JEO - Money

Milenial Menabung
tapi Dipakai untuk Liburan?

Jumat, 26 Juli 2019 | 07:11 WIB

Uang yang dimiliki generasi milenial, menurut mereka lebih baik digunakan untuk experiencing alias membeli pengalaman, termasuk liburan.

Ξ

BANYAK julukan disematkan pada generasi milenial. Mereka juga kerap disebut sebagai generasi yang mengubah banyak hal, mulai perilaku dalam karier, pilihan hunian, gaya hidup, hingga urusan keuangan.

Soal keuangan, generasi ini sering dianggap boros karena susah menabung. Padahal, mereka berpikir uang yang dimiliki lebih baik dipakai untuk experiencing alias membeli pengalaman. Liburan masuk dalam kriteria ini. 

Apakah benar begitu? Jangan-jangan tak sesederhana itu juga?

Milenial dan Uangnya

MILENIAL dikenal sebagai generasi yang gemar membelanjakan uangnya untuk membeli pengalaman ketimbang barang.

Singkat kata, milenial adalah "generasi pengalaman" dan membentuk "ekonomi pengalaman." Sejumlah riset mengonfirmasi hal ini.

Misal, JP Morgan dalam laporannya menyebut, generasi milenial lebih senang membelanjakan uang untuk berlibur, hiburan, dan makan di restoran ketimbang generasi sebelumnya.

Ilustrasi pekerja milenial.
SHUTTERSTOCK/RED MANGO
Ilustrasi pekerja milenial.

Pun studi bertajuk Fidelity Investments' 2018 Millennial Money Study menemukan, lebih dari 25 persen responden menyatakan, setelah mengalami pekan yang berat, hal yang paling membuat milenial bahagia adalah hiburan seperti menonton bioskop atau konser.

Generasi milenial menghabiskan lebih banyak uang dibandingkan setiap generasi lainnya secara keseluruhan, terutama untuk pakaian dan makan di luar.

Sementara itu, survei dari GoBankingRates, milenial dianggap jauh lebih boros ketimbang generasi lainnya.

"Banyak individu (dari generasi milenial) yang menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak diperlukan, seperti buat ngopi, makan di luar, hiburan, pakaian, dan alkohol," tulis laporan riset itu seperti dilansir CNBC.

Ketika dikelompokkan berdasarkan kelompok usia, lanjut laporan itu, generasi milenial menghabiskan lebih banyak uang dibandingkan setiap generasi lainnya secara keseluruhan, terutama untuk pakaian dan makan di luar.

Menurut survei ini, milenial bisa mengumpulkan uang lebih banyak bila bisa menghilangkan kebiasaan yang tidak perlu.

"Jika Anda menghilangkan kebiasaan membeli kopi setiap hari atau pengeluaran lainnya yang tidak perlu, Anda dapat mengumpulkan uang lebih banyak dari waktu ke waktu. Apalagi jika Anda menggunakan uang itu untuk berinvestasi," sebut survei tersebut.

Milenial dan Liburan

JAJAK pendapat yang dilakukan Expedia menemukan bahwa generasi milenial adalah generasi yang paling sering liburan, yakni 35 hari dalam setahun. Adapun Gen Z berlibur selama 29 hari dalam setahun.

Diproyeksikan pada 2030 pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun

Terkait rencana berlibur, berdasarkan jajak pendapat tersebut, Gen Z sangat dipengaruhi oleh media sosial. Hampir 90 persen Gen Z bilang, mereka merencanakan dan memperoleh inspirasi liburan dari media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat.

Soal alokasi dana untuk liburan, Gen Z menghabiskan 25 persen alokasi dana untuk penerbangan, paling besar di antara generasi-generasi lainnya. Mereka juga tidak banyak mengalokasikan dana untuk hotel dan cenderung mempertimbangkan akomodasi alternatif.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pernah menyebut proyeksi bahwa pada 2030 pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun. Persentasenya diperkirakan hingga 57 persen.

Ilustrasi milenial traveling
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi milenial traveling

Di China, populasi generasi milenial akan mencapai 333 juta jiwa. Sementara itu, di Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta orang.

Rizki Handayani, Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar mengatakan, lebih dari 50 persen pengunjung dari tiap pasar pariwisata Indonesia sudah merupakan milenial pada 2019.

Lalu, beberapa negara disebut sudah mulai pula intensif menyasar pasar milenial. Di antara negara-negara itu adalah Korea Selatan, Jepang, dan Thailand.

Harapannya, pada 2019 ini Indonesia tidak kecolongan mengantisipasi potensi wisatawan milenial.

Menurut Rizki, Korea Selatan dan Jepang sudah mencontohkan gaya promosi dan iklan yang sangat menyasar milenial, baik dari segi iklan visual, promosi kebudayaan, maupun kuliner. 

Milenial dan Tabungan Khusus Liburan

BENARKAH milenial memaksakan diri menggunakan uang untuk liburan alias ngasal saja menghamburkan uang?

Atau, jangan-jangan mereka malah tipe orang-orang yang rela bersusah payah menyisihkan uang dan menabung buat ongkos menyegarkan pikiran? Lalu, bagaimana soal perencanaan keuangan untuk masa depan?

Rahma, milenial yang bekerja di industri kreatif di Jakarta, mengaku liburan sangat penting untuknya. Dalam setahun, ia bisa berlibur antara 2 hingga 4 kali, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

“Liburan itu penting banget buat aku. Karena aku merasa pekerjaanku punya tingkat stres tinggi. Aku butuh liburan untuk relaksasi dan recharge energi,” kata Rahma, yang juga solo backpacker ini.

Untuk memenuhi hobi liburannya, dia memiliki anggaran khusus dari gaji bulanannya. Tak hanya itu, ia juga berinvestasi di reksa dana dan logam mulia berupa emas.

Dengan “tabungan” itu, ia bisa membeli tiket pesawat ketika ada promo atau travel fair. Begitu juga ketika harga akomodasi cenderung lebih murah, ia bisa langsung melakukan reservasi.

“Menabungnya sih bisa Rp 1 juta per bulan khusus untuk liburan. Jadi ketika ada promo atau diskon, aku bisa langsung bayar,” ujar dia.

Ilustrasi milenial liburan.
SHUTTERSTOCK/DAY2505
Ilustrasi milenial liburan.

Namun, Rahma juga mengaku tetap memikirkan masa depan. Ia memiliki sejumlah pos keuangan, yang itu tak hanya untuk liburan.

Contohnya, ia menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan mulai dari deposito, reksa dana, hingga tabungan emas.

“Sebenarnya menabung untuk masa depan juga sih. Aku berusaha untuk tetap seimbang, enggak cuma buat liburan, tapi juga buat masa depan. Ada juga dana darurat, meskipun jumlahnya masih sedikit,” jelasnya.

Begitu juga cerita Indra, pegawai di perusahaan media nasional di Jakarta. Ia pun mengaku secara khusus memiliki anggaran untuk liburan. Wujudnya, tabungan yang disisihkannya dari gaji setiap bulan.

Meski begitu, Indra mengaku besaran tabungannya untuk liburan mengecil lantaran sekarang dia memiliki kewajiban cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

“Kecil sih (besaran tabungan) setelah gue punya kewajiban KPR. Jadi otomatis kepotong. Makanya frekuensi travelling pun berkurang belakangan ini,” tutur Indra yang gemar naik gunung, touring sepeda motor, dan berkelana di kota ini.

Indra menempatkan anggaran liburan di tabungan. Namun, dia juga mulai melirik instrumen investasi obligasi ritel (Saving Bonds Ritel/SBR) karena tenornya yang singkat.

Ilustrasi milenial berwisata.
SHUTTERSTOCK/TONG TA 25
Ilustrasi milenial berwisata.

Bagi Indra, liburan sangat penting. Saking pentingnya, ia secara khusus membuat anggaran tabungan per bulan.

Menurut dia, liburan sudah seperti sebuah kebutuhan. Sebab, ujar dia, liburan merupakan pengalihan dari rutinitas harian.

Setiap tahun, ia bisa berlbur empat hingga lima kali. Namun, setelah memiliki kewajiban cicilan KPR, frekuensi liburannya berkurang menjadi dua hingga tiga kali dalam setahun. 

“Pas liburan bareng teman-teman yang emang jarang ketemu pas kerja rutin harian. Terus, setelah liburan tuh kayak beda aja perasaannya. Kayak reborn (lahir kembali) aja,” cerita dia antusias.

Lain lagi dengan Fathima, pegawai di industri e-commerce di Jakarta. Ia juga mengaku menganggarkan dana khusus untuk berlibur, hanya beda cara.

Ilustrasi turis yang merencanakan perjalanan keliling dunia
SHUTTERSTOCK/TORWAISTUDIO)
Ilustrasi turis yang merencanakan perjalanan keliling dunia

Fathima mengaku menyisihkan 4 persen dari total penghasilan tahunannya untuk liburan. Frekuensi liburannya pun disesuaikan dengan anggarannya itu.

"Gue nabung di tabungan biasa aja sih, pakai Jenius yang Flexi Saver. Jadi ya tergantung kalau berapa kali pergi dalam setahun. Kalau sekali pergi udah 4 persen dari gaji setahun, ya berarti dalam setahun sekali pergi aja. Tapi so far sih biasanya 2-3 kali setahun lah," jelas dia.

Menurut Fathima, banyak manfaat yang diperolehnya dari berlibur. Selain mengisi kembali energi, berlibur memungkinkan dia melihat dunia luar dan mengenal banyak orang.

Dengan itu, ia terus mengaktualisasi diri agar tidak sombong. Sebab, ia akan selalu menyadari bahwa dunia terbentang amat luas. 

"Biar enggak jadi orang sombong, karena dunia ini luas sekali. Kita sebagai manusia sangatlah insignificant," tutur Fathima.

 

Bank Tangkap Peluang

KECENDERUNGAN milenial untuk mempersiapkan anggaran khusus liburan ditangkap sebagai peluang bagi perbankan.

Salah satu bank yang fokus pada nasabah milenial dan generasi yang lebih muda adalah PT Bank BTPN Tbk. Bank ini juga punya aplikasi perbankan digital Jenius yang fiturnya cocok dipakai generasi milenial.

Jenius dihadirkan untuk memungkinkan nasabah untuk memiliki rekening bank dan mengelola keuangan dari ponsel, baik ponsel berbasis Android maupun iOS.

Salah satu fitur yang dihadirkan Jenius untuk memudahkan milenial menabung untuk liburan adalah Dream Saver. Fitur ini memungkinkan nasabah merencanakan keuangan dalam bentuk tabungan berjangka dan deposito yang dapat dipersonalisasi.

Jenius pun pernah melakukan survei tentang perilaku milenial mempersiapkan liburan dengan menabung. Riset menyasar 450 digital savvy (masyarakat melek digital) terkait tujuan menabung.

Kartu Jenius dari BTPN.
www.jenius.com
Kartu Jenius dari BTPN.

Digital Banking Value Proposition & Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan pihaknya, didapati 66 persen dari total peserta survei menyiapkan tabungan untuk jalan-jalan.

"(Dari total responden), 86 persen dari mereka itu menganggap jalan-jalan itu penting dan 66 persen dari 450 orang itu mengaku menyiapkan tabungan khusus untuk rencana jalan-jalan," kata Irwan.

Adapun dari hasil survei tersebut juga didapati 74 persen responden ternyata menggunakan layanan Jenius untuk menyiapkan finansial persiapan jalan hingga selama jalan-jalan berlangsung.

Irwan menambahkan, banyaknya masyarakat yang menggunakan layanan Jenius untuk persiapan liburan karena dalam aplikasi jenius terdapat fitur-fitur seperti Dream Saver dan Flexi Saver membantu masyarakat mewujudkan impian jalan-jalan ke tempat yang diinginkan.

Apa Kata Perencana Keuangan?

PERENCANA keuangan bersertifikat, Sylviana Maya Damayanti, menuturkan, perilaku keuangan generasi milenial menarik untuk ditilik.

Generasi ini kerap dianggap sebagai sandwich generation.

Sebab, generasi ini memandang uang dan mengelola uang dengan cara yang berbeda dibanding generasi-generasi pendahulunya.

Tidak hanya itu, situasi keuangan yang dihadapi milenial pun berbeda. Generasi ini kerap dianggap sebagai sandwich generation. Apa maksudnya?

"Maksudnya, kalau dia (berkeluarga dan) punya anak, dia harus membiayai anak-anaknya tapi juga harus menyokong orangtuanya. Jadi kegencet, seperti sandwich," ujar Maya kepada Kompas.com, baru-baru ini di Bandung, Jawa Barat.

Kondisi ini yang menurut Maya kerap membuat milenial susah menabung dan berinvestasi.

Ilustrasi menabung.
SHUTTERSTOCK/AFRICA STUDIO
Ilustrasi menabung.

Kalau sudah begini, kata Maya, penting bagi milenial untuk melakukan penganggaran di awal waktu.

Tujuannya, agar pengeluaran terarah dan keuangan tidak jebol. Untuk mengakalinya, uang yang dimiliki dialokasikan ke banyak pos, termasuk untuk liburan.

"Inilah pentingnya budgeting di awal untuk mengontrol supaya tidak kebablasan ke depan," sebut dia.

Terkait menabung atau menciptakan anggaran khusus untuk liburan, Maya memandang hal ini sah-sah saja.

Akan tetapi, ia menyarankan milenial agar seusai liburan tetap menjalankan anggaran untuk pos lain, termasuk menabung dan investasi. 

Nah, tak sesederhana itu ternyata membaca pikiran milenial soal uang, liburan, dan perencanaan masa depannya, bukan?

Walau begitu, sah-sah saja kok rutin liburan, asal memang bikin hati senang, bukan malah uring-uringan karena kehabisan uang setelahnya.

6 Tips Liburan yang Tak Bikin Kantong Jebol

BIAR lebih maknyus, ada sejumlah cara bisa ditempuh agar keuangan kamu para milenial tidak jebol saat liburan. Kuncinya lagi-lagi soal perencanaan keuangan.

Perencanaan biaya perjalanan adalah tugas yang paling penting biar liburan benar-benar bikin bahagia.

Ilustrasi perencanaan liburan
SHUTTERSTOCK/KITZCORNER
Ilustrasi perencanaan liburan

Kamu dapat memulainya dengan mengurangi segala biaya yang dapat dihindari untuk bisa berhemat.

Banyak hal yang tersedia dan dapat membantu kamu mendapatkan penawaran bagus tanpa membuat dompet berlubang.

Berikut 6 tips agar liburan kamu bisa lebih hemat seperti dikutip dari Etnownews.com.

1. Manfaatkan promo penerbangan

Cermati setiap promo penawaran penerbangan dari maskapai. Dengan memanfatkan promo, kamu dapat menghemat banyak uang untuk tiket penerbangan.

2. Riset hotel

Transportasi dan pemesanan hotel merupakan bagian besar dari anggaran perjalanan. Untuk mendapatkan penawaran terbaik, kamu bisa mulai dengan riset, termasuk untuk pemesanan hotel. 

3. Siapkan jauh-jauh hari

Rencana liburan sebaiknya disusun sejak jauh-jauh hari. Hal ini penting agar kamu dapat membayar biaya liburan lebih awal tanpa membebani kartu kredit, kartu debit, atau tabungan kamu.

Hal itu diyakini akan menyelamatkan kamu dari menumpuknya utang atau biaya liburan yang lebih mahal pada pemesanan menit terakhir.

4. Siapkan daftar pengeluaran

Siapkan daftar pengeluaran sementara dan kemudian mulai menabung. Susun estimasi pengeluaran ke mana kamu akan berlibur.

Estimasi biaya liburan ke Eropa tentu saja lebih mahal dari liburan di dalam negeri. Dengan mempertimbangkan tingkat inflasi, mulailah menabung.

5. Buat dana khusus

Membuat dana liburan khusus bisa dilakukan agar biaya liburan lebih hemat. Dana bisa berasal dari yang uang ekstra yang kamu dapatkan.

Misalnya, memakai uang dari bonus pekerjaan atau sisa tunjangan lainnya. Ini akan membiayai liburan kamu tanpa membiarkan kamu menghabiskan tabungan rutin.

6. Pinjaman

Kamu dapat memilih mengambil pinjaman khusus untuk liburan. Namun, pastikan kamu memiliki kemampuan untuk membayarnya kembali tanpa gagal bayar.

Lebih baik memeriksa berbagai tawaran pinjaman perjalanan dari bank atau fintech. Jangan lupa menilai kemampuan pembayarannya.