Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biaya Proyek Kereta Cepat Bengkak, China Salah Perhitungan?

Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan, masalah pembengkakan biaya kereta cepat terjadi akibat beberapa sebab.

Namun dia mengungkapkan, faktor krusial pembengkakan biaya proyek kereta cepat yaitu soal perhitungan. 

Arya mengatakan China mengira sistem harga tanah, listrik, hingga telekomunikasi di Indonesia sama dengan sistem yang ada di China.

"Kalau di China, enggak ada kenaikan harga tanah. Ya kalau ditetapkan harga segitu, mau 10-20 tahun tetap segitu. Kalau di Indonesia kan 3 bulan saja sudah berubah. Beperapa sebab coat overrun ya karena kenaikan harga lahan," kata Arya di Kementerian BUMN, Jumat (3/2/2023).

Arya mengatakan, China beranggapan bahwa harga tanah di Indonesia bisa dikunci atau tidak berubah. Namun yang terjadi justru sebaliknya.

Hal sama juga terjadi pada telekomunikasi. Arya mengatakan China menganggap menara telekomunikasi yang ada di Indonesia milik negara.

Oleh karena itu, China beranggapan jika terjadi pemindahan lokasi Base Transceiver Station (BTS), tidak ada biaya tambahan.

"Okelah milik negara, tapi kan sudah diserahkan pengelolaannya ke BUMN (Telkomsel). Dan kalau kita itu kan kontrak bisnis, ketika diambil, kita rugi. Biaya pengalihan dan sebagainya kan harus dikompensasi, ya mau enggak mau harus ngitung kompensasinya. Kalau di China, itu (menara telekomunikasi) punya negara. Itulah perbedaannya," kata dia.

"Listrik juga, di China listrik disediakan negara. Kalau PLN sediakan listrik sekian besar, rugilah. Di kita antar BUMN tetap (harus) bisnis," ujar Arya.

Arya mencontohkan, salah satu BUMN yang mengelola bandara, PT Angkasa Pura, ingin memperluas kapasitas bandaranya di Medan. Namun hal itu tidak bisa secara cuma-cuma, karena lahannya milik PT Perkebunan Nusantara.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja Komisi VI November 2022 lalu mengatakan, pembengkakan biaya atau cost overrun kereta cepat sebesar 1,45 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 21,4 triliun (kurs Rp 14.800 per dollar AS).

Pria yang kerap disapa Tiko itu mengatakan, pembengkakan biaya dalam proyek KCJB paling besar adalah pada pekerjaan tanah atau subgrade dan terowongan (tunnel) sepanjang 4,6 kilometer yang harus segera diperbaiki.

"Jadi memang ada biaya-biaya yang tidak masuk di awal sekarang kita sudah sepakati harus masuk ke biaya proyek karena pihak China mengira ini biaya pemerintah bukan biaya proyek," tuturnya.

https://money.kompas.com/read/2023/02/03/163723326/biaya-proyek-kereta-cepat-bengkak-china-salah-perhitungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke