awan-penting-untuk-transformasi-digital-perusahaan-di

Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke