Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Mahal Berlian Tidak Selalu Abadi

Kompas.com - 25/02/2009, 10:26 WIB

JAKARTA, RABU — Berlian adalah abadi. Tapi ini tidak berlaku untuk harganya yang terkenal mahal itu. Buktinya, kini di saat harga emas terus menanjak, harga berlian justru turun.

Harga berlian jatuh setelah menikmati kenaikan harga dalam dua dekade terakhir. Sekarang, banderol perhiasan mewah ini sudah menyusut 20 persen-30 persen dari rekor tertinggi pada Agustus 2008.

Menurut PolishedPrices.com, kemarin (24/2), indeks rata-rata harga berlian berada di posisi 113,3. Padahal, per 11 Agustus 2008 indeks harga berlian berada di 137,57. Jadi, rata-rata harga berlian sudah luntur 17,64 persen.

Penurunan ini tak lepas dari krisis ekonomi dunia. Akibat krisis, permintaan berlian di pasar Amerika Serikat anjlok 20 persen. Padahal, AS menyumbang lebih dari 50 persen permintaan berlian dunia.

Tak heran kalau stok berlian dunia kini berlimpah. Ingat pula, setiap berlian yang ditemukan dan dijual sejak awal mula, kalau tidak hilang pasti masih ada hingga kini. Malahan menurut data De Beers, peritel berlian terbesar dunia, warga dunia memegang 500 juta karat berlian. Jumlah ini 50 kali lipat produksi perusahaan kartel berlian tersebut.

Persoalannya, bagaimana kalau publik mulai menjual berlian milik mereka karena krisis? De Beers pun tak berdaya. Penjualan De Beers pada November dan Desember 2008 jatuh di bawah target. Bahkan, Jumat (20/2), De Beers mengungkapkan rencananya  meminjam 500 juta dollar AS dari pemegang sahamnya.

Sebelumnya, Januari 2009, De Beers mengatakan akan mengurangi produksi berlian mentah sebanyak 50 persen sampai April 2009. Caranya, De Beers akan memangkas waktu kerja dan memindahkan pekerja dari penggalian ke pemeliharaan tambang,

Ini sangat berbeda dibandingkan kondisi September 2008, tepat sebelum Lehman Brothers bangkrut. Waktu itu De Beers malah tak mampu memproduksi berlian cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan. Tapi, kini De Beers mesti menurunkan harga berlian mentahnya 15 persen-20 persen. De Beers mengontrol 40 persen pasar berlian dunia.

Konsultan berlian dari Tacy Ltd Chaim Even-Zohar kepada Bloomberg mengatakan, permintaan ritel herlian akan turun 15 persen pada November 2008 sampai Oktober 2009. Sedangkan permintaan berlian mentah anjlok 63 persen.

Di Indonesia, permintaan perhiasan berlian juga merosot. "Turunnya setara penurunan perhiasan emas, sekitar 40 persen dari tahun lalu," kata Iskandar Husein, Ketua Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia, kemarin.

Permintaan anjlok

Hendra Wijaya, pengelola Q Jewellery di Cikini, mengaku, permintaan berlian maupun emas makin sepi. Menurutnya, ini sudah terjadi sejak tahun lalu. "Sekarang mungkin malah lebih sepi ketimbang krisis 1998," imbuhnya.

Harga berlian di pasar lokal turun tipis jika dikonversi ke dalam rupiah. "Turunnya sekitar 10 persen-20 persen," ujar Hendra. Sebab, nilai tukar dolar terhadap rupiah terus menguat belakangan ini.

Itu adalah penurunan harga rata-rata. Sebab, berlian kualitas baik mengacu pada empat ukuran kualitas berlian, yakni cut, clarity, carat, color (4C) cenderung stabil harganya. "Berlian jenis ini adalah collector item, jadi harganya terjaga," kata Iskandar.

Yang turun banyak adalah berlian kualitas rendah. "Bisa lebih dari 20 persen," kata Hendra. Dengan beragam kualitas berlian, kisaran harga berlian satu karat saat ini mencapai sekitar 3.000 dollar-12.000 dollar AS.

Iskandar memperkirakan, harga perhiasan berlian akan masih melemah. "Perhiasan bukan alat investasi aman saat krisis sehingga permintaannya takkan naik," jelasnya.

Ini sangat berbeda dengan kondisi pasar emas. Sebagai safe haven investasi, permintaan emas berpeluang menanjak. "Terutama emas batangan," kata Iskandar. la melihat saat ini terjadi pergeseran investasi. Orang yang sebelumnya membeli berlian menjualnya dan membeli emas batangan.

Tapi, pasar di dalam negeri tergantung rupiah. "Kurs rupiah ini labil sekali. Begitu kurs rupiah menguat sedikit, harga emas dan berlian akan turun banyak," ucapnya. (Rika Theo, Wahyu Tri Rahmawati/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com