Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Flu Burung Kurang Efektif

Kompas.com - 06/01/2009, 22:00 WIB

 

JAKARTA, SELASA - Vaksinasi flu burung pada unggas ternyata tidak efektif untuk mematikan virus itu di dalam tubuh unggas sehingga tidak bisa mengendalikan penyebaran virus itu kepada manusia. Bahkan, vaksinasi secara sembarangan justru bisa meningkatkan tingkat keganasan virus tersebut dan berpotensi besar menular kepada manusia.

Menurut peneliti dari Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC) Universitas Airlangga, drh CA Nidom, Selasa (6/1), di Jakarta, hasil riset yang dilakukan menunjukkan vaksinasi pada semua jenis ayam, baik ayam buras atau kampung maupun ayam ras pedaging, tidak ada manfaatnya untuk mencegah penularan pada manusia.

Dalam riset itu, tim peneliti membandingkan antara kelompok ayam yang diberi vaksin flu burung dan ayam yang tidak diberi vaksin. Setelah dipaparkan dengan virus flu burung, ayam yang tidak mendapat vaksin langsung mati. Adapun ayam yang telah divaksin dan terbentuk antibodinya terlihat sehat meski telah dipaparkan dengan virus itu.

Namun ternyata feses atau kotoran ayam yang sudah divaksin itu positif mengandung virus flu burung sampai hari keenam atau hari terakhir pemeriksaan laboratorium. "Jadi, dari aspek penyebaran virus itu pada manusia, vaksinasi tidak punya manfaat apa pun, tetapi bisa mencegah kematian pada unggas," ujarnya.

Maka dari itu, pemerintah sebaiknya mengalihkan dananya yang semula untuk vaksinasi massal flu burung menjadi dana untuk kompensasi bagi para peternak yang unggasnya mati akibat terserang flu burung. Yang perlu dilakukan adalah, pengawasan flu burung secara nasional untuk memetakan daerah di mana ada unggas yang terinfeksi flu burung, ujarnya.

Selain itu, restrukturisasi industri perunggasan mendesak dilakukan. Salah satunya adalah, melarang perdagangan ayam hidup di pasar unggas, mengontrol lalu-lintas unggas antar daerah, dan melarang peternakan unggas di kawasan pemukiman."Pengendalian flu burung tidak bisa hanya dilakukan peternak, tetapi harus berskala nasional," kata Nidom.  

 

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com