Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyorot Denyut Sektor Logistik di Indonesia dan Digitalisasi Logee

BPS mencatat, nilai ekspor yang disokong sektor logistik per September 2020 sebesar 14,01 miliar dolar AS atau naik 6,97 persen dibanding Agustus 2020, dengan nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar 11,56 miliar dolar AS.

Sebelumnya, periode Maret-Agustus 2020, penurunan mencapai 80 persen.

Dari rilis yang diterima Kompas.com, Senin (31/10/2022), selepas September, pergerakan makin massif, terutama setelah work from home (WFH) menyeruak di mana-mana.

Dilansir dari Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), arus pengiriman barang lantas mengalami pertumbuhan 40 persen kala itu.

Ketua Umum ALI Mahendra Rianto mengatakan, kenaikan banyak disumbang industri farmasi, alat Kesehatan, dan barang-barang konsumsi (consumer goods). Khususnya dari jenis ekspedisi dari ritel/toko langsung ke konsumen.

Kenaikan disebabkan banyaknya gerai-gerai farmasi yang memasarkan produknya melalui e-commerce atau platform berjualan online lainnya. Sehingga begitu konsumen memesan, barang bisa langsung dikirimkan, misalnya melalui ojek online.

Seiring pandemi yang kian terkendali, industri logistik pada 2022 ini bisa makin moncer.

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mencatat, penguatan dan perluasan segmen pasar yang terjadi tahun ini, akan makin mendorong sektor logistik.

"Pertumbuhan 2022 nanti bisa dilihat pada dua sektor, pertama dari sisi market yang telah terintegrasi dengan digitalisasi, dan kedua adalah logistik yang sifatnya penting dan menjadi komoditas utama dalam mendongkrak penerimaan negara," tulis ALFI dalam rilis resminya.

Digitalisasi Layanan

Terkait integrasi digital, pelaku sektor logistik dituntut harus memahami berbagai perkembangan guna dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha.

Perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan di antaranya big data analytics, artificial intelligence, internet of things, cloud logistics, serta robotics and automation.

Salah satu pelaku logistik yang telah mendigitalisasikan layanan tersebut adalah Logee.

Dumoli HM Sirait, Head of Logee Trans Logee Trans mengatakan, Logee Trans merupakan platform antar perusahaaan (B2B) guna mempertemukan kebutuhan dan pasokan pemilik barang dan pemilik armada. Ada dua produk andalan eksisting yaitu Logee Truck Apps dan Ecologee Web (Logee Port).

Aplikasi Logee menyediakan fitur yang bisa diandalkan pemilik kargo dengan pemilik armada truk guna menginput dan menyimpan rute pengiriman rutin.


Kemudian mampu mengestimasi waktu kiriman tiba, menjadwalkan pengiriman secara berkala, melacak muatan yang dikirim, metode pembayaran yang beragam, sampai pelaporan order kiriman (baik format excel maupun PDF).

Selain aplikasi pengembangan aplikasi yang user friendly, Logee Trans fokus pada model bisnis dan skema pembayaran yang saling menguntungkan di segmen pengangkutan barang.

“Model bisnisnya Pay As You Use yakni penggunaan aplikasi sebagai marketplace B2B serta Charge Per Transaction," ungkap dia.

Kedua model bisnis ini memberikan fleksibilitas, baik kepada pemilik kargo dan pemilik truk, dalam melakukan transaksi. Adapun skema pembayaran Logee Trans Truck Marketplace sendiri ada tiga yakni Internal B2B, Non 4th PL, dan 4th PL.

Dengan dua model bisnis yang digabung dengan tiga skema pembayaran tersebu, pihaknya mengklaim bisa memberikan kemudahan kepada pemilik kargo dan truk untuk mengirim barang sehingga produktivitas akan meningkat.

Sementara itu, Logee Port adalah platform terintegrasi dengan Logee Truck dan sistem di Pelabuhan Peti Kemas (PPK).

https://money.kompas.com/read/2022/10/31/172947726/menyorot-denyut-sektor-logistik-di-indonesia-dan-digitalisasi-logee

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke