KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Salin Artikel

Berkembang di Tengah Kesibukan

BANYAK pemimpin yang cukup peka dan menyadari kekurangan-kekurangan dalam kepemimpinannya. Ia tahu, ada kesenjangan kemampuan yang cukup jauh antara dia dan bawahan, tetapi tidak tahu cara menjembataninya.

Ia juga sadar, tidak semua bawahannya merasa engaged dan memiliki pemikiran sejalan dengannya. Namun, ia merasa kesulitan untuk menjual visinya kepada mereka agar mau mengikuti arahan secara sukarela.

Ada kalanya, pemimpin juga merasa kewalahan dengan beban pekerjaan yang begitu bertubi-tubi. Mereka pun tak tahu cara mengelola dan memberdayakan tim agar semua dapat berkontribusi secara optimal.

Mereka tahu, daya kepemimpinannya memang harus segera ditingkatkan. Namun, banyak yang merasa seluruh waktu dan energinya sudah habis dengan operasional bisnis organisasi yang menjadi tanggung jawab utama mereka.

“The show must go on,” kata mereka, terlepas dari keterbatasan kualitas kepemimpinan mereka saat ini.

Kita sering tidak menyadari bahwa meningkatkan keterampilan tidak selalu harus dilakukan dalam bentuk pelatihan yang mewajibkan kita melepaskan diri dari pekerjaan.

Sebenarnya, peningkatan keterampilan kepemimpinan dapat dilakukan melalui pekerjaan sehari-hari. Bahkan, hal ini justru memiliki dampak yang lebih kuat karena terimplementasi langsung di lapangan.

Banyak riset menunjukkan bahwa hasil pengembangan diri yang kuat didapatkan dari kombinasi antara program pelatihan terstruktur, bimbingan, dan praktik langsung di lapangan.

Menariknya, pengembangan diri paling kuat bukanlah berasal dari pelatihan ataupun bimbingan dari atasan dan ahli, melainkan dari praktik langsung di lapangan.

Variabel pelatihan dan bimbingan dari atasan dan ahli masing-masing menyumbang 10 persen dan 20 persen. Sementara, praktik di lapangan mencapai 70 persen.

Jadi, bagaimana bentuk pengembangan ini? Bagaimana kita akan memulainya?

Benahi state of mind

Kepemimpinan bukan job title. Kepemimpinan adalah state of mind. Seorang pemimpin perlu memiliki keinginan untuk melayani unit dipimpin. Ia harus memiliki keinginan untuk membimbing dan mengembangkan unit tersebut, termasuk orang-orang di dalamnya hingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

Kepemimpinan bukan hanya keberadaan pada posisi puncak, melainkan lebih kepada kemampuannya untuk mawas diri. Not to step up, but to step back.

Oleh karena itu, mempelajari kepemimpinan justru perlu dilakukan di sela-sela rutinitas pekerjaan, selain dari kelas-kelas pelatihan dan podcast pengembangan diri.

Bagaimana kita memberdayakan indra untuk menyerap kejadian di sekitar, ketika berjumpa dengan orang yang sangat dikagumi kepemimpinannya, atau yang secara signifikan terlihat kemampuannya dalam memengaruhi orang lain.

Kita bisa mengamati, mendengar, dan kemudian mencatat apa saja reaksi-reaksi mereka, cara mereka bersikap kepada orang lain, apa saja kebiasaan, tindak tanduk yang mereka lakukan dalam kapasitas interaksi mereka sebagai pemimpin.

Kita tidak perlu mengalokasikan waktu khusus untuk aktivitas tersebut. Justru, kita belajar secara langsung mengenai praktik nyata kepemimpinan yang mungkin tidak ada di buku-buku kepemimpinan mana pun.

Dalam setiap proses interaksi, tanyakan pada diri kita, apa yang akan kita lakukan sebagai seorang pemimpin? Lalu, bandingkan dengan bagaimana aksi yang dilakukan oleh para pemimpin ini dan perhatikan reaksi yang didapatkannya.

Dengan demikian, kita dapat mengevaluasi apakah aksi yang dilakukan dan berdampak positif atau sebaliknya. Kita memiliki ruang yang lebih besar untuk menyerap apa yang terjadi di luar dan menganalisis dengan saksama.

Pahami rentang kontrol

Dalam kepemimpinan, banyak yang mengira bahwa kontrol yang kuat akan memperkukuh kepemimpinan. Pada kenyataannya, kontrol yang terlalu kuat justru sering menjadi bumerang.

Kontrol yang terlampau kuat akan membuat bawahan semakin lemah, alih-alih mengembangkan kemampuan mereka. Sebab, seluruh beban tanggung jawab hanya berada di pundak pemimpin.

Seorang pemimpin perlu membedakan apa saja hal yang bisa dan harus, tidak bisa, serta jangan dikontrol. Dengan keterampilan membedakan ketiga hal ini, ia dapat memainkan kontrol dengan tepat. Pemimpin pun harus ingat bahwa pihak yang paling bisa dikontrol adalah dirinya sendiri.

Dengan kekuatan mengontrol diri, seorang pemimpin tidak memedulikan apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Mereka terbiasa melakukan ego checking sebelum mengambil keputusan penting. Langkah ini penting untuk memahami apakah tindakan yang diambil bermanfaat bagi kepentingan yang lebih besar, atau sekadar untuk ego pribadinya saja. Ini adalah inner dialogue yang perlu dibiasakan seorang pemimpin.

Terus bereksperimen

Kita tahu bahwa seorang pemimpin perlu meningkatkan kalibernya. Ia harus terjun ke lapangan untuk mengalami gagal dan sukses, juga kalah dan menang. Seperti halnya seorang ilmuwan yang semakin mumpuni melalui banyaknya eksperimen, demikian juga pengalaman kepemimpinan yang perlu ditempa melalui beragam kegiatan dan pengambilan keputusan sehari-hari.

Pengembangan kepemimpinan adalah proses yang berkesinambungan dan tidak hanya terjadi di tempat kerja. Berperan sebagai orangtua, pemain olahraga, sampai relawan sekalipun juga bisa menjadi lahan pengembangan diri.

Hargai setiap kemajuan sekecil apa pun itu. Sebagaimana kita memotivasi anak buah dalam setiap proses kemajuannya, kita pun perlu menepuk pundak sendiri pada setiap kemajuan yang berhasil diraih, seraya tetap mencari masukan agar proses belajar terus berjalan.

Upayakan untuk mendapat panutan yang bisa kita jadikan mentor atau coach, mengingat begitu luasnya tacit knowledge sehingga tidak mungkin dapat kita kuasai sendiri tanpa bantuan orang lain.

Maksimalkan 10 persen perolehan teori-teori pengembangan diri dan kepemimpinan. Tidak hanya dari seminar ataupun konferensi, tetapi juga beragam platform e-learning yang dapat diakses sambil menyelesaikan tugas-tugas rutin kita.

“Ketika berhenti belajar, Anda tidak akan berkembang.” Ken Blanchard.

https://money.kompas.com/read/2022/12/24/075700626/berkembang-di-tengah-kesibukan

Bagikan artikel ini melalui
Oke