Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Stabilisasi Harga Beras, Operasi Pasar Terus Digenjot

Bersamaan dengan itu, upaya penyerapan dan pengadaan beras untuk meningkatkan cadangan beras pemerintah juga terus didorong.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, sampai dengan 13 November ini Bulog telah menyalurkan KPSH beras medium sebanyak 891.000 ton, dengan realisasi terbesar di wilayah Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Menurutnya KPSH tersebut dilakukan di 34 provinsi, dengan jumlah realisasi tertinggi di Jawa Timur sebanyak 156.000 ton, disusul Sulawesi Selatan dan Barat 118.000 ton, Jawa Tengah 107.000 ton, Jawa Barat 97.000 ton, dan DKI Jakarta dan Banten 55.000 ton.

Sedangkan untuk realisasi di provinsi lain jumlahnya bervariasi dari rentang 3.000 ton sampai dengan 42.000 ton.

“Upaya stabilisasi ketersediaan dan harga beras ini merupakan bagian dari intervensi dan kehadiran pemerintah untuk mengendalikan harga beras di tingkat konsumen yang terindikasi mengalami kenaikan di atas harga eceran tertinggi (HET) belakangan ini. Kondisi ini tidak terlepas dari naiknya biaya produksi seperti pupuk, serta biaya angkut,” ujar Arief dalam siaran resminya, Selasa (15/11/2022).

Ia melanjutkan, harga beras medium yang disalurkan Bulog dalam program KPSH berada di bawah HET. Seperti yang dilakukan di DKI Jakarta saat ini melalui penyaluran beras medium seharga Rp 8.900 per kilogram ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

Langkah stabilisasi harga beras ini sejalan dengan extra effort pengendalian inflasi pangan di mana beras merupakan salah satu komoditas strategis yang fluktuasi harganya harus terus dipantau karena berpengaruh pada angka inflasi.

Dalam rangka keberlanjutan, Arief menjelaskan, langkah KPSH tidak bisa dilakukan secara parsial. Menurutnya, aksi ini perlu dibarengi dengan peningkatan penyerapan dan pengadaan cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Bulog.

Saat ini, Bulog memiliki stock on hand sebesar 651.000 ton.

“Kita terus mendorong peningkatan stok beras Bulog sampai dengan 1,2 juta ton di akhir tahun ini. Hal ini penting untuk menjaga ketahanan pangan kita serta memastikan pemerintah memiliki cadangan yang cukup untuk melakukan intervensi pasar, sehingga harga beras dapat terkendali sepanjang tahun,” ujarnya.

Untuk memenuhi target peningkatan stok 1,2 juta tersebut, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah, diantaranya mengoptimalkan penyerapan dan pengadaan beras dalam negeri.

Ia mengaku, Bulog telah menjalin kesepakatan dengan provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur tentang Pengadaan Beras yang ditandatangani Pimpinan Wilayah Bulog bersama perwakilan berbagai instansi terkait seperti perwakilan Kementerian Pertanian, Kepala Dinas Urusan Pangan setempat, Unsur TNI, dan Satgas Pangan.

Melalui kesepakatan tersebut, akan dilakukan pengadaan beras sebanyak 247.000 ton, dengan rincian 58.000 ton dari wilayah Jawa Barat, 147.000 ton dari Jawa Tengah, 12.000 ton dari DI Yogyakarta, dan 30.000 ton dari Jawa Timur.

“Bapanas sendiri menargetkan pengadaan gabah/beras dalam negeri untuk cadangan beras pemerintah dapat mencapai 850.000 ton, jumlah tersebut berasal dari 16 provinsi penghasi beras di Indonesia,” ujarnya.

Untuk mencapai target tersebut, Arief mengatakan, diperlukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai stakeholder pangan, seperti kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMN, pelaku usaha penggilingan, serta koperasi dan kelompok tani.

Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang mengatakan, agar seluruh stakeholder pangan berkolaborasi untuk meningkatkan dan mengoptimalkan produksi pangan dalam negeri.

Sementara itu, terkait ketersediaan, Arief memastikan, stok beras untuk memenuhi permintaan akhir tahun dalam posisi aman. Mengingat, berdasarkan data yang dihimpun Bapanas, saat ini stok beras secara nasional berada di angka 6,7 juta ton.

Menurutnya, stok beras nasional 6,7 juta ton tersebut tidak sepenuhnya berada di gudang pemerintah, tapi tersebar di berbagai lini, seperti lini rumah tangga yang diperkitakan menyimpan stok sekitar 3,3 juta ton atau 50,5 persen dari keseluruhan stok nasional, penggilingan memiliki stok sekitar 1,4 juta ton atau 22,1 persen, pedagang sekitar 800.000 ton atau 11,9 persen, Bulog 651.000 ton atau 9,9 persen, Horeka (hotel, restoran, kafe) sekitar 333.000 ton atau 5 persen, dan Pasar Induk Beras Cipinang sekitar 37.000 ton atau 0,6 persen.

Adapun berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, sampai dengan akhir Desember 2022 ini stok beras nasional diperkirakan dalam posisi aman dan surplus sekitar 6,4 juta ton.

“Ke depan, untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras secara berkelanjutan agar Perum Bulog memaksimalkan pengadaan gabah dan/atau beras dalam negeri di semester I setiap tahunnya,” pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2022/11/15/173507526/stabilisasi-harga-beras-operasi-pasar-terus-digenjot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke