Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Periset BRIN: Memilih Kalteng untuk Food Estate adalah Pilihan Tepat

“Kami sangat bersyukur ada pencanangan program food estate ini. Karena lahan-lahan yang dimiliki cukup potensial dan luas. Artinya, memilih Kalteng untuk food estate adalah pilihan yang tepat,” ungkap Susilawati dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (6/2/2023).

Menurutnya, produktivitas padi di lahan rawa masih rendah karena minimnya pengetahuan petani akan sistem budi daya di lahan rawa.

Akibatnya, panen padi di berbagai daerah masih berada di bawah angka rata-rata nasional, yakni 5,06 ton per hektar (ha).

“Selain itu, luas lahan rawa yang digunakan untuk pertanian masih sangat kecil, hanya 23,8 persen dari luas total lahan sawah di Indonesia. Jadi, diharapkan food estate yang diimplementasikan pemerintah ini dapat menambah luas tanam padi,” ujar Susilawati.

Dengan kondisi lahan pertanian yang semakin berkurang, lanjut Susilawati, pengelolaan lahan rawa menjadi solusinya.

“Memang tidak mudah dalam mengelola lahan rawa. Ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan. Ini merupakan bagian dari investasi masa depan yang artinya food estate ini memang tepat dan harus ada,” ucap Susilawati.

Susilawati menjelaskan, lahan rawa dibagi menjadi tiga berdasarkan dengan genangannya, yakni lahan rawa pasang surut, lahan rawa lebak, dan lahan rawa lebak peralihan. Kalteng sendiri memiliki banyak lahan rawa pasang surut.

“Rawa pasang surut itu dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut yang terbagi dalam beberapa tipe, yaitu tipe a, b, c, dan d. Rata-rata petani lokal sudah terbiasa dengan pengelolaan tersebut,” jelas Susilawati.

Ia menambahkan, paling banyak yang dimanfaatkan untuk usaha tani padi itu adalah tipe a dan b, karena bisa dua kali pertanaman dalam setahun.

“Sedangkan tipe c dan d lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan karet dan buah-buahan,” tambahnya.

Ia mengatakan, hal yang paling penting dalam mengelola lahan rawa adalah manajemen air. Oleh karenanya, food estate tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan sinergi antarlembaga.

“Food estate ini mencakup keseluruhan. Tidak hanya menyangkut bantuan benih, tetapi juga tata air mikro dan makro. Hal itu dikarenakan food estate adalah program strategis nasional, sehingga banyak kementerian yang turut bergerak,” katanya.

Susilawati meminta semua pihak untuk tidak terlalu mengharapkan hasil dari food estate. Sebab, program ini baru berjalan kurang lebih tiga tahun dengan sarana dan prasarana pertanian yang masih terus dikembangkan.

“Apabila menginginkan selama tiga tahun langsung berhasil, mungkin bisa dimulai di lahan optimal, bukan di lahan bukaan baru di rawa seperti ini. Tetapi kalau di lahan rawa memang perlu proses lebih lama untuk menata lahan-lahan sesuai peruntukannya,” ujarnya.

Selama mendampingi para masyarakat transmigrasi dalam Bertani di lahan rawa di Kalteng, Susilawati mengaku kondisi pertanian di sini jauh lebih baik sejak adanya program Food Estate.

Susilawati mengaku, selama mendampingi masyarakat transmigrasi dalam bertani di lahan rawa di Kalteng, kondisi pertanian menjadi lebih baik berat program food estate.

“Ketika mengolah lahan rawa pasang surut dengan cara tradisional dan ditanami dengan padi lokal memakan waktu yang cukup lama dalam setahun, mungkin hanya bisa sekali tanam. Sedangkan hasil yang di dapat juga hanya satu sampai dua ton per hektar. Sekarang dengan teknologi dan bibit unggul, serta adaptasi bagus menghasilkan panen yang mencapai empat ton lebih,” tutur Susilawati.

Di daerah Belanti Siam, lanjut dia, produksinya sudah hampir sama dengan daerah-daerah yang ada di Jawa. Pasalnya, lahan-lahan yang ada di daerah itu sudah bagus dan para petaninya sudah mulai berani menggunakan benih varietas hibrida.

“Saat ini mungkin produksinya sudah di atas lima ton atau hampir sama dengan rata-rata nasional dan akhirnya tidak lagi di bawah enam hingga tujuh ton. Untuk melalui proses penanaman hibrida seluas-luasnya itu petani harus memiliki modal yang besar. Sayangnya, dari bantuan yang diberikan pemerintah, produksi rata-rata mungkin hanya berkisar tiga sampai empat ton,” katanya.

Menurutnya, ia menyayangkan apabila pemerintah pusat menghentikan bantuan dalam pengembangan food estate. Sebab, bila bantuan itu dibarengi dengan infrastruktur dan penguatan sumber daya manusia (SDM), hasilnya akan sangat jauh berbeda.

“Artinya diharapkan bahwa ini adalah investasi yang dibuat. Tentunya harus berani dan petani yang meninggalkan lahannya bisa segera balik. Ayo kita bersama-sama dan harus kita dampingi,” harapnya.

Tak hanya itu, Susilawati mengungkapkan, banyak investor asing yang berminat untuk menggarap lahan food estate di sini. Investor asing ini datang dengan anggaran dan teknologi yang dibawa langsung dari negaranya.

Katanya, ada investor asing dari Korea Selatan (Korsel) yang ingin mengelola seluas 10.000 hektar dan mengaku sudah mendapatkan hak guna usaha (HGU).

“Baru-baru ini saya bertemu dengan investor dari Korsel dan ingin mengelola seluas 10.000 hektar. Tak hanya itu, investor ini juga mengaku sudah menghadap di Jakarta dan mendapatkan HGU. Saya berharap pemerintah tidak menyerahkan ini ke investor asing,” ungkap Susilawati.

Punya dampak besar bagi mahasiswa

Akademisi Universitas Palangkaraya (UPR) Kalimantan Tengah (Kalteng) Eka Nur Taufik menilai program food estate di wilayahnya memiliki dampak positif yang sangat besar terhadap kemajuan mahasiswa. Bahkan, tak sedikit lulusannya kini bergelut dan menjadi petani muda.

“Saya bingung dengan banyak yang berpendapat bahwa program food estate ini gagal, padahal program masih terus berproses. Banyak mahasiswa UPR yang melakukan penelitian di sana dan lulus dengan nilai bagus,” ujar Eka.

Lanjut Eka, banyak di antara mahasiswanya yang melakukan penelitian dan pengembangan diri pada lahan food estate yang diimplementasikan dalam bentuk tugas akhir atau skripsi.

“Oleh karena itu, kalimat gagal dalam program tersebut tidak memiliki dasar, karena sampai saat ini program food estate masih berjalan dengan baik,” jelas Eka.

Di sisi lain, Eka mengatakan, food estate telah memberi dampak yang sangat besar terhadap peningkatan ekonomi petani dan masyarakat setempat.

Sedangkan dari sisi produksi, rata-rata lahan sawah meningkat dari dua ton menjadi empat ton per hektar.

“Memang itu semua butuh proses dan tidak bisa secepat kilat. Suatu hal yang pasti ada kenaikan yang cukup signifikan setelah adanya food estate ini. Dampak ke masyarakatnya juga sudah semakin terlihat, misalnya dari sisi infrastruktur yang sudah bagus,” kata Eka.

Produktivitas food estate, lanjut dia, mengalami penambahan sebesar enam hingga tujuh ton per hektar apabila sarana produksi, mulai dari benih, pupuk, dan obat-obatan pertanian yang disediakan atau diberikan sesuai dengan ketentuan, seperti tepat jumlah, jenis, waktu, dan mutu.

Selain itu, apabila sudah dioperasikan, produktivitas juga akan semakin bertambah dengan progres pembangunan dam di wilayah Dadahup Kapuas.

“Food estate ini sangat penting sekali bagi kemajuan dan keberlanjutan pangan nasional. Apalagi kalau dam yang berada di Dadahup sudah berfungsi dengan baik. Jadi, kalau mau evaluasi nanti di akhir saja, jangan sekarang karena masih berproses,” jelasnya.

https://money.kompas.com/read/2023/02/06/190415526/periset-brin-memilih-kalteng-untuk-food-estate-adalah-pilihan-tepat

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke