Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Destruktif Defisit Fiskal Global

Kompas.com - 20/02/2009, 02:43 WIB

Penggelontoran stimulus fiskal dalam skala masif dan agresif dinilai vital untuk mencegah pelambatan ekonomi global, tetapi di sisi lain memunculkan kekhawatiran di kalangan ekonom terkait potensi dampak destruktifnya bagi perekonomian domestik dan global.

Peringatan antara lain dilontarkan oleh ekonom Harvard University, Jeffrey Sachs dan Martin Feldstein.

Dampak destruktif itu antara lain berupa crowding out effect (kompetisi sengit memperebutkan dana pinjaman yang terbatas) di pasar utang global, naiknya suku bunga pinjaman global, tekanan inflasi, serta tekanan terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang akibat tersedotnya dollar AS dan arus modal global ke surat utang AS serta negara-negara maju lain untuk pembiayaan paket stimulus.

Hal ini menyebabkan semakin sulitnya pembiayaan defisit fiskal di negara-negara berkembang dari utang untuk mendukung paket stimulus mereka dan terhambatnya upaya menurunkan suku bunga dalam rangka menggerakkan ekonomi dalam negeri.

Peringatan juga disampaikan sejumlah lembaga pemeringkat kepada sejumlah negara Asia karena ada tendensi ekspansi stimulus sudah ke arah membahayakan kemampuan untuk membayar kembali cicilan dan bunga utang.

Di AS, paket stimulus senilai 787 miliar dollar AS dan bail out terhadap sektor keuangan dan korporasi menyisakan defisit fiskal di pihak pemerintah federal sebesar 1,7 triliun dollar AS. Ini hampir empat kali lipat dari posisi defisit tahun 2008 yang 455 miliar dollar AS dan delapan kali lipat defisit 2007. Feldstein memperkirakan defisit fiskal AS tahun ini bakal melonjak di atas 10 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Stimulus sebesar itu juga membengkakkan utang nasional AS dari sekitar 9 triliun dollar AS menjadi 10,7 triliun dollar AS. Ini menjadi tanggung jawab pembayar pajak dan generasi mendatang. Dengan utang sebesar itu, setiap warga negara AS memikul beban utang 36.000 dollar AS.

Tak heran kalangan politisi di Kongres mengatakan, ”Kita sedang merampok dollar yang dihasilkan dengan susah payah oleh generasi masa depan Amerika karena kita mengandalkan mereka untuk (membayar) utang yang jumlahnya luar biasa,” kata Senator John McCain dari Partai Republik.

Pendekatan pragmatis

Seriusnya ancaman pelambatan ekonomi global dan desakan untuk menempuh langkah stimulus agresif membuat banyak negara, termasuk negara Uni Eropa, menempuh pendekatan pragmatis ”stimulus dulu, defisit diurus belakangan”.

Beberapa negara yang sebelumnya memupuk surplus fiskal juga merelakan membengkaknya defisit, termasuk Australia dan Kanada. Negara berkembang juga melakukan hal yang sama, dengan defisit fiskal negara berkembang Asia 1-12 persen dari PDB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com