Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Krisis Inggris, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Cukup Kuat

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai kondisi global yang dapat menjadi sentimen negatif terhadap perekonomian Indonesia, termasuk krisis yang terjadi di Inggris. Meski demikian, dia meyakini ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi gejolak global.

Ia menilai, kondisi yang dialami Inggris disebabkan oleh kebijakan fiskal negara itu sendiri. Pemerintah Inggris berencana memangkas pajak dan memberikan insentif investasi bagi dunia usaha, sementara di saat bersamaan otoritas moneternya menaikkan suku bunga acuan.

Kebijakan pemerintah Inggris yang berfokus pada pertumbuhan itu membuat nilai tukar poundsterling anjlok. Para pelaku pasar khawatir utang Inggris akan kembali meningkat, padahal saat ini rasio utangnya sudah lebih 100 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Itu lebih spesifik karena policy mereka sendiri, tetapi juga bisa mempengaruhi sentimen karena kejadiannya beruruta pada saat Federal Reserve di AS menaikkan (suku bunga) 75 basis poin. Jadi itu menimbulkan kombinasi dua sentimen yang men-drive selama seminggu ini," ujar Sri Mulyani saat ditemui Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Menurutnya, setiap negara memiliki kondisi perekonomiannya masing-masing yang disebabkan kebijakan otoritas negara tersebut. Kondisi yang terjadi di Inggris pun diakuinya memberikan sentimen kepada perekonomian global, oleh sebab itu pemerintah akan terus memperhatikan dinamika yang terjadi.

"Setiap negara punya situasi khusus masing-masing. Kalau kita lihat apa yang terjadi di Inggris itu tentu pertama akan menimbulkan sentimen kepada seluruh dunia," kaya dia.

Meski demikian, Sri Mulyani memastikan, kondisi tersebut tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia. Lantaran, pemerintah akan terus menjaga konsolidasi fiskal guna menjaga kesehatan keuangan negara dan laju perekonomian nasional.

Ia menilai, saat ini kondisi Indonesia cukup berdaya tahan dalam menghadapi guncangan global. Hal itu setidaknya tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang terjaga positif, pada kuartal I-2022 tercatat tumbuh 5,01 persen, berlanjut di kuartal II-2022 tumbuh di 5,44 persen.

Pemerintah meyakini pemulihan berlanjut di kuartal III-2022 dengan mampu tumbuh di kisaran 5,6 persen-6 persen yang ditopang oleh kinerja ekspor, konsumsi, dan investasi. Oleh sebab itu, perekonomian Indonesia dalam posisi yang relatif jauh lebih baik.

"Penerimaan negara yang kuat, belanja yang tetap bisa kita jaga secara hati-hati, sehingga issuance atau penerbitan dari surat berharga kita jauh lebih rendah 40 persen, menurun sangat tajam. Ini juga menempatkan kita dalam posisi tidak terlalu vulnerable (rentan) terhadap gejolak yang diakibatkan berbagai sentimen tadi," jelas dia.

Sri Mulyani menambahkan, pada dasarnya dalam merespons guncangan ekonomi, APBN harus bisa berfungsi menjadi peredam atau shock absorber, bukan menjadi menjadi sumber masalah baru atau shock producer. Maka dari itu, pemerintah perlu mengelola APBN dengan sangat hati-hati, fleksibel, dan akuntabel.

"APBN kalau tidak kuat, tidak akan mungkin melakukan fungsi sebagai shock absorber, bahkan bisa jadi shock producer. Nilai tukar (poundsterling) yang jatuh sampai 20 persen, itu adalah karena APBN-nya (Inggris) menjadi shock producer," ungkapnya.

https://money.kompas.com/read/2022/09/29/205000226/krisis-inggris-sri-mulyani-sebut-ekonomi-indonesia-cukup-kuat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke