Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PII Tolak Sumbang Suara Pemilu

Kompas.com - 10/09/2008, 13:30 WIB

JAKARTA, RABU-Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) menampik rencana revitalisasi organisasi PII sekadar mendulang suara pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 mendatang. Revitalisasi PII sekadar mengaktifkan kembali pengkaderan anak-anak sekolah yang berjiwa pemimpin.

"Dalam AD/ART PII tidak bisa berpolitik, dan harus kita hindari. Tidak akan ada arahan secara organisasi untuk diarahkan ke kekuatan politik," kata Ketua Umum Perhimpunan Keluarga Besar Alumni PII Tanri Abeng usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (10/9).

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara ini mengemukakan, bila organisasi sudah sejak awal digiring untuk kepentingan partai, maka organisasi itu akan menjadi badan yang eksklusif. "Padahal kita maunya. Jadi tidak bisa dia menjadi kekuatan partai politik. Dan saya kira akan sulit," ujarnya.

Namun demikian, Tanri Abeng menegaskan, PII tidak bisa melarang bila kader-kadernya turut berkecimpung pada partai politik nasional di Tanah Air. "Kalau pribadi, kita tidak bisa larang," ujarnya.

Dilihat dari jumlah, PII mempunyai kader sebanyak 3 juta jiwa. Hal ini belum termasuk jumlah kader PII yang terhimpun pada keluarga besar alumni. Untuk keluarga besar alumni, PII mempunyai kader sebanyak 15 juta jiwa. Keluarga Besar alumni PII bahkan mengisi kursi di pemerintahan dan parlemen. Di pemerintahan, mereka ini antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri BUMN Sofyan Djalil, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menneg Perumahan Rakyat Yusuf Asyari, dan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa.

Menyangkut rencana revitalisasi PII, Tanri menjelaskan, Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan dukungan. Organisasi PII akan diisi para pelajar, dan bukannya mahasiswa. PII sendiri akan bergerak untuk menunjang ketrampilan, pembelajaran dan kepemimpinan para pelajar. "Kalau perlu anggaran dasar disesuaikan, dan diatas 20 tahun tidak bisa jadi anggota. Seyogianya dialihkan ke sana. Dan tugas kami adalah memberikan pematangan program," tandasnya.(Persda Network/Ade Mayasanto)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com