Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Sukses Dewi Ekha, dari Buruh Pabrik hingga Ekspor Bulu Mata Palsu ke 16 Negara

Hal itu diamini oleh Dewi Ekha Harlasyanti, salah satu pengekspor bulu mata asal Purbalingga. Produk bulu mata Dewi sudah menembus 16 negara, mulai dari Amerika Serikat, Kanada, Turkey, Zimbabwe, Nigeria, Belanda, Jepang, India, Meksiko, hingga Perancis.

"Kenapa begitu saya buka usaha bulu mata saya langsung melirik dan menargetkan ekspor, adalah karena pesaing kita itu sedikit dari negara lain. Bahkan, dunia tahu produk bulu mata Indonesia itu yang paling berkualitas," ujarnya saat wawancara khusus bersama Kompas.com belum berapa lama ini.

Bercerita ke belakang, Dewi hanyalah seorang buruh karyawan pabrik kertas di Bekasi, yang memilih untuk mengundurkan diri lantaran tidak mau menggantungkan hidupnya sebagai karyawan.

Namun lantaran melihat daerah asalnya yaitu Purbalingga salah satu daerah penghasil bulu mata, ia memberanikan diri untuk beralih profesi menjadi pengusaha bulu mata palsu.

Dimulai dari tahun 2015 yang lalu, Dewi mempelajari produk bulu mata, membuat katalog produk hingga membuat profil perusahaan  menjadi modal dia untuk mencari pembeli dari berbagai negara lewat media sosial instagram.

Sebulan berkutat untuk membuat profil perusahaan, akhirnya di bulan kedua setelah resmi membuka usahanya, pembeli pertama dari Perancis mengontaknya.

Setelah melakukan komunikasi, pembeli asal Perancis itu pun mengunjunginya ke Indonesia hingga resmi melakukan pemesanan (Purchasing Order /PO).

Hingga dari waktu ke waktu dirinya pun mulai mendapatkan pembeli lagi dari negara besar lain.

"Yah Alhamulillah, ini juga berkat bantuan masyarakat di Purbalingga dan Purworejo yang saya berdayakan. Kurang lebih ada 500-700 masyarakat yang saya berdayakan," ungkap dia.

Dewi mengatakan, dirinya tidak memiliki pabrik yang besar. Dirinya memberdayakan masyarakat di sekitarnya yang 99 persennya adalah kaum ibu.

"Saya hanya menyediakan alat dan bahan baku. Nah, nantinya mereka datang ambil barang dan bahan baku dibawa ke rumah mereka masing-masing, terus besoknya disetor ke saya," jelas Dewi.

Dewi mengaku, produknya tidak begitu dijual di lokal, pada saat itu, lantaran memang pasarnya lebih bagus di luar negeri. Saat ini pun, produknya dijual di lokal hanya dari beberapa ressellernya saja.

" Dari awal target saya memang ekspor. Karena kalau di lokal justru enggak bagus. Karena 7 tahun lalu bulu mata itu hanya untuk event sementara di luar negeri sudah daily use, yang memang tiap hari dipakai. Jadi market-nya besar," ucapnya.

Adapun total jumlah volume ekspor yang dia kirim sebanyak 20.000-70.000 pieces per bulannya . Dirinya pun bisa meraup hingga lebih dari 40.000 dollar atau sekitar Rp 620 juta sebulan.

"Kalau omzet yah rata-rata per bulan antara 30.000- 40.000 dollar AS," imbuhnya.

Dewi juga bercerita ketika pandemi, omzetnya sempat anjlok hingga 80 persen. Para seller-nya yang berasal dari luar negeri tidak memesan produk bulu matanya, lantaran toko-toko hingga mal-mal ditutup akibat PPKM.

Namun, untungnya, masih ada beberapa negara yang tetap memesan bulu mata palsunya, walaupun tidak dalam jumlah yang banyak.

Begitu pandemi sudah mulai berangsur pulih, bisnis bulu mata palsunya juga demikian. "Setelah pandemi kemarin dan mal-mal atau toko kecantikan mulai buka, order numpuk. Habis itu mulai normal lagi ini," jelas Dewi.

Walaupun ilmunya dalam mengekspor tidak perlu diragukan, Dewi pernah merasa hampir tertipu pembelinya yang "nakal" dengan membuat bukti pembayaran yang palsu. Untungnya dirinya dan timnya kompak dan sama-sama detail, hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi.

Hingga akhirnya Dewi pun bertemu dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) di awal tahun 2022.

Dewi mengaku LPEI sangat membantu banyak pertumbuhan bisnisnya khususnya memberikan pendampingan, sehingga dapat membantu membukakan akses pasar, networking, serta promosi kepada pembeli ataupun desainer kelas dunia.

"Kemarin waktu pembukaan Sarinah, saya diajak untuk show off, saya juga dipilih jadi speaker dan narasumber dengan tema "Womans Leadeship" dalam event Woman20 summit di Danau Toba, diajak juga jadi pembicara webinar bersama Menteri Keuangan," ungkapnya

"Karena LPEI juga saya sudah diberikan banyak kesempatan untuk dapat mempromosikan produk bulu mata PT Diva Prima Cemerlang sehingga produk-produk kami dapat dikenal lebih banyak masyarakat global dan hal ini membuktikan kalau produk Indonesia memiliki kualitas yang bagus," pungkas Dewi.

https://money.kompas.com/read/2022/11/15/104100226/kisah-sukses-dewi-ekha-dari-buruh-pabrik-hingga-ekspor-bulu-mata-palsu-ke-16

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke