Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2023, Tantangan Resesi Ekonomi Dunia

Sejauh ini, jawabannya adalah cenderung mengiyakan. Meskipun data ekonomi beragam yang mencakup perlambatan pertumbuhan ekonomi, kecenderungan inflasi, penurunan indeks produksi manufaktur, ketersedian lapangan pekerjaan, dan lain-lain belum tampak tanda-tandanya secara serius.

Para analisis belum sepenuhnya yakin bahwa dunia berada di wilayah resesi yang dalam.

Para analisis investasi dunia belum sepenuhnya menyampaikan berita lebih buruk dalam hal proyeksi ekonomi.

Beberapa contoh yang membuat masih adanya keraguan adalah kepercayaan konsumen yang tetap cukup tangguh selama beberapa bulan terakhir, dan pasar tenaga kerja yang masih cukup kuat.

Artinya, masih ada ketidakpastian tentang kapan resesi akan melanda.

Beberapa analis memperkirakan bahwa kita akan dapat menghindari resesi sama sekali, yang lain mengatakan bahwa resesi sudah dekat, dan bahkan jenis resesi sedang diperdebatkan.

Analisis mengenai resesi ekonomi dunia saat ini masih terbatas pada proyeksi yang diberikan oleh lembaga ekonomi dunia, para analisis investasi, dan indeks kepercayaan para investor dengan data per kuartal III 2022.

Prediksi resesi 2023

Para pelaku bisnis sering sinikal terhadap proyeksi ekonomi dari para ahli ekonomi. Jika ada tiga ekonom dalam satu ruangan, maka kemungkinan besar kita akan memperoleh empat pendapat.

Karena sistem keuangan dan ekonomi kita sangat kompleks, sangat sulit bagi ahli ekonomi untuk secara akurat memprediksi apa yang akan terjadi pada masa depan.

Secara konsensus, para ahli termasuk lembaga dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperkirakan tahun 2023 akan sulit dan prediksi pertumbuhan melambat hingga kontraksi ekonomi di sepertiga negara dunia.

Menurut IMF, proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 2,7 persen diharapkan tahun ini. Proyeksi itu turun dari pertumbuhan 6 persen yang dialami tahun 2021 dan 3,2 persen untuk tahun 2022.

“Ini adalah kinerja pertumbuhan ekonomi terlemah sejak 2001, di luar fase akut pandemi COVID-19 dan krisis keuangan global 2008," menurut IMF.

Bagi dunia, cerminan "perlambatan yang signifikan" untuk ekonomi pada negara terbesar karena produk domestik bruto (PDB) Amerika berkontraksi pada paruh pertama tahun 2022.

Kondisi ini diikuti oleh kontraksi kawasan Euro pada paruh kedua tahun 2022, dan wabah COVID-19 yang berkepanjangan dan lock-down di Tiongkok.

Gejala utama resesi adalah rendahnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya inflasi. Banyak negara memerangi inflasi melalui bauran kebijakan fiskal dan moneter. Namun demikian, banyak kebijakan Bank Sentral dan kebijakan fiskal pemerintah yang tidak sejalan.

"Kebijakan fiskal harus diselaraskan dengan kebijakan moneter," kata resep kebijakan dari para ahli ekonomi makro.

Yang sering terjadi adalah bank sentral berusaha untuk memperketat kebijakan moneter, namun pada saat yang sama otoritas fiskal mencoba merangsang permintaan agregat.

Hal ini ini seperti memiliki mobil dengan dua pengemudi di depan. Masing-masing mencoba mengarahkan mobil ke tujuan yang berbeda arah. Itu tidak akan bekerja dengan baik.

Sebagai negara terbesar secara ekonomi, pertumbuhan ekonomi AS sangat berpengaruh. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS hingga 2022 hingga 2023.

Pertumbuhan PDB AS akan melambat, diproyeksikan sebesar 2,3 persen pada tahun 2022 dan 1 persen pada tahun 2023.

Namun banyak yang yakin ekonomi AS dapat menghindari dampak resesi. Hal itu akan menjadi kabar baik bagi pekerja dan investor.

Meski tahun 2023 diperkirakan menjadi tahun yang lebih lambat untuk pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun 2022, namun ada hal yang positif. Ini berarti kemungkinan ekonomi akan mendingin, harga-harga akan (mudah-mudahan) mulai mendatar dan pasar kerja masih mungkin cukup kuat.

Dampak cukup signifikan bagi Indonesia adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang cukup serius di China 2022.

Tahun 2023 perekonomian China akan membaik. Pertumbuhan China akan meningkat menjadi 4,7 persen pada 2023 karena ekonomi diperkirakan akan terbebas dari penyebaran COVID-19 dan pembatasan terkait virus pada paruh kedua tahun ini, kata para ekonom dan analis.

Menurut survei atas 37 ekonom yang dilakukan bersama oleh Nikkei Asia dan Nikkei Quick News bulan Desember 2022, tingkat pertumbuhan riil produk domestik bruto di China, ekonomi terbesar Asia diperkirakan meningkat dari 3 persen pada 2022, menjadi 4,7 persen pada tahun 2023.

Meskipun masih di bawah pertumbuhan optimal di China, kenaikan ini merupakan tanda baik bagi perekonomian Indonesia dan ASEAN.

Dampak sektor Riil

Jika resesi melanda, bukan berarti dunia usaha dan investor tidak bisa menghasilkan uang. Peluang akan muncul dan dapat dimanfaatkan, selama kita tahu kemana harus mencari.

Dalam periode pertumbuhan ekonomi rendah atau bahkan negatif, perusahaan besar cenderung mengungguli perusahaan kecil. Ini masuk akal.

Perusahaan yang lebih besar umumnya memiliki sumber pendapatan yang lebih beragam, basis pelanggan lebih stabil, dan rantai pasokan lebih dapat diprediksi. Perusahaan besar juga dapat segera menghemat biaya operasionalnya.

Sementara perusahaan kecil bisa mengalami kesulitan. Mungkin sulit bagi mereka untuk terus tumbuh dengan kecepatan yang mendukung bisnis mereka.

Bagi perusahaan yang tidak menghasilkan laba signifikan, tidak memiliki cadangan dan penurunan pendapatan bisa jadi sulit untuk dilalui.

Kewajiban pemerintah untuk menyediakan semacam jaring pengaman bagi usaha kecil yang kesulitan. Namun yang mendasar adalah adanya perbaikan iklim usaha dan kemudahan yang terus dicari oleh Pemerintah.

Pesan dari para analis ekonomi dunia memasuki tahun 2023 “Apakah dunia jatuh ke dalam resesi atau tidak, 12 bulan ke depan sepertinya akan sulit”.

Pemerintah dan Bank sentral tidak akan dan tidak boleh diam. Pemerintah secara persisten harus terus berupaya menahan dan mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional melalui beragam kebijakan extraordinary serta kolaborasi dengan berbagai pihak.

Keberhasilan upaya penanganan tersebut terus diupayakan pada berbagai kebijakan investasi dan perdagangan, deregulasi prosedur dan perijinan, kemudahan akses keuangan, membuka pasar dan peluang bisnis, aplikasi teknologi, pelatihan terapan dan berbagai macam upaya lain. Pebisnis terus mencari strategi, cara kreatif dan peluang bisnis yang terbuka.

Tidak ada jalan yang mudah untuk melawan resesi ekonomi tahun 2023, tetapi jalan masih akan tetap terbuka apabila ketika mampu menggali kekuatan kita bersama. Selamat Tahun Baru 2023.

https://money.kompas.com/read/2023/01/02/064204026/2023-tantangan-resesi-ekonomi-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke