Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meraup Berkah Penduduk Tumbuh Seimbang

Hal ini mengonfirmasi keberhasilan pengendalian penduduk dalam satu dekade terakhir.

Sayangnya, berkah ekonomi yang diraup belum optimal. Ancaman periode panjang keluar dari kelompok negara berpendapatan menengah atau bahkan terperangkap selamanya (middle income trap) terus mengintai.

BPS melaporkan, Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir, dari 2,41 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 menjadi 2,18 menurut hasil LF SP2020.

Itu artinya, saat ini sebagian besar wanita berusia 15-49 tahun di Indonesia melahirkan kurang dari tiga anak selama usia suburnya.

Angka ini semakin mendekati replacement level, yakni kondisi ketika TFR sebesar 2,1 yang diproyeksikan bakal dicapai pada 2024 dan terus persisten hingga 2045.

Saat replacement level tercapai, secara rata-rata wanita Indonesia meliharkan dua anak selama usia suburnya. Dengan demikian, setiap penduduk yang meninggal akan digantikan persis satu anak yang lahir.

Karena itu, jumlah penduduk tumbuh seimbang, yang akan menggaransi terus terbukanya jendela peluang (window of opportunity) setidaknya hingga 2038.

Dalam periode itu, rasio beban tanggungan (dependency ratio) akan mencapai titik terendah, yakni sebesar 47 pada tahun 2030 (Adioetomo & Pardede, 2018).

Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun) menanggung 47 penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun).

Rasio beban tanggungan yang rendah akan memberikan keuntungan ekonomis bila dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (bonus demografi).

Dengan demikian, hal tersebut dapat membantu Indonesia keluar dari kelompok negara berpendapatan menengah.

Namun, jika periode jendela peluang terlewatkan, jalan menuju negara berpendapatan tinggi (high income country) semakin panjang dan terjal.

Alih-alih menjadi negara berpendapatan tinggi, Indonesia berpotensi menjadi negara berpendapatan menengah untuk waktu yang lebih lama karena struktur penduduk yang didominasi lansai (aging population), sementara akumulasi modal yang tercipta belum optimal.

Berkaca pada Korea Selatan

Indonesia sebetulnya telah memasuki periode jendela peluang sejak tahun 2010 ketika rasio beban tanggungan mencapai 51.

Sayangnya, sepanjang periode 2010 hingga 2021, pendatapan Nasional Bruto atau Gross National Income (GNI) per kapita kita hanya mengalami peningkatan dari 2.510 dollar AS menjadi 4.180 dollar AS.

Hal ini disebabkan rata-rata petumbuhan ekonomi nasional sepanjang periode tersebut hanya sebesar 4,6 persen per tahun, sementara sepanjang 2010 hingga 2020 total jumlah penduduk tumbuh rata-rata sebesar 1,3 persen per tahun.

Kunci memacu GNI per kapita adalah kinerja pertumbuhan ekonomi dan pengendalian jumlah penduduk.

Jika berkaca pada Korea Selatan, capaian Indonesia dalam satu dekade terakhir boleh dibilang kurang mengesankan.

Pada 1960, Korea Selatan memiliki rasio beban tanggungan sebesar 83, lebih tinggi dari Indonesia sebesar 73.

Berkat pengendalian penduduk yang agresif, rasio beban tanggungan Korea Selatan menurun cukup tajam hingga sebesar 51 pada 1986.

Pada tahun itu juga, Korea Selatan mengawali periode jendela peluang dengan GNI per kapita sebesar 2.850 dollar AS.

Tujuh tahun kemudian, pada 1993, Korea Selatan menjadi negara berpendapatan tinggi dengan GNI per kapita sebesar 9.010 dollar AS.

Sepanjang tahun 1986 hingga 1993, ekonomi Korea Selatan tumbuh rata-rata sekitar sepuluh persen per tahun.

Pada saat yang sama, laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan rata-rata di bawah satu persen per tahun.

Pendek kata, Korea Selatan berhasil memanfaatkan secara optimal jendela peluang yang dimiliki untuk menjadi negara berpendapatan tinggi hanya dalam kurun waktu tujuh tahun.

Sementara itu, Indonesia tidak beranjak dari negara berpendapatan menengah selama periode 2010 hingga 2021.

Keberhasilan Korea Selatan tidak terlepas dari strategi pembangunan yang memberikan prioritas pada investasi modal manusia melalui pendidikan berkualitas dan berorientasi pada kebutuhan industri.

Sekitar 63 persen penduduk Korea Selatan yang berumur 25-34 tahun memiliki gelar sarjana. Bandingkan dengan Indonesia, hasil LF SP 2020 memperlihatkan, hanya sekitar 10 persen generasi milenial kita bependidikan DIV atau S1.

Fokus pada investasi modal manusia menjadikan proporsi tenaga kerja muda dan berpendidikan tinggi yang besar menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Korea Selatan.

Hal ini diamplifikasi dengan partisipasi angkatan kerja perempuan berpendidikan tinggi di pasar kerja.

Strategi pembangunan Korea Selatan pada masa itu juga berfokus pada industrialisasi yang berlangsung sangat cepat dan berorientasi ekspor.

Alhasil, penduduk usia produktif memiliki tingkat output ekonomi dan tabungan yang tinggi sehingga meningkatkan tabungan nasional yang berkontribusi pada akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan.

Bertumpu pada komoditas

Meskipun industri manufaktur masih menjadi leading sector dengan pangsa terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, kontribusinya terus tergerus, dari 22 persen pada tahun 2010 menjadi 18,3 persen pada 2022.

Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur kalah cepat dari lapangan usaha lainnya, bahkan mengarah pada deindustrialisasi.

Struktur industri pengolahan kita juga masih didominasi industri makanan dan minuman serta batu bara dan pengilangan migas yang berkontribusi sekitar 45 persen terhadap nilai tambah lapangan usaha industri manufaktur pada 2022.

Tidak mengherankan, meskipun lapangan usaha ini tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun lalu, sebagian besar pertumbuhan tersebut disumbang oleh industri makan dan minum yang didorong peningkatan produksi komoditas makanan dan minuman, seperti gula konsumsi dan minuman, penggilingan padi, dan CPO.

Kinerja ekspor juga masih mengandalkan durian runtuh (windfall) tingginya harga komoditas, khususnya batu bara dan CPO, di pasar global.

Sekitar 30 persen total nilai ekspor pada 2022 yang mencapai 292 miliar dollar AS disumbang oleh golongan barang bahan bakar mineral dan lemak dan minyak hewan/nabati, yang tidak lain adalah batu bara dan CPO.

Itu artinya, kinerja ekspor amat bergantung pada fluktuasi harga komoditas di pasar global.

Karena itu, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen tahun 2022, yang disokong ekspor barang dan jasa (dengan source of growth sebesar 3,6 persen), sebetulnya bertumpu pada windfall harga komoditas.

Sekitar 20 tahun lagi jendela peluang akan menutup, waktu yang tidak lama lagi. Karena itu, sudah semestinya investasi modal manusia semakin digenjot dengan mengalokasikan semaksimal mungkin pendapatan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dan ekspor sumber daya alam kita.

Pada saat yang sama, industrialisasi perlu terus didorong, antara lain melalui hilirisasi komoditas ekspor unggulan dan digitalisasi. Dengan demikian, kita dapat menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum struktur penduduk kita menua.

https://money.kompas.com/read/2023/03/14/150126726/meraup-berkah-penduduk-tumbuh-seimbang

Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke