Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

LPS: Pasca-pandemi, Konsumsi Sudah Pulih, tapi Dunia Usaha Masih Ragu

Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin mengatakan, pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat mulai tumbuh normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Berdasarkan paparannya, sejak Kuartal III 2021 pengeluaran konsumsi rumah tangga terus tumbuh dari sekitar 1 persen dan pada Kuartal IV 2022 menjadi 4 persen.

Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi pandemi COvid-19 pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat minus hingga 6 persen di Kuartal II 2020.

"Jadi pengeluaran konsumsi rumah tangga sudah pulih. Kemudian beberapa indeks penjualan ritel dan indeks beberapa pembelian barang itu juga sudah naik," ujarnya dalam sebuah diskusi, Kamis (9/3/2023).

Selain itu, kata dia, untuk mengukur tingkat konsumsi masyarakat dapat dilihat dari jumlah simpanan perseorangan di bank umum maupun BPR dan BPRS.

Pasalnya, selama pandemi Covid-19 masyarakat cenderung menahan pengeluarannya sehingga simpanan perseorangan di bank tumbuh tinggi.

Pada Januari-Juli 2020 simpanan perseorangan di bank tumbuh 11 persen. Namun kini pada Januari 2023 hanya tumbuh 5 persen.

"Jadi turun itu bukan berarti jelek ya, turun itu malah ternormalisasi ke level yang di mana porsi konsumsi dan porsi tabungan masyarakat, proporsi simpanan masyarakat, itu balance dan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Tidak hanya itu, perbaikan konsumsi juga tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang terus berada di level optimis. Ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang selepas Agustus 2021 terus merangkak naik di atas 100.

"Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi Tahun 2022 itu full yearnya bisa sampai 5,31 persen, terutamanya didorong oleh konsumsi dan ekspor," ucap Herman.


Sisi dunia usaha

Namun di sisi dunia usaha, dia melihat investasi oleh dunia usaha pemulihannya masih gradual yang terlihat dari simpanan korporasi swasta yang masih tinggi. Pada Januari 2023 simpanan korporasi swasta masih tumbuh di atas 10 persen.

Melihat pertumbuhan yang masih double digit itu, dia menyimpulkan investasi yang dilakukan dunia usaha masih cenderung wait and see.

Dia menduga hal ini terjadi karena tingginya ketidakpastian berusaha saat ini akibat perang Rusia dan Ukraina, kenaikan harga komoditas, inflasi tinggi, dan pengetatan kebijakan moneter global.

Selain itu, dunia usaha juga terlihat masih menggunakan kapasitas produksi terpakat yang saat ini masih lebih rendah dari periode prapandemi.

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan simpanan korporasi swasta selama Januari 2022 yang mencapai 30 persen, maka saat ini simpanan korporasi tumbuh melambat. Hal ini menunjukkan dunia usaha sudah mulai mengeluarkan simpanannya untuk berinvestasi.

"Walaupun sudah ternormalisasi tapi tida seperti yang perorangan yang sudah single digit ya. Artinya, mereka sudah mulai investasi tapi perlahan-lahan karena memang tipikal dari pengusaha ini kan mereka sangat mengantisipasi ke depan. Jangan sampai mereka sudah invest uangnya besar tapi ternyata demandnya lemah. Oleh sebab itu dunia usaha tentu akan lebih berhati-hati dalam meningkatkan investasinya," jelasnya.

Oleh karena itu, dia bilang, pemerintah perlu mendorong dunia usaha untuk menggelontorkan investasi lebih banyak lagi agar dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Dia berharap dengan adanya momen Ramadan dan Idul Fitri mendatang dapat membuat dunia usaha tidak ragu mengeluarkan uang untuk investasi.

"Jadi poin yang bisa kita dorong dari dunia usaha kalau mereka sudah tidak ragu-ragu lagi dengan fundamental Indonesia, insya Allah mereka akan meningkatkan investasi. Kita meyakini di Semester I 2023 akan ada imporvement di investasi. Terutama sebentar lagi lebaran, hopefully inventorynya habis, perusahaan berani untuk menambah investasinya," tuturnya.

https://money.kompas.com/read/2023/03/10/110000426/lps-pasca-pandemi-konsumsi-sudah-pulih-tapi-dunia-usaha-masih-ragu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke