Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjemput (Rumah) Impian Milenial

Sore itu, Hana tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Sebab, dua impian besarnya, yakni memiliki rumah dan menikah akan tercapai dalam waktu dekat.

Di saat banyak para milenial menunda membeli rumah demi menikah, atau menunda menikah demi membeli rumah lebih dulu, Hana justru ingin mewujudkan keduanya dalam waktu yang tidak berselang lama.

Di awal tahun 2022, ia sudah membeli rumah. Sementara pada awal 2023, ia memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya, Dhea, tepatnya pada 4 Februari 2023.

"Impian harus dijemput bro kayak lagu KLa Project, menjemput impian," ujarnya sembari tertawa.

Lika-liku

Sejak satu setengah tahun lalu, Hana sudah berencana ingin membeli rumah yang akan jadi tempat tinggalnya bersama istri dan anak-anaknya kelak. Sebab sudah 24 tahun lamanya, Hana tinggal bersama orang tua dan kedua adiknya di rumah yang berada di salah satu perumahan di Tambun, Kabupaten Bekasi.

Namun kenaikan harga rumah yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan gaji karyawan per tahun, membuat Hana sadar betul tidak mudah menjemput impiannya memiliki rumah pertama.

Hal itu sudah ia buktikan saat mencari rumah impiannya. Sudah lebih dari 4 kali, Hana keluar-masuk perumahan di Bekasi, survei langsung, dan bertemu marketing perumahan. Usahanya juga dilakukan via daring melalui di situs web jual-beli rumah, hingga mencari informasi langsung dari media sosial pengembang perumahan.

Hana juga membuat perhitungan dengan membandingkan harga rumah di berbagai perumahan, bunga kredit kepemilikan rakyat (KPR) antar bank, hingga besaran uang muka atau down payment (DP). Hal itu dilakukan untuk memberikan gambaran detail terkait biaya KPR-nya. Namun tidak ada yang cocok, semua terganjal masalah harga.

"Dulu udah muter-muter di Bekasi tapi harga rumahnya Rp 300 jutaan sampai Rp 500 jutaan. Malah ada yang 600 juta tanahnya 72 meter persegi. Itu cicilannya bisa Rp 3 jutaan per bulan di awal. Gimana tahun-tahun berikutnya?. Padahal dulu harganya enggak segitu. Nyesel kenapa enggak beli dari dulu," ungkapnya.

Selain soal harga, milenial juga harus siap dengan beragam tantangan menuju akses ke lokasi perumahan yang dilirik. Sebab tidak semua perumahan memiliki akses jalan yang baik.

Di Kabupaten Bekasi saja kata Hana, banyak perumahan yang akses lokasinya sulit dijangkau, jalan berlubang, banyak genangan setelah hujan, dan minim penerangan di malam hari. Jika tidak hati-hati saat melaluinya, bukan sampai ke rumah impian, justru bisa sampai di rumah sakit. Namun semua itu ia harus dilalui demi menemukan rumah impiannya.

Sementara itu, Andi Nugraha (37), Marketing Perumahan Panorama Bekasi Residence di Tambun, Kabupaten Bekasi mengatakan, selain soal harga dan akses, biasanya masalah generasi milenial membeli rumah adalah ketersediaan DP yang terbatas. Hal itu tidak terlepas dari kebiasaan generasi milenial yang kerap mengutamakan gaya hidup (lifestyle) ketimbang menabung untuk membeli rumah.

Oleh karena itu, Andi mengatakan banyak generasi milenial yang kerap mencari rumah dengan DP ringan atau bahkan 0 persen. Masalah tersebut juga sudah ditangkap oleh industri perbankan dengan memberikan promo DP 0 persen. Dengan begitu, milenial cukup membayar booking fee di awal kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, sementara biaya-biaya proses lainnya sebelum akad KPR disubsidi oleh pengembang perumahan.

"Jadi tinggal langsung cicilan. Ini agar milenial bisa lebih tertarik beli rumah," kata Andi saat berbincang dengan Kompas.com, Minggu (5/2/2023).

Berlabuh di rumah subsidi

Pemerintah sebenarnya memiliki program rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Rumah ini bisa jadi opsi bagi milenial membeli rumah pertama karena harganya yang masih terjangkau.

Hanya saja, sebagian masyarakat masih enggan membeli rumah subsidi lantaran berbagai alasan. Mulai dari kualitas bangunan yang seadanya, rawan banjir, hingga lokasinya yang sulit dijangkau.

Awalnya keraguan ini juga hinggap di benak Hana. Namun seiring waktu dan pengalaman melihat secara langsung rumah subsidi di beberapa perumahan, keraguan itu memudar dan hilang.

"Tarnyata ada juga rumah subsidi yang kualitasnya enggak jauh berbeda dengan rumah komersil," ucapnya.

Pada awal 2022, Hana bahkan memutuskan untuk membeli rumah subsidi di Perumahan Kertamukti Residence, Cibitung, Kabupaten Bekasi dengan skema KPR BTN.

Soal harga, rumah subsidi masih sangat terjangkau. Hana misalnya, membeli rumah subsidi dengan harga sekitar Rp 168 juta. Uang muka yang dibayar hanya Rp 12,5 juta. Sementara cicilan per bulannya hanya Rp 1,3 juta selama 15 tahun.

Dari sisi kualitas, Hana menilai rumah subsidi yang ia beli sudah layak ditinggali dan kualitasnya tidak kalah jauh dibandingkan rumah komersil. Fasilitas taman bermain anak juga tersedia.

Selain itu, rumah subsidi tersebut memiliki luas tanahnya 60 meter persegi dan luas bangunan 30 meter persegi. Di dalamnya sudah ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, carport, dan masih ada tanah sisa di belakang.

Sementara itu, atap rumah juga sudah memakai rangka baja ringan, genteng beton, keramik ukuran 40x40, dan kusen jendela serta pintu sudah alumunium layaknya rumah-rumah komersil saat ini. Lantaran hal itu, Hana justru melabuhkan pilihannya ke rumah subsidi.

"Kuncinya sih jangan buru-buru cari rumah subsidi. Cek langsung kualitasnya bangunannya. Masih ada kok yang enggak terlalu jauh beda (kualitasnya) sama yang komersil," ucapnya.

Keputusan itu juga tidak lepas dari rencana pernikahannya. Hana sadar betul menikah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ia tidak ingin impiannya membeli rumah berdampak ke rencana pernikahan. Begitu pun sebaliknya, ia tak ingin pernikahan membuat impian memiliki rumah pertama tertunda lama.

Oleh karena itu, rumah subsidi dengan harga yang terjangkau jadi pilihan paling logis. Dengan mencicil rumah yang terjangkau, Hana bisa menabung untuk biaya pernikahannya. Kini kedua impian besarnya bisa tercapai dalam selang waktu yang tidak terlalu lama.

"Jadi ini udah cukup buat rumah pertama. Insyaallah nanti tinggal di situ. Cuma PR-nya nih bangun bagian belakang sama kanopi. Pasti lumayan tuh biayanya," kata Hana sembari tertawa.

Kemudahan layanan

Selain soal harga dan kualitas rumah, layanan proses KPR juga jadi perhatian penting generasi milenial. Sebab bukan rahasia lagi banyak konsumen yang mundur karena proses KPR ribet dan lama.

Andi mengatakan banyak konsumennya yang mempertanyakan layanan KPR lantaran tidak mau prosesnya ribet dan lama. Oleh karena kata dia, bank-bank memberikan layanan cepat dalam mengurus proses KPR. Salah satu bank yang jadi favorit konsumen adalah Bank Tabungan Negara (BTN).

Andi mengatakan dari 232 rumah yang terjual di Panorama Bekasi Residence pada 2022, 80 persen konsumennya memilih BTN karena proses KPR-nya yang cepat. Bahkan ada konsumen yang proses akad KPR-nya hanya seminggu setelah menyerahkan berkas yang dibutuhkan.

Selain itu kata Andi, konsumen memilih BTN juga karena suku bunga yang ditawarkan dinilai masih cukup rendah yakni mulai 3,99 persen.

"80 persen ambil pakai BTN karena lebih mudah persyaratannya, karyawan kontrak boleh dan pemasukan tambahan tunai juga diakui (sebagai penghasilan tambahan). Bunganya juga masih oke," ujar Andi.

Cepatnya proses KPR di BTN juga dirasakan oleh Hana. Ia mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan karena pihak bank sangat membantunya mewujudkan rumah pertamanya.

Hana sempat mengajukan KPR ke bank lain saat membeli rumah subsidi tersebut. Namun ia mencabut berkasnya karena prosesnya dinilai sulit dan lama. Akhirnya ia beralih ke BTN, ternyata prosesnya lebih cepat.

"Akad itu 3 bulan dari setor uang muka. Itu karena sistem di situ (perumahan Kertamukti Residence) itu bangunan harus jadi dulu, baru akad. Pihak BTN juga jelasin detail poin-poinnya pas akad jadi bantu kita lebih mengerti perjanjian itu," ucap Hana.

Sementara itu, BTN memastikan akan terus menyempurnakan layanannya kepada nasabah, termasuk nasabah KPR, lewat berbagai pembaharuan.

Salah satu yang teranyar yakni BTN akan meluncurkan super apps BTN. Nantinya aplikasi tersebut akan memiliki fitur yang berkaitan dengan perumahan, mulai dari pengajuan KPR atau kredit lainnya, simulasi KPR, hingga berbagai transaksi perumahan lain.

"Seperti bayar listrik, air, gas, pajak (PBB). Konsep utama BTN Mobile menyediakan segala kebutuhan dari ekosistem perumahaan para nasabah BTN. Ini yang akan menjadi pembeda dengan yang lain," kata Direktur IT & Digital Bank BTN Andi Nirwoto.

Selain itu, BTN juga sudah mempersiapkan berbagai skema KPR yang lebih menarik sehingga diharapkan bisa menurunkan jumlah kekurangan rumah (backlog), yang didapat dari selisih antara jumlah kebutuhan akan rumah dengan jumlah rumah, yang sudah capai 12,7 juta rumah.

Skema tersebut di antaranya masa tenor subsidi selama 10 tahun dan bunga 5 persen untuk produk KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) dan skema rent to own untuk masyarakat yang bekerja di sektor informal.

“Kami berharap, secara bertahap implementasi usulan ini dapat mengurangi penggunaan dana negara untuk perumahan rakyat, namun manfaat yang diterima masyarakat Indonesia semakin besar,” kata Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar beberapa waktu lalu.

https://money.kompas.com/read/2023/02/06/162434426/menjemput-rumah-impian-milenial

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke