Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kronologi Bangkrutnya Silicon Valley Bank, Bank Terbesar Ke-16 di AS

Silicon Valley Bank merupakan investor bagi beberapa perusahaan startup teknologi seperti Roblox, Vox Media, dan juga Unity Technologies. Atas kondisi tersebut , Otoritas Jasa Keuangan AS selaku regulator federal mengambil alih Silicon Valley Bank.

Kejadian itu juga merupakan kegagalan terbesar pada bank AS sejak kebangkrutan Washington Mutual pada 2008 silam. SVB menjadi bank terbesar ke-16 di AS dengan total aset tercatat pada akhir 2022, sejumlah 209 miliar dolar AS yang setara dengan Rp 3.229 triliun (Kurs Rp 15.450 per dollar AS), dan deposito sejumlah 175,4 miliar dollar AS atau Rp 2.709 triliun.

Namun demikian Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mencatat sebanyak 89 persen simpanan yang berada di Silicon Valley Bank atau sejumlah 175,4 miliar dollar AS tidak diasuransikan pada akhir 2022.

Mengutip CNN, SVB didirikan pada tahun 1983, dimana fokus perusahaan adalah dalam memberikan modal untuk perusahaan rintisan teknologi. SVB menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi, sertra usaha perawatan kesehatan di AS.

SVB juga termasuk di antara 20 bank komersial AS teratas berdasarkan total asetnya. Adapun masalah krisis modal yang dialami oleh SVB adalah disinyalir merupakan dampak dari kenaikan suku bunga The Fed dalam setahun belakangan ini.

Aksi Federal Reserve yang mulai menaikkan suku bunga setahun lalu untuk menjinakkan inflasi mendorong biaya pinjaman yang lebih tinggi. Ini-pun berdampak pada pelemahan saham-saham teknologi.

Suku bunga yang lebih tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang SVB dan bank lain selama era suku bunga yang sangat rendah dan mendekati nol. Portofolio obligasi SVB senilai 21 miliar dollar AS menghasilkan rata-rata 1,79 persen imbal hasil Treasury 10 tahun, yang saat ini adalah sekitar 3,9 persen.

Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering, dan memaksa para pemula untuk menarik dana yang dipegang oleh SVB. Pada Rabu pekan lalu, SVB mengumumkan pihaknya telah banyak menjual sekuritas dengan harga rugi.

SVB juga berencana akan menjual 2,25 miliar saham baru untuk menopang bisnisnya. Hal itu kemudian membuat kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama, dan mengakibatkan banyak perusahaan venturan merarik dananya dari SVB.


Saham bank anjlok

Saham bank mulai anjlok pada Kamis pagi dan pada sore hari menyeret saham bank lain turun bersamanya karena investor mulai khawatir akan potensi terulangnya kembali krisis keuangan 2007-2008.

Pada Jumat pagi, perdagangan saham SVB dihentikan dan perusahaan berupaya untuk segera mengumpulkan modal. Kondisi itu, membuat Regulator California turun tangan, menutup bank dan menempatkannya dalam kurator di bawah Federal Deposit Insurance Corporation.

Terlepas dari kepanikan awal di Wall Street, kepala ekonom Moody's Mark Zandi mengatakan, keruntuhan SVB tidak mungkin memicu efek domino yang mencengkeram industri perbankan selama krisis keuangan.

"Sistem ini dikapitalisasi dengan baik dan likuid seperti sebelumnya. Bank-bank yang sekarang bermasalah terlalu kecil untuk menjadi ancaman yang berarti bagi sistem yang lebih luas,” kata Zandi.

Dampaknya bisa meluas

FDIC mengatakan di awal pekan ini, rencananya semua deposan (simpanan yang pencairannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu) yang diasuransikan akan memiliki akses penuh ke simpanan yang diasuransikan. Nantinya dana ini yang akan dibayarkan sebagai dividen.

Sementara penularan yang lebih luas, dinilai tidak mungkin terjadi, analis pasar senior di Oanda Ed Moya mengatakan bank-bank kecil yang secara tidak proporsional terikat dengan industri yang kekurangan uang seperti teknologi dan crypto dikhawatirakan akan mengalami kesulitan.

“Semua orang di Wall Street tahu bahwa kampanye kenaikan suku bunga Fed pada akhirnya akan merusak sesuatu, dan saat ini hal itu menjatuhkan bank-bank kecil,” kata Moya.

https://money.kompas.com/read/2023/03/13/164557426/kronologi-bangkrutnya-silicon-valley-bank-bank-terbesar-ke-16-di-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke