Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Vaksinasi Unggas Perlu Dibenahi

Kompas.com - 07/01/2009, 20:14 WIB

JAKARTA, RABU — Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) Bayu Krisnamurthi, Rabu (7/1), di Jakarta, menyatakan, sistem vaksinasi flu burung pada unggas perlu dibenahi. Oleh karena, lemahnya sistem vaksinasi dikhawatirkan akan menyebabkan kurang efektifnya penanggulangan penyebaran flu burung.

Menurut Bayu, sejak awal munculnya kasus flu burung pada unggas, pemerintah telah memilih vaksinasi sebagai penanggulangan masalah flu burung dibandingkan dengan pemusnahan seluruh unggas di Indonesia dengan pertimbangan ekonomi. Saat memutuskan itu, sudah diketahui ada risiko-risiko dari dijalankannya vaksinasi di antaranya ayam yang diberi vaksin tetap hidup, tetapi jadi pembawa virus.

Saat ini ada dua masalah terkait vaksinasi flu burung pada unggas di Indonesia. Pertama, banyaknya jenis vaksin yang beredar dan hingga saat ini belum secara tegas dinyatakan mana yang paling efektif dan cocok untuk unggas di Indonesia. Masalah kedua adalah masih lemahnya sistem vaksinasi mulai dari jenis vaksin, bagaimana membawa atau mendistribusikan vaksin, dan jumlah tenaga vaksinator, ujarnya.

Pemberian vaksin flu burung tidak bisa hanya dilakukan sekali, tetapi harus beberapa kali, kata Bayu. Akan tetapi, di beberapa daerah pelaksanaan vaksinasi masih belum sempurna, baik jenis maupun distribusinya, apalagi rasio tenaga vaksinator dengan jumlah unggas sangat timpang. Akibatnya, tingkat efektivitas penggunaan vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh unggas terhadap virus flu burung relatif rendah.

Pemerhati masalah flu burung dr drh Mangku Sitepu menambahkan, beragamnya jenis vaksin flu burung yang beredar di pasaran dan banyak digunakan peternak bisa mempercepat terjadinya pandemi influenza. Ada yang menggunakan vaksin H5N2, H5N9, H5N1, H7N7, dan banyak lagi jenis vaksin lainnya. "Ini kan tidak benar dan bisa menyebabkan kurangnya imunitas pada unggas," ujarnya.

Maka dari itu, vaksinasi flu burung harus dilakukan dengan vaksin dan sistem yang benar. Jadi, vaksinasi masih tetap diperlukan. Beberapa negara yang tidak menerapkan vaksinasi tetapi memilih pemusnahan total unggas ternyata masih muncul kasus penularan flu burung pada manusia. "Ini berarti tidak ada upaya yang bisa menanggulangi masalah flu burung secara total," kata Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com