Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sulit Punya Rumah, Milenial Terancam Tinggal di Rumah Orangtua Usai Menikah

Harga rumah tapak di DKI Jakarta kini sudah tidak dapat terjangkau dengan gaji UMR. Saat ini saja, harga rumah tapak di luar Jakarta sudah cukup tinggi, seperti di Parung Panjang, Bogor harganya di kisaran Rp 350-Rp 470 juta.

Bisa saja milenial mendapatkan harga yang lebih murah dari itu, namun harus menggeser pilihan lokasi rumahnya lebih jauh lagi dari Jakarta.

Padahal dari Parung Panjang ke tempat kerja di Jakarta membutuhkan waktu sekitar 45 menit naik KRL. Sehingga harus diperhitungkan juga biaya dan waktu tempuh dari rumah ke stasiun dan dari stasiun ke kantor.

Inilah yang membuat generasi milenial harus cermat mencari rumah yang tidak hanya sesuai dengan budgetnya tetapi juga lokasi yang strategis agar mudah untuk mobilitas sehari-hari.

Memilih bank untuk memfasilitasi KPR juga harus dipelajari dengan baik lantaran tiap bank menawarkan berbagai macam bunga dan tenor KPR.

Ditambah saat ini ada beberapa faktor yang membuat generasi milenial makin sulit memiliki rumah. Hal ini seperti dikatakan oleh Ekonom Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira.

"Milenial terancam jadi gelandangan atau terpaksa tinggal di rumah orang tua meski sudah menikah," ujar Bhima kepada Kompas, dikutip Selasa (30/8/2022).

Bhima menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu membuat perbankan akan segera menaikkan suku bunga kreditnya termasuk KPR.

Kenaikan suku bunga kredit ini pasti akan dilakukan perbankan karena bank membutuhkan pendapatan lebih untuk menutup beban cost of fund dari kenaikan suku bunga deposito.

"Milenial semakin sulit menjangkau KPR karena suku bunga kredit akan secara cepat disesuaikan," kata dia.

Kemudian, generasi milenial juga harus menanggung biaya hidup yang lebih tinggi karena kini harga komoditas pangan dan energi seperti BBM dan LPG berangsur naik.

Dengan biaya hidup yang makin tinggi, upah mereka tidak naik signifikan untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup tersebut.

"Upah minimum hanya naik 1 persen sementara biaya hidup naik dan biaya pembelian rumah plus bunga floating rate naiknya signifikan," tukasnya.


Hal serupa juga pernah dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menurut Sri Mulyani, meningkatnya inflasi akan membuat semakin sulitnya masyarakat membeli rumah. Lantaran, tingginya inflasi akan direspons bank sentral dengan menaikkan suku bunga, yang berimplikasi pada kenaikan biaya kredit.

Ketika BI menaikkan suku bunga acuan seiring naiknya inflasi, maka suku bunga kredit turut naik, termasuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan membuat biaya membeli rumah semakin mahal.

"Jadi untuk membeli rumah 15 tahun mencicil di awal yang berat suku bunganya dulu, principal-nya di belakang. Itu biasanya karena dengan harga rumah tersebut dan interest rate sekarang harus diwaspadai karena cenderung naik dengan inflasi tinggi," ujarnya dalam acara Road to G20: Securitization Summit 2022 di Jakarta, Rabu (6/7/2022).

Sri Mulyani mengatakan, kondisi itu dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin sulit membeli rumah karena semakin melebarnya gap antara daya beli dan harga rumah.

"Maka masyarakat akan makin sulit untuk membeli rumah," imbuh dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, saat ini ekonomi global memang tengah menghadapi lonjakan inflasi, yang utamanya dipicu inflasi pangan. Lonjakan inflasi terjadi seiring dengan naiknya harga komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina.

Sejumlah negara sudah mengalami kenaikan inflasi yang tinggi bahkan berisiko memunculkan stagflasi. Seperti Amerika Serikat inflasi per Juni 2022 tercatat sebesar 8,6 persen, Italia 8 persen, Jerman 7,6 persen, dan Singapura 5,6 persen.

Indonesia sendiri mencatatkan inflasi sebesar 0,61 persen (month to month/mtm) pada Juni 2022, naik dibandingkan inflasi pada Mei 2022 yang tercatat sebesar 0,4 persen. Sementara secara tahunan (year on year/yoy) inflasi Juni 2022 tercatat 4,35 persen, atau yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Ia bilang, meski dalam tiga tahun terakhir ketahanan pangan nasional terjaga dengan kemampuan memproduksi beras dan sejumlah komoditas dari dalam negeri, namun pemerintah tetap mewaspadai gejolak inflasi global yang saat ini terjadi.

"Jadi ini enggak berarti terlena, karena ada tantangan dan tekanan inflasi pangan yang tetap harus diwaspadai," kata Sri Mulyani.

https://money.kompas.com/read/2022/08/30/104926826/sulit-punya-rumah-milenial-terancam-tinggal-di-rumah-orangtua-usai-menikah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke