BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan YKAN
Salin Artikel

Universitas Brawijaya Dukung Penurunan Emisi GRK dengan Pengelolaan Hutan Produksi

Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo mengatakan pihaknya melakukan sejumlah upaya untuk mendukung target penurunan emisi GRK tersebut. 

Pertama, Universitas Brawijaya baru-baru ini juga menggelar Seminar Nasional Keberlanjutan : Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Mekanisme Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

Kedua, Universitas Brawijaya tengah mengelola hutan bernama UB Forest seluas 544 hektar. Dalam pengelolaannya, pihaknya mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam.

Misalnya, kegiatan seperti penanaman tanaman endemik hutan untuk menjaga ekosistem alam.

"Jadi tidak hanya sebagai hutan produksi, tapi kita menjaga ekosistem yang ada di hutan itu, yang tujuannya untuk kelestarian alam disana, kemudian juga untuk buffering dari penyerapan air hujan dan juga untuk mencegah erosi ya yang ada di daerah situ," kata Prof Widodo pada Sabtu (14/1/2023).

Menjaga hutan

Menurut Prof Widodo, kegiatan-kegiatan yang dilakukan berdampak positif terhadap tetap terjaga hijaunya hutan. Selain menjadi hutan produksi, UB Forest di dalamnya juga terdapat hutan lindung dengan luas sekitar 50 hektar.

"Kalau kita lihat di Google Maps yang warnanya hijau (UB Forest), yang di luar kita bisa lihat itu warnanya sudah tidak hijau," katanya.

Dari hutan produksi yang ada, tanaman pepohonan jenis pinus dan mahoni yang mendominasi. Ke depan, bila pepohonan yang ada waktunya dipotong, pihaknya berencana akan menanam dengan tanaman pohon yang memiliki daya serap karbon lebih besar.

"Untuk menggantinya ini perlu nanti dipikirkan bersama apa yang memiliki daya serapan karbon yang lebih besar. Kita memikirkan namanya Polonia yang mempunyai serapan yang besar, itu issue culture dari Eropa, tapi perlu research lanjutan," katanya.


Carbon market

Selanjutnya, sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum, Universitas Brawijaya juga tengah memikirkan keseimbangan antara pengelolaan hutan yang menguntungkan, tetapi juga membantu pengendalian emisi GRK melalui carbon market. Namun, hal itu masih memerlukan sertifikasi dari Kementerian LHK yang sesuai standar internasional.

"Tapi kita juga bisa melakukan klaim di kawasan yang lain, melalui Katingan, apa Katingan Project itu mampu memberikan dana kepada masyarakat itu per pohon Rp 5000 per tahun. Jadi kalau ada masyarakat mampu menjaga misalnya 400 pohon itu sama dengan dia mendapatkan Rp 2 juta per tahun," katanya.

Upaya lainnya, Universitas Brawijaya juga memiliki program menanam pohon melalui kegiatan mahasiswa mengabdi di 1.000 desa. Targetnya dapat menanam pohon sebanyak 1 juta bibit secara bertahap.

"Kemudian kita mencoba melakukan banyak inovasi di perguruan tinggi, banyak teman-teman melakukan riset dan inovasi, seperti bagaimana mengolah sampah yang bisa menjadi energi, kemudian penelitian-penelitian terkait tentang energi terbarukan ya Green Energy," katanya.

https://money.kompas.com/read/2023/01/14/180000126/universitas-brawijaya-dukung-penurunan-emisi-grk-dengan-pengelolaan-hutan

Bagikan artikel ini melalui
Oke