Data RTI menunjukkan, sepanjang hari ini IHSG tertekan dan terperosok cukup jauh, hingga memasuki level psikologis 6.600 dari penutupan perdagangan kemarin di level 6.813,24. Pada hari ini, indeks saham Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 159,40 poin atau 2,34 persen ke posisi 6.653,84.
Research Analyst Infovesta Kapital Adivosori Arjun Ajwani mengatakan, pelemahan IHSG tidak terlepas dari melemahnya mayoritas saham yang masuk dalam daftar 10 emiten kapitalisasi pasar terbesar. Tercatat 8 dari 10 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar merosot hari ini.
Saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bank Central Asia (BBCA) merosot 1,20 persen ke Rp 8.250, kemudian Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 2,73 persen ke Rp 4.640, Bayan Resources (BYAN) turun 5,44 persen ke Rp 19.975, Bank Mandiri (BMRI) merosot 2 persen ke Rp 9.825, hingga Telkom Indonesia (TLKM) terkoreksi 1,31 persen ke Rp 3.770.
"Ini turut mendorong penurunan IHSG secara signifikan," kata Arjun, kepada Kompas.com, Kamis.
Penyebab saham big caps turun
Menurutnya, penurunan mayoritas saham big caps itu dipengaruhi oleh sentimen global. Di antaranya ialah, harga minyak mentah dan batu bara yang kian menyusut, sehingga menekan pergerakan saham energi.
Tercatat pada perdagangan hari ini saja, indeks sektor energi anjlok 5,48 persen.
"Faktor ini berdampak terhadap penurunan saham energi secara rata-rata," ujar Arjun.
"Statement terbaru dari Direktur Pelaksana IMF yang memperingatkan akan ada resesi pada 3 kawasan ekonomi besar (AS, China, Uni Eropa) dan rilis FOMC Minutes yang semakin mempertegas langkah hawkish The Fed di tahun 2023 ini turut menambah sentiment negatif untuk IHSG," ucap Arjun.
https://money.kompas.com/read/2023/01/05/193000526/apa-penyebab-ihsg-anjlok-2-34-persen-di-tengah-cerahnya-bursa-regional-asia-