Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bayang-bayang Stagflasi Global dan Stabilitas Sistem Keuangan Nasional

Kondisi ekonomi yang akan memburuk itu dipicu oleh dampak scaring effect dari pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia dengan Ukraina yang berkepanjangan. Ditambah pula dengan pengetatan moneter secara agresif oleh bank sentral sejumlah negara dengan perekonomian besar. Inflasi yang tinggi menjadi alasannya dilakukannya pengetatan moneter.

Apakah kondisi ini akan mengarah stagflasi (inflasi sangat tinggi dan berkepanjangan, yang ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian)?  Risiko stagflasi bisa menutup ruang pemulihan ekonomi dan mengganggu stabilitas keuangan. Walau risiko stagflasi punya konsekuensi yang berbeda-beda di setiap negara.

Perlu kecermatan untuk melihat perubahan gejala ekonomi yang terjadi. Kebijakan moneter di beberapa negara besar lebih ketat, sehingga menempatkan ekonomi global pada kondisi yang jauh lebih buruk dan tidak stabil.

Jika suatu negara tidak dapat berkomitmen untuk mengatasi masalah itu dengan benar, akan ada lebih banyak risiko dalam krisis berikutnya. Permasalahan stagflasi tidak hanya ditangani sendiri. Kolaborasi yang lebih baik dalam hal kebijakan, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga skala global.

Hal itu untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan.

Bagaimana kondisi Indonesia?

Untuk mengukur kemungkinan terjadinya stagflasi terutama untuk ekonomi Indonesia diperlukan kajian lebih matang. Secara data diketahui bahwa kondisi suram ekonomi global tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik.

Indikator eksternal Indonesia relatif kuat. Volatility index Indonesia senilai 30,49 atau masih dalam batas nilai indikatif 30. Level indeks Exchange Market Pressure (EMP) per September 2022 berada di angka 1.

Dari sisi domestik, konsumsi masyarakat masih berada pada tren yang positif yaitu pada 124,7 pada Agustus yang menunjukkan level optimis. Dari sisi produksi juga berada pada jalur ekspansif. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Agustus 2022 mencapai level 51,7. Maknanya, ekonomi Indonesia berada pada level optimis dalam melanjutkan pemulihannya.

Dapur ekonomi Indonesia masih tergolong stabil dan risiko stagflasi di Indonesia masih jauh dari pandangan beberapa pihak yang pesimis.

Namun Indonesia tidak boleh terlena. Adanya sinyalemen ekspor Indonesia akan melambat dengan mulai lesunya perekonomian dunia kini. Kemudian tingginya inflasi dan pengetatan moneter berpotensi melemahkan permintaan agregat.

September ini, headline inflasi sebesar 5,95 persen tahun-ke-tahun (yoy), sedangkan inflasi inti sebesar 3,21 persen yoy, jauh di atas target nasional.

Nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga menyentuh angka Rp 15.000 pada awal Oktober.

Pengetatan moneter di sejumlah negara bisa menjadi pemantik larinya modal keluar alias capital outflow sehingga membuat rupiah tertekan cukup dalam.

Tak pelak, BI cukup tepat mengambil langkah menaikkan suku bunga menjadi 4.75 persen pada 18 Oktober 2022. Selain untuk menjinakkan inflasi, dan menjaga stabilisasi nilai tukar, paling tidak BI juga memberikan policy stance yang jelas untuk menjaga ekspektasi para agen ekonomi.

Risiko sistem keuangan masih jauh?

Prediksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan melandai lebih rendah dari proyeksi sebelumnya dan meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global perlu menjadi perhatian dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Lebih dari itu, meskipun stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, dampak luka memar (scarring effect) akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan terhadap sektor keuangan cukup signifikan.

Pandemi menimbulkan scarring effect pada beberapa korporasi dan membayangi pekerja sektor informal dan kurang terampil (low-skilled) yang rata–rata berpendidikan rendah, sehingga menimbulkan potensi risiko terhadap ketahanan sistem keuangan.

Dampak jangka menengah-panjang tersebut memerlukan reformasi struktural dan upaya perbaikan yang komprehensif. Walaupun sejumlah faktor menghantui risiko pada stabilitas sistem keuangan, optimisme di sektor keuangan masih terus berlanjut.

Sistem keuangan Indonesia relatif kuat dengan terjaganya sisi permodalan dan likuiditas perbankan. Permodalan tetap kuat dengan risiko kecukupan modal yang ditinjau dari capital adequacy ratio (CAR) Agustus 2022 masih tinggi, yaitu 25,12 persen.

Kemudian, non performing loan (NPL) tercatat 2,88 persen, yang menunjukkan risiko kredit bermasalah masih rendah.

Dari sisi likuiditas masih lebar. Dana pihak ketiga (DPK) masih tumbuh sebesar 6,77 persen pada September 2022. Posisi ini masih aman walaupun terjadi sedikit penurunan dari bulan sebelumnya akibat peningkatan konsumsi masyarakat, belanja modal korporasi, dan preferensi pebempatan dana pada aset keuangan lainnya.

Secara keseluruhan sinyal positif dari dapur ekonomi nasional memberikan ceruk bahwa stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik dan risiko stagflasi belum terlalu tampak.

Namun Bank Indonesia dan pemerintah juga harus terus waspada dengan beberapa ancaman, terutama pada sektor eksternal. Sinergi kebijakan menjadi kunci dari stabilnya sistem keuangan, yang diwujudkan melalui bauran kebijakan nasional yang akomodatif.

Sejalan dengan bauran kebijakan nasional, bauran kebijakan Bank Indonesia (BI) pada 2023 harus terus mendorong pemulihan ekonomi nasional dan menjaga stabilitas. Hal ini antara lain dilakukan dengan didukung stabilisasi nilai tukar rupiah, kebijakan makroprudensial akomodatif, dan percepatan digitalisasi sistem pembayaran.

https://money.kompas.com/read/2022/10/27/092653626/bayang-bayang-stagflasi-global-dan-stabilitas-sistem-keuangan-nasional

Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke