Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Klinis Flu Burung Makin Sulit Dikenali

Kompas.com - 11/01/2009, 17:40 WIB

JAKARTA, MINGGU — Diagnosis flu burung pada unggas makin sulit dilakukan karena gejala klinisnya menyerupai beberapa penyakit endemik lainnya. Untuk itu, para peternak dan masyarakat secara umum harus meningkatkan kewaspadaannya karena unggas yang terinfeksi flu burung tersebut tetap bisa menjadi sumber penularan kepada manusia.

Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) I Wayan Teguh Wibawan, Minggu (11/ 1), saat dihubungi dari Jakarta, tidak adanya gejala klinis yang khas pada unggas yang terinfeksi flu burung menunjukkan penyakit itu telah bersifat endemik. "Ini terjadi bukan hanya pada ayam kampung, melainkan juga pada ayam ras," ujarnya.

"Namun, hal itu bukan berarti terjadi perubahan sifat virus. Oleh karena hasil penelitian memperlihatkan virus pada unggas yang diberi vaksin tetap ganas, ada kemungkinan ini terjadi karena virus flu burung yang menyerang tidak 100 persen cocok dengan antibodi pada ayam, termasuk antibodi yang terbentuk oleh vaksin," kata Wibawan menambahkan.

Sebagai contoh, hingga saat ini kelompok virus flu burung dari Purwakarta dan Sukabumi berbeda dengan semua vaksin yang ada di Indonesia. Hal itu karena antigenisitas kelompok virus ini berbeda dengan dua kelompok virus lain di Indonesia, yaitu kelompok klasik Legok dan kelompok virus Sulawesi Selatan.

Manifestasi penyakit bersifat subklinis menunjukkan, disinyalir virus-virus flu burung bisa dideteksi dan diisolasi dari ayam-ayam yang tampak sehat. Ayam yang terlihat sehat pun bisa mengandung virus flu burung. "Itu perlu diperhatikan karena virusnya ganas dan bisa jadi sumber penularan," kata Wibawan.

"Maka dari itu, vaksinasi flu burung seharusnya hanya sebagai pelengkap dari tindakan pencegahan flu burung pada unggas. Yang harus lebih diperhatikan adalah sanitasi atau biosecurity, di antaranya petugas harus mandi dengan sabun serta berganti baju dan sandal sebelum masuk kandang, penanganan sekam sebagai alas kandang," ujarnya.     

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com