JAKARTA, SENIN - Penyelenggara jasa layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) sudah bersiap untuk memangkas tarif internet. Namun pengguna internet di rumah, di sekolah, atau di kantor masih harus bersabar menunggu tarif internet lebih murah. Penurunan tarif ke pengguna baru akan terlaksana setelah pemerintah tuntas menyelenggarakan tender lisensi telekomunikasi nirkabel akses pita lebar atau Broadband Wireless Acces (BWA).
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sylvia W. Sumarlin menegaskan syarat penurunan tarif internet tersebut. "Kami masih menunggu penyelenggaraan tendernya oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) tiga bulan mendatang," tandasnya, Minggu (1/2).
Sylvia yakin, kebijakan BWA ini merupakan solusi paling tepat untuk membuat tarif internet lebih murah. "Dengan catatan pemerintah segera menyelesaikan infrastruktur BWA," tambahnya. Jika tidak, konsumen harus mengandalkan jaringan dari operator telekomunikasi atau leased line yang biayanya jelas lebih mahal ketimbang teknologi BWA.
Saat ini harga bandwith yang dijual Network Access Provider (NAP) sebesar 1.200 dollar AS per Mbps. Harga ini sudah turun sekitar 15 persen ketimbang harga tahun lalu yang pernah mencapai 1.400 dollar AS per Mbps.
Namun, meski harga bandwith sudah lebih murah, Sylvia bilang, tarif internet tak bisa turun begitu saja. Penyelenggara jasa internet masih melihat faktor nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Sylvia mengelak menyebutkan seberapa besar penurunan tarif internet nantinya.
Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi memberikan gambaran, bila tarif bandwith turun sebesar 20 persen, maka akan mempengaruhi penurunan tarif internet di tingkat konsumen hingga sebesar 8 persen.
Dengan penurunan tarif bandwith sebesar 15 persen, diperkirakan tarif internet akan turun sebesar 6 persen. Artinya, masyarakat bisa menikmati penurunan harga internet dari tarif ke konsumen saat ini yang berkisar Rp 3.000 hingga Rp 10.000 per jamnya. "Namun, penurunan itu tetap bergantung pada ISP," tambah Mas Wigrantoro. (Yudo Widiyanto, Agung Ardyatmo/Kontan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.