Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Realisasi Investasi sebagai Akselerator Pertumbuhan Ekonomi

Pertanda tersebut salah satunya dapat dibaca dari rilis Kemeterian Keuangan mengenai rencana penjualan sukuk ritel SR017 yang mulai ditawarkan pada 19 Agustus 2022 dengan tingkat kupon fixed rate sebesar 5,90 persen. Tingkat kupon tersebut sudah lebih tinggi sekitar 1 persen dibandingkan dengan tingkat kupon dua seri obligasi ritel yang ditawarkan pemerintah pada Januari dan Februari 2022.

Selain itu bank sentral di berbagai negara telah terlebih dahulu menaikkan tingkat suku bunganya sebagai respons dari aksi agresif The Fed yang telah menaikkan tingkat suku bunga dari level 0,25 persen pada Februari 2022 sampai mencapai level 2,25 - 2,5 persen pada Juli 2022. Hal ini sedikit banyak tentunya di satu sisi memberikan tekanan terhadap valuasi mata uang rupiah.

Dari beberapa fenomena tersebut, maka kenaikan tingkat suku bunga BI7DRR adalah sebuah keniscayaan. Kalau tidak terjadi bulan ini, bisa terjadi bulan depan, atau kapan pun pada momentum yang dirasa tepat oleh Bank Indonesia dan pemerintah, saat trade off antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi dirasa telah mencapai titik optimalnya.

Pada periode ekonomi yang relatif stabil di sepanjang tahun 2019 ,sebelum masa pandemi Covid-19, tingkat BI7DRR berada pada rentang level 5-6 persen. Tingkat suku bunga BI7DRR kemudian terus mengalami penurunan sampai mencapai level terendah sebesar 3,5 persen pada Februari 2021 sampai saat ini.

Tingkat suku bunga BI7DRR yang telah dipertahankan 19 bulan berturut-turut pada level terendah dapat dipahami sebagai ikhitar pemerintah untuk memacu pertumbuhan dan pemulihan ekonomi. Ikhtiar tersebut sepertinya membuahkan hasil, pemulihan ekonomi di Indonesia terus mengalami tren positif. Sampai pada paruh kedua tahun 2022 ini, pertumbuhan ekonomi terus mencatatkan pertumbuhan positif.

Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2022 tercatat tumbuh 5,01 persen, dan terus tumbuh sampai pada level 5,44 persen pada kuartal II. Maka tentu kita harus bersyukur bahwa Indonesia masih jauh dari resesi.

Capaian pertumbuhan dan pemulihan ekonomi yang positif tersebut tidak dapat dipungkiri salah satunya didorong oleh peningkatan realisasi investasi yang terus tumbuh. Kementerian Investasi bahkan mencatat bahwa realiasi investasi pada kuartal II tahun 2022 mencapai rekor terbesar selama sepuluh tahun terakhir, yaitu sebesar Rp 302,2 triliun.

Realisasi investasi tersebut berasal dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 163,2 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 139 triliun. Capaian realisasi investasi pada kuartal II tahun 2022 tersebut, diklaim oleh Kementerian Investasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 320.534 orang.

Realisasi investasi tidak dapat dipungkiri telah berperan sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi yang mempercepat perputaran roda perekonomian. Dalam jangka panjang investasi berdampak positif pada peningkatan produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan nasional.

Jika tingkat realisasi investasi naik, maka PDB juga akan naik. Demikian juga realisasi investasi akan secara langsung memiliki dampak dalam penciptaan lapangan kerja. Tentunya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai adalah pertumbuhan ekonomi berkualitas yang mampu meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja seoptimal mungkin.

Terkait proporsi realisasi investasi pada kuartal II tahun 2022 yang sebesar 56 persen masih bersumber dari penanaman modal asing (PMA), semestinya dapat dimaknai dan dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai kesempatan melakukan transfer knowledge atau alih teknologi. Proses penambahan nilai ekonomi pada akhirnya harus semaksimal mungkin dilakukan di dalam negeri dan dilakukan oleh tenaga kerja lokal.

Rekor pencapaian realisasi investasi pada kuartal II tahun 2022 ini tentu harus diakui tidak terlepas dari iklim investasi yang kondusif. Dalam hal ini, tentu kita perlu memberikan apresiasi atas keseriusan serta konsistensi pemerintah dalam membangun iklim investasi yang kondusif dan berkelanjutan, yang salah satunya dilakukan melalui pembangunan infrastruktur.

Menjaga momentum melalui investasi infrastruktur

Dalam pidato RAPBN 2023 dan Nota Keuangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung target percepatan pembangunan infrastruktur, salah satunya melalui strategi perpaduan anggaran dengan bauran skema pendanaan melalui Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Investasi untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia sejatinya masih memiliki sejumlah tantangan, khususnya pada aspek komersial.

Mekanisme pembiayaan yang ada, terkadang masih membuat sektor privat enggan untuk terlibat. Padahal pembangunan infrastruktur membutuhkan pembiayaan yang jumlahnya tidak sedikit dan membutuhkan dukungan investasi dari berbagai pihak.

Skema KPBU yang fleksibel dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian diharapkan dapat menjadi solusi pembiayaan bagi percepatan pembangunan infrastruktur yang strategis dan produktif. Pembangunan infrastruktur yang produktif tentu akan memiliki efek yang berkelanjutan untuk mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif.

Selain skema KPBU, kebijakan pembiayaan inovatif lainnya untuk percepatan pembangunan infrastruktur yang produktif juga dapat dilakukan melalui skema pembiayaan lewat institusi yang dimiliki oleh pemerintah, baik itu melalui BUMN, badan layanan usaha (BLU), special mission vehicle (SMV) maupun Indonesia Investment Authority (INA) yang dibentuk sebagai sovereign wealth fund (SWF).

Hal yang menarik untuk dicermati secara khusus adalah skema pembiayaan atau investasi melalui INA. Hal ini mengingat posisi INA sebagai lembaga sui generis yang profesional dan lebih fleksibel. INA didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai investasi yang dikelola dalam jangka panjang untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan.

Sasaran investasi INA adalah pada aset domestik di sektor–sektor prioritas yang memiliki dampak sosial ekonomi yang tinggi. Kehadiran INA tentu diharapkan akan dapat mengakselerasi pertumbuhan investasi infrastruktur di Indonesia.

INA pada April 2022 telah resmi menyalurkan investasi perdananya dalam pembangunan infrastruktur untuk proyek tol trans Sumatera dan Jawa. Presiden Jokowi pada seremoni penandatanganan kerjasama investasi tersebut mengharapkan INA dapat terus menarik investor untuk mengumpulkan dana pembangunan guna membiayai proyek – proyek infrastruktur yang memiliki dampak ekonomi.

Maka akan menarik untuk kita nantikan skema–skema pembiayaan inovatif lainnya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur melalui INA. Investasi pada sektor infrastruktur sejatinya diyakini memiliki multiplier effect untuk perekonomian kita. Peningkatan investasi melalui pembangunan infrastruktur yang produktif dan berkualitas dapat turut mendorong peningkatan output ekonomi, kesempatan kerja, ekspor, pajak dan penerimaan negara.

Tentunya penentuan sasaran infrastruktur dan skema investasi harus dilakukan dengan prinsip efisiensi dan efekftifitas, sehingga investasi yang dilakukan benar–benar tepat guna dan dapat memberikan efek ganda yang dapat menggerakkan roda perekonomian secara optimal. Infrastruktur yang harus menjadi prioritas investasi adalah infrastruktur yang benar–benar produktif yang mampu mengubah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi yang riil, bukan hanya sekedar infrastruktur yang bersifat nice to have.

Investasi pada sektor infrastruktur dan program percepatan pembangunan infrastruktur yang strategis dan produktif merupakan upaya yang secara realistis saat ini harus kita mulai dan terus lakukan untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan roda perekonomian.

Tentu kita masih terus optimis bahwa dalam jangka panjang, suatu saat kita akan dapat mecapai steady-state growth atau pertumbuhan ekonomi yang stabil dan mantap. Hal tersebut tentu juga tidak akan mungkin dapat dicapai tanpa dukungan dari kualitas infrastruktur yang mumpuni.

Maka dengan investasi dan program percepatan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan ini, sejatinya kita masih terus bisa optimis, walaupun tetap harus realistis.

https://money.kompas.com/read/2022/08/22/140637626/realisasi-investasi-sebagai-akselerator-pertumbuhan-ekonomi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke