Menanggapi hal itu, Ketua umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan, pergeseran konsumsi tersebut adalah hal yang wajar.
"Terkait pergeseran konsumen, sebenarnya hal yang wajar karena pemerintah kan ingin membuat ibu-ibu atau masyarakat ekonomi menengah ke bawah bahagia dengan bentuk kemasan Minyakita yang menggoda dan kualitasnya sangat bagus. Sehingga juga menggoda Ibu- ibu yang ekonomi mampu (menengah ke atas) membeli Minyakita," ujar Gulat dikutip dalam siaran persnya, Kamis (9/2/2023).
Lebih lanjut Gulat mengatakan, berdasarkan temuannya di lapangan, kondisi penjualan minyak goreng premium sepi. Padahal ritel- ritel modern sudah melakukan pesta diskon untuk menggaet masyarakat membeli minyak goreng premium.
"Minyak goreng premium malah yang kelabakan karena enggak laku dan terpaksa pesta diskon di pasar-pasar modern," kata Gulat.
Gulat mengatakan, sebelum Minyakita diluncurkan, pihaknya sudah memberikan usul kepada pemerintah agar warna kemasan Minyakita dibuat lebih norak. Hal itu bertujuan agar masyarakat kelas menengah ke atas malu membelinya.
Selain itu, penjualannya fokus di pasar tradisional dan warung-warung saja. Jangan masuk ke ritel modern.
"Sebenarnya kami sudah pernah usul, supaya kemasannya dibuat agak norak warnanya, sehingga pembeli Minyakita yang ekonomi mampu akan malu jika membelinya di pasar atau warung karena itu bukan haknya," kata Gulat.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, penyebab kelangkaan Minyakita di pasaran lantaran banyak dijual di ritel modern serta banyak dijual secara online.
Padahal, mulanya pengadaan minyak kemasan dari pemerintah itu dimaksudkan dijual di pasar tradisional.
"Banyak yang mengadu, 'Pak kok minyak gorengnya enggak ada?' Kita cek, oh benar enggak ada, rupanya banyak di ritel modern dan jualan online," ujar Zulhas, Kamis (2/2/2023).
https://money.kompas.com/read/2023/02/09/204500826/-wajar-ibu-ibu-menengah-ke-atas-beli-minyakita-kemasannya-menggoda-