Pratignyo Arief Budiman, Direktur Operasi dan Pembangunan Mitratel mengatakan, sejak 1,5 tahun lalu menara telekomunikasi Telkomsel dialihkan ke Mitratel.
Salah satunya di di Bukit Tengah, Klungkung, Bali. Site menara telekomunikasi di Bukit Tengah ini jadi site hybrid, karena untuk sumber tenaga selain menggunakan power dari PLN, genset (untuk back up) dan terakhir dengan solar panel.
Selain di Bukit Tengah, tower BTS hybrid lainnya berada di Brebes, Jateng.
Sementara itu, ada 615 site menara telekomunikasi di daerah terluar di Maluku-Papua yang full menggunakan solar panel dan baterai yang tahan sampai 3 hari tanpa matahari.
"Penggunaan solar panel bertujuan jadi stream bisnis MTEL ke depannya juga untuk kurangi polusi dari penggunaan bahan bakar fosil," kata Pratignyo di Klungkung, Bali, Kamis (16/3/2023).
Wattpeak solar panel di menara telekomunikasi Bukit Tengah mencapai 5.000 DC, yang mana kebutuhan untuk tenant (penyewa) seperti operator seluler antara 5.000-7.000 watt. Sementara kapasitasnya mencapai 4,6 megawatt.
Saat ini tenant di site Mitratel di Bukit Tengah tersebut yakni Telkomsel, Smartfren dan TNI.
Pratignyo menambahkan, wilayah Bali - Nusa Tenggara intensitas mataharinya kondusif untuk penggunaan solar panel dan intensitas hujan tidak setinggi di Jawa.
"Harapannya kebutuhan listrik 100 persen dulu dari PLN kini ada solar panel, ada efisiensi biaya yang dikeluarkan sekitar 15-20 persen. Siang hari PLN mati, bisa solar panel atau genset yang gantikan," lanjut Pratignyo.
"Ini salah satu stream bisnis yang menarik, selain penting juga mendukung implementasi ESG yang jadi main platform understanding semua bisnis komitmen dukung energi salah satunya reduksi emisi karbon," lanjutnya.
Sebagai informasi, untuk pembangunan solar panel di BTS hybrid biayanya sekitar Rp 96 juta karena sifatnya hanya untuk efisiensi, sementara di daerah terluar terpencil bisa mencapai Rp 300 juta, di luar biaya sewa lahan.
Mitratel sendiri tahun ini menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 7 triliun. Belanja modal perseroan dibiayai kas internal perseroan dan pinjaman bank.
Menurut Direktur Investasi dan Sekretaris Perusahaan Mitratel Hendra Purnama, besaran belanja modal Rp 7 triliun tersebut akan digunakan perseroan untuk pengembangan usaha organik maupun anorganik, seperti akuisisi menara telekomunikasi.
Mitratel sepanjang 2022 sudah menuntaskan akuisisi 6.000 menara yang mana setahun lebih cepat dari target.
Pada 2023 Mitratel mengincar pertumbuhan pendapatan dan EBITDA masing-masing 11 persen. Perseroan juga menargetkan pertumbuhan tenant di segmen organik menjadi 4.000, sedangkan anorganik meningkat jadi 1.500.
https://money.kompas.com/read/2023/03/16/163713026/pakai-solar-panel-di-tower-bts-nya-mitratel-hemat-biaya-operasi-15-20-persen