Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kesempatan Investasi di Arab Saudi

Eksibisi tahunan yang sangat gebyar tersebut diikuti para investor global dan penyedia pelayanan haji dan umrah di Arab Saudi.

Pejabat setingkat menteri pengirim jemaah haji dan umrah hadir dan menjadi saksi dimulainya rencana perubahan mendasar dalam pelayanan haji dan umrah dipaket dengan turisme dan kunjungan.

Memang masih rencana, namun hampir seluruh infrastruktur regulasi, kelembagaan, struktur pembiayaan dan obyek-obyek investasi sudah hampir seluruhnya tersedia.

Tahun ini, Arab Saudi melakukan showcase dan kampanye yang luar biasa untuk mengundang investor strategis mitra-mitranya.

Negara-negara Islam seperti Malaysia, Pakistan, dan Turkiye sudah sangat siap. Namun negara-negara non-muslim juga sangat agresif, sebut saja Amerika Serikat, Inggris, dan China.

Bagaimana Indonesia? Seperti biasa, masih wait and see.

Salah seorang pejabat investasi di Arab Saudi menyampaikan statement dalam salah satu seminar di sana, “jika Anda menunggu, maka investor lain akan mengisinya.”

“Kami akan melakukan liberalisasi investasi dan pelayanan haji dan umrah. Dalam waktu yang tidak lama lagi, jemaah haji tidak hanya dapat dilayani oleh kantor haji (Muasassah) Asia Tenggara saja. Demikian juga sebaliknya," demikian ditegaskan sekali lagi.

Hukumnya jelas, urusan bisnis, dewanya adalah fullus (uang). Dan keuntunganlah yang dijanjikan dalam pelayanan haji dan umrah. Keuntungannya yang akan menarik investasi untuk masuk.

Bisa dibayangkan, prediksi pada 2030 akan ada gelombang haji, umrah, dan turis ke Arab Saudi dengan jumlah 10 juta per tahun atau 3 kali lipat dari sekarang. Angka itu adalah lahan bisnis yang sangat menggiurkan.

Berapa jumlah pesawat yang keluar masuk Saudi, jumlah hotel yang dibangun, makanan yang harus dipaket, bis listrik yang harus diproduksi, dan seterusnya.

Jeddah sedang disulap setara dengan Dubai sebagai tempat turisme Islam modern. Riyadh sedang dibangun sebagai finansial hub melebihi Abu Dhabi.

Perjalanan haji bisa dipadatkan yang ritual saja. Arafah Mina akan ditingkat. Masjidil Haram dan Nabawi akan terus diperluas. Bisa dibayangkan berapa triliun dollar AS akan digelontorkan.

Perusahaan travel raksasa mutinasional, Agoda dan Airbnb sudah mencuri start melakukan MoU dengan Arab Saudi sebelum pandemi Covid-19. Diperkirakan akan mendominasi online booking untuk haji dan umrah serta turisme keluar masuk Arab Saudi.

Bahkan mereka ikut membangun system global network Saudi, yang dikenal dengan GDS (Global Distribustion Systems).

Apa investasi yang ditawarkan oleh Saudi dalam eksibisi ini? Minimal ada empat sektor yang ditawarkan kepada investor strategis, yakni:

Pertama, paket pelayanan Masyair (Arafah-Mina-Muzdalifah), meliputi rekonstruksi wilayah, tenda, hotel, catering, dan bis shuttle.

Kedua, perusahaan manufaktur, meliputi makanan, bis listrik, pembangunan/pengembangan hotel, rumah sakit, dan lain-lain.

Ketiga, jasa keuangan, meliputi fintech syariah, pembiayaan, asuransi, pelayanan cashless dan lain-lain.

Keempat, turisme meliputi travel agency, pembangunan tempat wisata Muslim, perusahaan event, pendidikan, dan pelatihan.

Saudi melalui transformasi kelembagaan muasasasah, akan membuat puluhan perusahaan anak dan menawarkan sahamnya kepada investor strategis.

Pada acara eksibisi tersebut para investor strategis berbondong-bondong melakukan penjajakan investasi di bidang-bidang tersebut.

Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak ketinggalan, 5 bank syariah terbesar, perusahaan manufaktur makanan dan asosiasi travel haji umrah telah mendatangani investasi tersebut.

Di wilayah ASEAN, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, dan Filipina juga sangat agresif.

Dalam penjajakan tersebut, pihak yang tertarik dapat menindaklajuti dengan kajian kelayakan dan due diligence. Rencananya akan dikerjakan oleh perusahaan konsultan kelas dunia seperti PWC dan KPMG.

Yang menarik adalah bahwa investor strategis Indonesia diberikan prioritas investasi untuk wilayah pelayanan haji dan umrah Indonesia. Mudah-mudahan komitmen ini dapat terlaksana.

Konsekuensi dari komersialisasi pelayanan haji dan umrah ini adalah biaya haji akan naik. Sudah diterapkan sejak 2022, biaya pelayanan Masyair naik tiga kali lipat.

Tahun 2023 juga diberlakukan sama, meskipun ada sedikit penyesuaian.

Jika Indonesia dapat memanfaatkan peluang investasi ini, maka nilai manfaatnya akan dikembalikan kepada jemaah haji Indonesia, demikian seharusnya.

Jadi meskipun biaya haji naik, namun seharusnya dibarengi peningkatan hasil investasi dana haji.

Transmisi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sambil menunggu pengembalian investasi yang lebih tinggi dari tambahan biaya haji, alangkah baiknya diberlakukan masa transisi beban biaya ke jamaah haji yang wajar dan terjangkau.

Jika sudah diimplementasikan secara penuh investasi tersebut dan dapat dikembalikan ke jemaah haji, maka biaya haji bisa diterapkan standar biaya penuh atau full cost.

https://money.kompas.com/read/2023/01/30/063000526/kesempatan-investasi-di-arab-saudi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke