JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan komoditas udang windu, salah satunya melalui pengembangan outlet pentokolan.
Hal ini terutama dilakukan di tambak tradisional yang tersebar di pantai utara (pantura) Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Utara.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu mengatakan, sejak tahun 2022, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara mengembangkan inovasi pentokolan benih udang windu dengan membangun outlet pentokolan di kawasan budidaya udang windu.
Hingga saat ini setidaknya terdapat sebanyak 5 outlet pentokolan antara lain di Kabupaten Brebes, Sidoarjo, Gresik, Kalimantan Barat, dan di Kota Tarakan.
"Inovasi pengembangan outlet pentokolan, harus didorong secara masif di berbagai daerah, sebagai upaya merevitalisasi tambak tradisional," ujar dia dalam keterangan resmi, Selasa (7/2/2023).
Pria yang karib disapa Tebe itu menjelaskan, pihaknya terus berupaya meningkatkan produktivitas dari udang windu itu. Dengan begitu, udang windu dapat memberikan keuntungan lebih tinggi bagi pembudidaya.
Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara Supito menjelaskan, masalah utama tambak tradisional adalah kualitas lingkungan budidaya, sehingga menyebabkan Survival Rate (SR) rendah yang akhirnya berdampak pada produksi udang windu yang rendah juga.
Supito menjelaskan, pentokolan udang windu lebih baik daripada penggunaan benur langsung. Ketika menggunakan benur (panjang 10 mm) langsung, survival rate (SR) hanya 10 persen dengan harga benur Rp 30 per ekor.
Dengan kata lain, secara ekonomi sebenarnya harga benih yang dibeli mencapai Rp 300 per ekor
Sementara, penggunaan tokolan (panjang 1,2 cm) memiliki SR sampai 50 persen dengan harga Rp 60 per ekor. Dengan begitu, harga benih sebenarnya hanya Rp 120.
"Artinya sebenarnya harga tokolan lebih murah dibanding benur dengan tingkat SR yang sangat rendah," terang dia.
Sementara itu, salah seorang pembudidaya udang windu di Kabupaten Sidoarjo bernama Edi Supriyanto mengaku mendapatkan hasil yang signifikan setelah memakai benur hasil pentokolan.
"Dibanding dengan penebaran sebelumnya yang tidak menggunakan tokolan, setelah menggunaan tokolan panen kali ini jauh mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Peningkatannya bisa 100 persen," ucap Edi.
Sebagai informasi, udang windu sendiri adalah udang asli Indonesia.
https://money.kompas.com/read/2023/02/07/171000326/kejar-produktivitas-kkp-dorong-pengembangan-pentokolan-udang-windu