Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menimbang Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan ke Bank Digital

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, komposisi dana pihak ketiga (DPK) menjadi kunci pertumbuhan perbankan pada 2023.

Menurutnya, bank yang porsi dana murahnya lebih banyak, bakal lebih mampu menghadapi risiko kenaikan suku bunga.

Sebab, kenaikan suku bunga acuan secara umum memberikan tekanan bagi bank. Saat tingkat bunga acuan naik, likuiditas di pasar cenderung akan mengetat dan bank berlomba berebut DPK untuk menjaga tingkat likuiditas.

“Perbankan mau tidak mau harus menaikkan bunga deposito agar tidak lari ke bank lain. Terutama bagi bank yang kondisi likuditasnya pas-pasan. Semakin besar kenaikan bunga, semakin tinggi beban biaya dana dan hal ini akan menjadi sentimen negatif bagi perbankan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/1/2023).

Oleh karena itu, bank-bank besar relatif lebih diuntungkan karena lebih dikenal dan telah memiliki basis nasabah yang melimpah dan jaringan kantor cabang di berbagai lokasi.

Sementara bank menengah kecil termasuk bank digital, perlu usaha lebih untuk meyakinkan nasabah sehingga dalam berkompetisi meraih DPK, kelompok bank ini bakal menghadapi tantangan yang tidak mudah.

Tantangan bagi bank digital

Sejauh ini, bank menengah kecil dan digital cenderung memilih strategi menawarkan bunga simpanan lebih tinggi.

Namun, Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin mengungkapkan, kenaikan suku bunga simpanan pasti ada batasnya karena berimbas pada daya saing dan profitabilitas.

"Kalau biaya dana dan promonya naik tinggi, berapa bunga kredit yang bisa mereka tawarkan ke debitur? Debitur pun pasti mengukur kemampuan, apalagi ada kekhawatiran inflasi dan perlambatan ekonomi," ucapnya.

Dalam situasi seperti ini, kata Fakhrul, bankir bank menengah kecil dan digital dihadapkan pada pilihan yang sulit, yakni tetap mempertahankan bunga kredit tapi profitabilitas turun karena biaya dana lebih mahal, atau menaikkan bunga kredit tapi pertumbuhan berpotensi melambat karena kalah bersaing di bunga kredit.

"Tantangannya memang tidak mudah. Di satu sisi mereka harus menggenjot funding agar bisa meningkatkan penyaluran kredit, tetapi di sisi lain biaya dana harus efisien agar kompetitif," jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini komposisi DPK bank digital cenderung beragam, yaitu ada yang memiliki rasio dana murah tinggi dan tidak sedikit yang memiliki rasio dana murah rendah.

Misalnya Bank Jago dan Seabank memiliki rasio dana murah atau CASA Ratio yang tinggi di atas 50 persen. Sementara itu, Bank Neo Commerce (BBYB), Bank Raya (AGRO), dan Bank Aladin (BANK), dan Allo Bank (BBHI) memiliki CASA Ratio di bawah 50 persen.

Meski CASA ratio-nya sama-sama tinggi, Fakhrul menilai CASA ratio Bank Jago lebih baik dibandingkan Seabank karena menawarkan tingkat bunga tabungan yang lebih rendah di mana bunga tabungan Seabank sebesar 5 persen dan Bank Jago sebesar 3,75 persen.

"Dengan beban bunga yang rendah, struktur biaya Bank Jago sangat kompetitif," tukasnya.

https://money.kompas.com/read/2023/01/24/124345426/menimbang-dampak-kenaikan-suku-bunga-acuan-ke-bank-digital

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke