Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Mengapa Hitler Menolak Melunasi Utang Jerman ke Negara Sukutu?

KOMPAS.com - Nasib tragis Jerman yang kalah Perang Dunia I ditetapkan oleh para pemenang perang. Negara itu juga harus menanggung utang yang teramat berat.

Utang jumbo itu muncul dari Perjanjian Versailles di mana pihak Sekutu membebankan pembayaran reparasi (ganti rugi) yang besar.

Mengutip DW Indonesia, sebelum Perjanjian Versailles diteken, dalam perjanjian gencatan senjata di Compiegne tanggal 11 November 1918 Jerman diwajibkan membayar reparasi perang. Saat itu, Jerman diharuskan membayar 7.000 ton emas. 

Jumlah itu harus dibayar secara mengangsur dari tahun 1919 sampai 1921, sebuah persyaratan yang sangat memberatkan bagi Jerman. Akan tetapi isi Perjanjian Perdamaian Versailles membuat beban Jerman jauh lebih berat lagi.

Selain angsuran reparasi perang yang mesti dibayar, negara itu juga harus membayar biaya-biaya kerugian perang lain yang nilainya akan ditentukan belakangan.

Sementara dilansir dari BBC, dalam Perjanjian Versailles, secara keseluruhan, Jerman harus membayar semua kerugian perang dan reparasi sebesar 100.000 ton emas.

Perjanjian itu semua melucuti negara-negara (demilitersisasi) Blok Sentral (Jerman dan Austria-Hungaria, disusul oleh Turki Ottoman dan Bulgaria).

Belum sampai di situ saja, Perjanjian Versailles juga memaksa Jerman merelakan wilayahnya diserahkan ke negara-negara pemenang. Jerman harus menyerahkan wilayah Poznan, Prussia Barat, dan Silesia Tenggara ke Polandia. Lalu Eupen-Malmédy ke Belgia.

Alsace dan Lorraine yang direbut Jerman dari Prancis juga harus dikembalikan. Sementara seluruh wilayah jajahan Jerman di sebrang lautan juga tak luput dari bagi-bagi kue Sekutu.

Mengapa Jerman menolak melunasi utang?

Hingga pecah Perang Dunia II, Jerman sendiri diketahui tidak pernah mau melunasi utangnya. Jerman terakhir kali membayar utang sebesar 70 juta euro.

Dikutip dari BBC, Jerman menolak membayar semua utang itu karena Perjanjian Versailles dianggap sebagai penghinaan. Jumlah 100.000 ton emas yang harus dibayarkan Jerman dinilai sangat tidak masuk akal.

Sekutu, terutama didorong oleh Prancis, ingin memastikan Jerman tidak akan mampu berperang selama bertahun-tahun. Tapi rencana itu malah menjadi bumerang.

Di mana rakyat Jerman akhirnya menaruh kebencian terhadap Prancis yang kemudian dimanfaatkan Nazi dan Hitler untuk meraih simpati publik. Hitler sendiri adalah pemimpin Jerman yang sedari awal menyatakan tidak akan menerima Perjanjian Versailles.

"Jumlah (utang dalam Pernjanjian Versailles) itu disambut dengan ketidakpercayaan di Jerman," kata Felix Schulz, dosen Sejarah Eropa di Universitas Newcastle.

"Ini terkait gagasan bahwa isi perjanjian tidaklah adil. Dan pada kenyataannya saya yakin Jerman dengan sedikit uang saat itu mampu membayarnya. Itu yang menyebabkan partai-partai radikal bisa menang," tambahnya.

Setelah melihat Perjanjian Versailles dianggap sangat memberatkan, negara-negara Sekutu mencoba mengurangi utang untuk melunakan hati Jerman plus sejumlah keringanan.

Salah satunya Amerika Serikat (AS) yang menerbitkan Dawes Plan pada tahun 1924 dan Young Plan pada tahun 1929, di mana utang Jerman dikurangi sebesar 112 miliar mark emas, dan negara itu diberi pinjaman untuk mendorong ekonominya.

Namun hal itu berlangsung lama akibat krisis ekonomi dan kehancuran Wall Street tahun 1929, membuat ekonomi dunia sempat kacau balau. Imbasnya, Presiden AS Herbert Hoover memberlakukan moratorium keringanan utang Jerman selama satu tahun.

Beberapa tahun kemudian, melalui konferensi Lausanne 1932, pemerintah AS mencoba menghapuskan hampir semua utang perang Jerman, tetapi proposal itu gagal lolos Kongres AS.

Ketika Hitler berkuasa, praktis Jerman sudah menghentikan pembayaran utangnya. Meskipun negara itu sudah membayar sekitar seperdelapan dari total utangnya, Hitler menolak untuk membayar sampai lunas.

Hitler berkomitmen untuk tidak hanya tidak membayar, tetapi juga untuk membatalkan seluruh perjanjian. Karena perjanjian itu dianggap sebagai penghinaan.

https://money.kompas.com/read/2022/09/23/103053726/mengapa-hitler-menolak-melunasi-utang-jerman-ke-negara-sukutu

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Sri Mulyani Sebut Masih Ada Negara di ASEAN Tingkat Inklusi Keuangannya hanya 3 Persen

Sri Mulyani Sebut Masih Ada Negara di ASEAN Tingkat Inklusi Keuangannya hanya 3 Persen

Whats New
Ada Kecurigaan Uang Dugaan Korupsi di ESDM Mengalir ke Auditor BPK

Ada Kecurigaan Uang Dugaan Korupsi di ESDM Mengalir ke Auditor BPK

Whats New
Pemkot Palangkaraya Batasi Pembelian Pertalite, BPH Migas Apresiasi

Pemkot Palangkaraya Batasi Pembelian Pertalite, BPH Migas Apresiasi

Whats New
Satgas BLBI Berakhir Desember 2023, Realisasi Penagihan Utang Baru 25,83 Persen

Satgas BLBI Berakhir Desember 2023, Realisasi Penagihan Utang Baru 25,83 Persen

Whats New
Sindir Ditjen Pajak, Faisal Basri: Tak Tersentuh Kecuali oleh Tuhan

Sindir Ditjen Pajak, Faisal Basri: Tak Tersentuh Kecuali oleh Tuhan

Whats New
Ini Pemilik Ritz Carlton, Hotel Mewah yang Viral karena Pesta Ultah Anak Sekda

Ini Pemilik Ritz Carlton, Hotel Mewah yang Viral karena Pesta Ultah Anak Sekda

Whats New
Ini Progres Terbaru Jalan Tol Puncak yang Telan Biaya Rp 24,37 Triliun

Ini Progres Terbaru Jalan Tol Puncak yang Telan Biaya Rp 24,37 Triliun

Whats New
Sri Mulyani Pastikan Gaji Ke-13 ASN Cair Juni 2023

Sri Mulyani Pastikan Gaji Ke-13 ASN Cair Juni 2023

Whats New
Permintaan Uang di Bangka Belitung Diproyeksikan Turun Rp 200 Miliar

Permintaan Uang di Bangka Belitung Diproyeksikan Turun Rp 200 Miliar

Whats New
Data dan Teknologi bagai Pisau Bermata Dua bagi Merek

Data dan Teknologi bagai Pisau Bermata Dua bagi Merek

Whats New
Kredit UMKM Tumbuh, tapi Masih Ada Beragam Tantangan

Kredit UMKM Tumbuh, tapi Masih Ada Beragam Tantangan

Whats New
Sri Mulyani: UMKM di Era Digital Harus Mampu Berinovasi dan Membaca Data

Sri Mulyani: UMKM di Era Digital Harus Mampu Berinovasi dan Membaca Data

Whats New
Waspada Hoaks Pengumuman Panggilan 'Interview' Calon Karyawan Bulog

Waspada Hoaks Pengumuman Panggilan "Interview" Calon Karyawan Bulog

Whats New
Kontroversi Bapanas: Polemik Impor Beras dan Harga Gabah

Kontroversi Bapanas: Polemik Impor Beras dan Harga Gabah

Whats New
Menteri PANRB: THR untuk ASN, TNI, Polri, Pensiunan Dapat Gerakkan Ekonomi

Menteri PANRB: THR untuk ASN, TNI, Polri, Pensiunan Dapat Gerakkan Ekonomi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+