Pada saat sidak, pria yang kerap dipanggil Buwas itu sempat masuk ke beberapa gudang di sana. Salah satunya Gudang blok E nomor 10.
Dari jauh, gudang tersebut tampak seperti gudang beras pada umumnya yang menyimpan ratusan tumpukan karung beras.
Lantaran gudang beras tersebut terbuka lebar, Buwas bersama jajarannya, dan ditemani beberapa media, masuk ke gudang tersebut.
Kompas.com melihat memang ada beragam beras dengan berbagai jenis merek yang tertumpuk di sana yakni beras merek Induk Ayam, Lumbung Rejeki, dan beras milik Perum Bulog.
Selain itu ditemukan pula sejumlah karung beras kosong kemasan 50 kilogram.
Dugaan praktik mafia beras
Buwas pun menduga karung beras yang kosong itu dipakai sebagai wadah untuk mencampurkan beras bulog premium dengan merek lain. Hal ini ia nilai sebagai praktik mafia beras.
"Ini kan karung beras komersil premium. Bisa jadi mereka mindahin dari karung Bulog ke karung yang mereknya beda. Ini salah satu buktinya ada banyak kemasan," ujar Buwas saat mengecek di sana, Jumat (3/2/2023).
Buwas menilai dengan mencampurkan kedua jenis beras tersebut, pelaku usaha juga bisa memainkan harganya yang seharusnya dijual maksimal Rp 8.900 di Pasar Induk Cipinang dinaikkan hingga Rp 12.000 per kilogram.
Buwas kemudian melipat karung itu dan berencana menjadikannya sebagai alat bukti yang akan ia laporkan ke Satgas Pangan Polri.
Masih di blok yang sama, Buwas juga masuk ke salah satu gudang beras yang luas gudangnya lebih besar dibandingkan gudang sebelumnya.
Di sana, Buwas juga menemukan tumpukan beras Bulog dan beras merek lain. Di beberapa sudut gudang, terdapat sejumlah karung beras kosong merek Bulog dan merek lainnya.
Hal itu membuat Buwas memanggil pemilik gudang.
Bantahan pengusaha beras
Namun pemilik beras tersebut, Stephen, membantah telah mencampur beras Bulog. Stephen mengatakan, selain dari Bulog, ia mengatakan biasa membeli beras merek lain dari Karawang.
Namun Buwas yang juga mantan Kabareskrim dan mantan Kepala BNN itu tak langsung percaya. Dia pun meminta sampel beras Bulog dan beras tersebut yang kemudian membandingkan kedua jenis beras itu.
Menurut Buwas, jika dilihat secara kasat mata, kedua sampel beras sangat mirip sehingga dia membawa dua sampel beras tersebut dan akan mengeceknya ke laboratorium.
Buwas juga berencana menjadikan hasil laboratorium nanti sebagai barang bukti kepada Satgas Pangan Polri.
Masih di gudang yang milik Stephen, Buwas berkeliling dan menemukan tempat yang diduga menjadi wadah pencampuran beras Bulog dan merek lain.
"Tadi kan dia bilang beras dari Karawang, saya berani bertaruh bukan dari Karawang. Ini sudah dicampur, lihat sendiri kan tempat pencampurannya ada," ujarnya.
"Semakin saya jalan, semakin banyak yang saya temukan. Makanya mau saya cek lagi," kata Buwas.
Terpisah, Kompas.com meminta tanggapan Hendra, pengusaha beras yang menempati gudang blok E nomor 10.
Hendra mengatakan, dirinya selalu mengikuti amanat dari Bulog khususnya dalam hal distribusi. Bahkan dia juga ikut menandatangani surat pernyataan dari Perum Bulog untuk sepakat menjual harga beras tidak lebih dari Rp 8.900 per kilogram.
Sementara ihwal dugaan adanya percampuran beras, dia menampiknya.
"Gudang saya terbuka kayak gitu karena orang terus datang, kebetulan kamu datang pas lagi kosong. Kalau kita campur mana mungkin tempatnya dibuka," jelas Hendra.
"Soal karung kosong, itu tempat ketika ada pembeli mau merek apa ya kita bikin," pungkas Hendra.
https://money.kompas.com/read/2023/02/04/060000226/saat-bos-bulog-yakin-temukan-bukti-adanya-praktik-mafia-beras--