Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resesi Global Datang, Forum G20 Digadang

Pada periode tersebut, banyak negara yang mencatatkan pertumbuhan positif meskipun belum kembali normal sebagaimana era pre Covid-19.

Banyak analis memperkirakan bahwa pemulihan global akibat pandemi diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun 2023.

Namun ironisnya, selang dua tahun perekonomian dunia mulai tumbuh dengan dorongan kebijakan akomodatif serta upaya vaksinasi global, datanglah ketegangan geopolitik berupa agresi militer Rusia terhadap Ukraina pada awal 2022.

Perang dua negara tersebut membawa konsekuensi terhadap disrupsi pasar komoditas serta perubahan peta rantai pasok pangan dan energi global.

Konflik Rusia-Ukraina telah berdampak pada berkurangnya pasokan bahan makanan dan energi di benua Amerika dan Eropa sehingga memicu naiknya inflasi.

Tren inflasi tinggi di negara maju telah direspons dengan pengetatan kebijakan moneter yang aggressive, misalnya di Amerika, Fed Funds Rate telah dinaikkan 75 basis poin sebanyak empat kali berurutan tahun 2022.

Begitu pula dengan European Central Bank yang turut menaikan suku bunga acuan dua kali sebesar 75 basis poin.

Normalisasi kebijakan moneter yang cepat di negara maju juga diikuti oleh banyak bank sentral di berbagai negara.

Perlu diwaspadai kenaikkan suku bunga acuan terus menerus perlu diimbangi dengan bauran kebijakan yang akomodatif terhadap pertumbuhan untuk mengantisipasi risiko resesi.

Berdasarkan hasil survei Bloomberg pada Oktober 2022, peluang Amerika mengalami resesi tahun depan meningkat menjadi 60 persen lebih tinggi dibandingkan bulan September yang hanya 50 persen.

Namun demikian, berdasarkan model ekonomi terbaru, Bloomberg memperkirakan perekonomian Amerika dipastikan akan mengalami resesi pada 2023.

Ancaman resesi di negara adidaya akan meningkatkan risiko turunnya kinerja ekonomi secara global.

Risiko terjadinya perlambatan ekonomi dunia telah “terbaca” oleh IMF dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7 persen lebih rendah dari 2022 yang mencapai 3,2 persen.

Momentum KTT G20

Penurunan kinerja ekonomi global akan menimbulkan scarring effect baru pascapandemi dan memberikan tantangan yang berat bagi negara miskin dan sedang berkembang untuk melakukan upaya pemulihan.

Potensi perlambatan ekonomi global telah mendorong 28 negara untuk mengusulkan bantuan kepada IMF sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi negative spillover dari gejolak eksternal yang penuh ketidakpastian.

Diperlukan upaya bersama lintas negara untuk bangkit dan keluar dari suramnya masa depan ekonomi global.

Momentum Indonesia di Presidensi G20 merupakan peluang emas untuk memecahkan kegelisahan tersebut.

Mengutip dari halaman resmi Bank Indonesia, G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).

Negara G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia, dengan anggotanya menguasai 80 persen perekonomian dunia, 75 persen perdagangan global, dan 60 persen populasi dunia.

Kesepakatan pada forum tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi negara anggota dan secercah harapan bagi perekonomian dunia.

Melalui forum KTT G20 diharapkan dapat turut mendorong rekonsiliasi perdamaian Rusia-Ukraina yang juga akan menurunkan ketegangan antara dunia bagian barat dan timur.

Berakhirnya konflik Rusia-Ukraina menjadi kunci pemulihan ekonomi global karena akan menghilangkan kesenjangan pasokan pangan dan energi, menurunnya tekanan inflasi tinggi yang selanjutnya membuka ruang tumbuhnya ekonomi.

Perlu dicatat bahwa agresi militer yang dipadukan dengan krisis ekonomi dan ditambah dengan ancaman gangguan iklim akan menjadi “badai yang sempurna” yang memicu kesengsaraan umat manusia.

Presidensi G20 dapat memberikan manfaat bagi perekonomian nasional salah satunya, yaitu menjadi sarana untuk memperkenalkan produk UMKM unggulan dan destinasi wisata Indonesia di internasional.

Keberhasilan Indonesia mempromosikan potensi sumber daya yang dimiliki akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional.

Momen keketuaan Indonesia dapat dioptimalkan sebagai ajang showcasing berbagai kemajuan Indonesia kepada dunia internasional.

Presidensi G20 dapat dimanfaatkan untuk mendorong optimisme investor terhadap cerahnya prospek perekonomian nasional.

Kepercayaan investor terhadap masa depan Indonesia dapat menjadi triger masuknya investasi yang dapat dimanfaatkan untuk penciptaan lapangan kerja.

Di tengah gelapnya ekonomi global, Indonesia masih mampu menunjukkan kondisi fundamental ekonomi yang kuat.

Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 yang semakin baik dari periode sebelumnya dengan tingkat inflasi terkendali.

Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian nasional konsisten di level optimis berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2022.

Kinerja industri pengolahan saat ini berada pada fase ekspansi pada triwulan III-2022 dan diperkirakan masih akan berlanjut sampai akhir tahun 2022.

Akhirnya, semoga KTT G20 akan menjadi berkah bagi perekonomian nasional dan sekaligus tonggak sejarah bagi pemulihan ekonomi global sebagaimana tema Presidensi G20 Indonesia “Recover Together, Recover Stronger”.

https://money.kompas.com/read/2022/11/17/054000226/resesi-global-datang-forum-g20-digadang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke