JAKARTA, KAMIS — Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional atau Perbanas minta Bank Indonesia selaku regulator tidak terus menekan bank-bank kecil untuk berkonsolidasi atau menaikkan modal. Aspek permodalan sebaiknya ditetapkan secara kualitatif, bukan kuantitatif.
Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono, Rabu (21/1) di Jakarta, menjelaskan, selama ini bank- bank kecil selalu dianggap batu sandungan dalam upaya menciptakan industri perbankan yang kokoh, sehat, dan efisien.
Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang termaktub dalam Arsitektur Perbankan Indonesia berupaya menghilangkan hambatan itu dengan mendorong bank kecil menaikkan modalnya ataupun bergabung satu sama lain sehingga menjadi besar.
Kenyataannya, kata Sigit, bukan merger yang terjadi, tetapi akuisisi besar-besaran investor asing terhadap bank-bank lokal. Dampaknya, industri perbankan pun makin didominasi asing.
Menurutnya, indikator daya tahan perbankan menghadapi krisis bukanlah modal nominal, melainkan rasio kecukupan modal (CAR) atau besaran modal yang telah memperhitungkan risiko.
Dilihat dari besaran CAR, bank-bank kecil umumnya memiliki rata-rata CAR sekitar 40 persen. Artinya, bank-bank kecil masih memiliki modal relatif besar untuk mengantisipasi segala risiko yang berpotensi muncul.
Saat ini masih ada 15 bank yang modalnya di bawah Rp 100 miliar. CAR terkecil dari kelompok ini adalah 19 persen, jauh di atas ketentuan BI yang 8 persen. Bank-bank ini, kata Sigit, tengah berada dalam ketidakpastian, terutama mengenai kebijakan permodalan BI ke depan.
Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supriyanto mengatakan, selama ini permasalahan yang kerap muncul di industri perbankan justru berasal dari bank- bank menengah besar yang dimiliki asing. Salah satunya adalah penjualan produk derivatif dan produk asing (offshore). "Krisis global juga dipicu oleh produk derivatif. Nah, bank-bank kecil umumnya tak menjual produk derivatif. Mereka beroperasi secara konvensional," kata Eko.
Dilihat dari sisi ini, kata Eko, bank kecil memiliki risiko yang lebih rendah. Selama ini pun bank kecil tidak pernah menyusahkan. Mereka juga tetap mampu bertahan hidup karena memiliki pasar tersendiri.