Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Pesatnya perkembangan teknologi membuat bisnis juga turut berinovasi. Salah satunya adalah personal branding yang menjadi identitas pemilik bisnis hingga para pemengaruh.
Personal branding berguna untuk membedakan identitas diri antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, kemampuan inilah yang bisa meningkatkan nilai jual karena bisa menonjolkan keunikan diri.
Hal ini dijelaskan pula oleh Daniel Hermansyah, Founder Kopi Chuseyo, dalam siniar Obsesif musim keenam bertajuk “Personal Branding means Living in The Brand”.
Menurutnya, personal branding itu, “Bagaimana menampilkan diri kita keluar. Kalo ngomongin bisnis kan gimana biar bisa beda dengan kompetitor. Secara, as person, itu sama.”
Pria itu pun melanjutkan bahwa personal branding telah mengalami perubahan yang cukup signifikan, “Dulu mungkin gak penting kamu bos ini, tapi dengan adanya sosmed sekarang, jadi penting kamu bosnya siapa.”
Bereksplorasi dalam Menciptakan Personal Branding
Sebelum memiliki personal branding, Daniel mengaku harus terus bereksplorasi. “Personal branding aku itu waktu aku tampil, presentasi. Lagi pitching ke perusahaan a, b, c wujudnya sebagai consultant branding itu seperti apa.”
Awalnya, Daniel sering kali mengenakan setelan formal karena pekerjaan yang mengharuskannya bertemu dengan banyak klien. Namun, setelah masa transisi menjadi pemilik Kopi Chuseyo, ia pun mulai mengubahnya secara perlahan.
Daniel mengaku kalau ia sudah lama tertarik dengan K-Pop. Melihat antusiasme masyarakat Indonesia yang semakin melonjak, ia pun memanfaatkan momentum itu.
“Sampe akhirnya ngomongin K-Pop nih, mulai bergaung dan jadinya personal. Semuanya jadi berubah. Jadi yang terpenting kita cari niche-nya dulu, baru mau muncul jadi apa. Ketika ngelihat engagement-nya mulai naik berarti kena, nih, audiensnya,” pungkasnya.
Pria itu bahkan pernah ditegur oleh senior bisnis karena personal branding yang kurang konsisten. Daniel bercerita bahwa senior itu heran karena ia masih mengenakan kemeja rapi.
“You’re selling a K-Pop coffee shop, kan? Tapi wujud kamu seperti banker. You don’t look like a K-Pop fan,” ungkap Daniel sembari tertawa.
Tingkatkan Bisnis dengan Personal Branding
Sebagai founder, Daniel juga bertanggung jawab terhadap keberlangsungan Kopi Chuseyo. Suatu ketika, ia sadar bahwa daya tarik produknya sangat kurang. Daniel pun langsung menyusun strategi bersama timnya.
“Ada masa yang engagement-nya rendah banget. Dulu tuh susah banget. Kenapa? Karena ada beberapa faktor. We don’t our own storytelling. Feeds-nya kita juga mulai boring.”
Hingga akhirnya muncul unggahan bahwa Kopi Chuseyo memiliki brand ambassador baru yang sangat dinantikan banyak penggemar K-Pop. Namun, setelah diungkapkan, ternyata orang yang dinanti-nantikan itu adalah sang founder sendiri, “Padahal, itu aku sendiri. Hahaha.”
Menjaga Personal Branding agar Tetap Relevan
Sebagai founder, Daniel mengungkapkan ada beberapa cara yang bisa digunakan agar personal branding kita tetap relevan. Menurutnya, “Paling gampang sih stay up to date, sekarang yang lagi trennya apa.”
Pria itu pun melanjutkan, “Kalo aku angkat K-Pop group dulu yang aku suka, audiens gak bakal tahu. Makanya, aku sekarang harus terus belajar grup atau K-Drama baru yang lagi banyak disenengin.”
Padahal, Daniel mengaku, dulu, ia kurang antusias terhadap K-Drama. Akan tetapi, “Kalo yang namanya Hallyu Wave kita gak bisa pilih-pilih. Harus totalitas dan nyemplungin diri biar relevan. Nonton drama yang rame apa, kepoin boygroup dan girlgroup yang lagi rame apa.”
Itu sebabnya, Daniel terus belajar untuk menyukai sesuatu yang sebelumnya ia kurang minati. Menurutnya, seorang founder itu, “Harus living the brand, bukan cuma gimmick. Karena kalo cuma sok-sokan doang gitu, ya, entar gak lama juga ketahuan.”
Ia pun memberikan contoh nyata, “Misalnya, pengen bikin makanan kesehatan, tapi founder-nya sendiri gak pernah fitness. Itu gak nyambung.”
Justru, sebagai kepala dari suatu bisnis, kita harus menunjukkan, “Bahwa aku passionate di bidang itu,” tutur Daniel.
Kuatkan Personal Branding untuk Hadapi Ancaman
Daniel pun tak lepas dari kesalahan. Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin mengikuti tren dan terus berinovasi mengikuti audiens, ia kerap menemui komentar negatif.
Untuk menghadapinya, ia kerap meminta maaf dan mengakui jika ada kesalahan dalam unggahannya. “Jadi, ya, kuatkan hati kalo udah ketemu yang kayak gitu. Gak masalah kok.”
Karena, mau sesempurna apapun kita, pasti ada saja oknum yang tak suka. Itu sebabnya kita harus, “Kerjakan apapun 110 persen. Jangan setengah-setengah. Kalo udah nyemplung, kelarin dengan baik. Menurutku, mentalitas seperti itu yang buat kita jadi though,” tutupnya.
Dengarkan informasi lainnya seputar karier dan dunia kerja hanya melalui siniar Obsesif di Spotify. Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya.
Akses sekarang juga siniar Obsesif melalui tautan berikut https://dik.si/obsesifpodcast.
https://money.kompas.com/read/2022/09/06/104415726/ciptakan-personal-branding-agar-bisnis-trending