JAKARTA, KAMIS - Penurunan harga komoditas, terutama perkebunan, tidak membuat prospek investasi sektor ini meredup. Kalangan analis, pengusaha, dan pemerintah optimistis harga komoditas, terutama minyak sawit mentah, akan tumbuh positif pada awal semester II tahun 2009.
Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih di sela-sela seminar ”Agribusiness Outlook 2009” di Jakarta, Rabu (26/11), mengatakan, konsumen sudah mulai menyesuaikan diri dengan dampak krisis dan mulai meningkatkan belanja pada Semester II-2009. Seminar ini diselenggarakan oleh tabloid Agrina.
”Pasar yang pulih tidak hanya domestik, internasional juga demikian. Jadi, koreksi pasar akan terjadi pada akhir kuartal II dan permintaan komoditas perkebunan mulai naik lagi karena orang tetap membutuhkan makanan,” kata Bungaran.
Harga-harga komoditas naik tajam sejak semester II-2007 sampai semester I-2008. Sejak Juli, harga komoditas turun mengikuti harga minyak bumi. Harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok 67 persen dalam lima bulan, demikian juga karet.
Koreksi tajam, ujar Bungaran, terjadi akibat lonjakan harga terlalu tinggi saat permintaan biofuel meningkat. Oleh karena itu, harga-harga komoditas perkebunan akan segera mencari titik keseimbangan baru.
Pendapat serupa disampaikan pengamat agrobisnis dari Institut Pertanian Bogor, Tungkot Sipayung. Menurut dia, produksi pertanian tidak akan terlalu terpengaruh krisis karena permintaan di pasar tetap ada.
Pertumbuhan perekonomian Asia sebesar 6 persen selama lima tahun terakhir juga turut menggairahkan pasar komoditas.
”Sudah saatnya pemerintah meningkatkan orientasi ekspor ke pasar Asia. Hampir 60 persen penduduk dunia berada di Asia dan mereka kini mengarah ke kelompok berpendapatan kelas menengah,” kata Tungkot.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Menko Perekonomian Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, walau tetap memiliki peluang yang besar, sektor agrobisnis akan menghadapi tekanan yang tidak ringan, terutama di pasar domestik.
Investor agrobisnis diharapkan bisa menjalankan berbagai strategi untuk bertahan, setidaknya enam sampai delapan bulan ke depan. ”Pada periode inilah semua pihak diharapkan bisa memanfaatkan momentum. Pemerintah terus untuk mendukung pertumbuhan agrobisnis nasional,” ujar Bayu.