Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liku-liku Mempertemukan JK-Mbah Marijan

Kompas.com - 22/05/2009, 12:47 WIB

KOMPAS.com — Setelah ibu-ibu yang tangguh dengan sapu lidi dan caping menyapu jalan selepas hujan, Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Bu Ida dan anggota rombongannya tiba di pabrik Sido Muncul, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/5) kemarin.

Seperti setiap kali kunjungan kerjanya, kunjungan ke Jateng kali ini adalah kunjungan yang padat acara dan melelahkan juga. Deklarasi Pak Kalla sebagai capres menambah padatnya acara kunjungan kerja dengan biaya negara. Pada hari Kamis yang adalah hari libur itu, Pak Kalla sudah berada di tengah-tengah pedagang Pasar Johar alias Pasar Ja'i pukul 08.20.

Setelah dialog singkat tentang rencana renovasi pasar yang telah lebih dari 70 tahun usianya itu, JK, begitu Pak Kalla akrab disapa, blusukan ke dalam pasar. Setelah itu JK ke Masjid Agung Kauman, ke kediaman Kiai Dimyati di Kendal, menuju Pekalongan ke kediaman Habib Lutfi, meresmikan RSUD Pekalongan.

Setelah itu kembali ke Semarang ke pabrik Jamu Sido Muncul, ke Pondok Pesantren Adainuriah bertemu Kia Dzikron Abdullah, dan menutup dengan acara pelantikan tim suksesnya untuk wilayah Jateng.

JK baru tiba di Jakarta kembali pukul 23.00. Terbayang bagaimana padat dan lelahnya. Namun, hal-hal seperti ini sudah biasa bagi Pak Kalla. Meskipun sudah tua, kondisi fisiknya tetap terjaga.

Pak Azyumardi Azra yang lebih muda dan yang hampir selalu mendampinginya kerap keteteran mengikuti padatnya kegiatan JK. Ditanya apa rahasianya, Pak Kalla kerap bilang ikhlas dan rileks saja sehingga beban yang mungkin telah ada tidak bertambah berat rasanya.

Soal suasana rileks itu, terasa hampir di setiap kegiatan Pak Kalla. Karena rileks, spontanitas Pak Kalla baik terjaga. Suasana rileks itu makin sempurna saat Mbah Marijan menghampiri Pak Kalla di tengah-tengah peninjauan pengemasan jamu tolak angin di pabrik Sido Muncul.

Kedua orangtua ini saling menyapa dan tertawa seperti teman lama yang beberapa tahun sudah tidak berjumpa. Tak ada protokoler ketat yang tidak disukai Mbah Marijan di sana. Namun, mempertemukan Mbah Marijan dengan Pak Kalla memang bukan perkara sederhana.

Keduanya memang pernah berjumpa sebelumnya di Yogyakarta tahun 2007. Meskipun demikian, pertemuan kedua bukan tanpa kendala. Saat Pak Kalla tiba, Mbah Marijan menghindar. Kamera yang menyorot dan mengambil gambar dirinya dilarang dengan lambaian tangan tanda jangan. Keadaan ini membuat staf Pak Kalla yang ingin mendapatkan gambar Pak Kalla dengan Mbah Marijan kebingungan.

Dua operator lapangan Pak Kalla lantas turun tangan. Dengan menggenggam harapan, mereka menghampiri Mbah Marijan. Bujuk rayu diucapkan. Tak berapa lama, Mbah Marijan mereka arahkan ke dalam. Senyum operator lapangan mengembang. Gambar Mbah Marijan, yang diacu banyak orang soal-soal kebencanaan, dengan Pak Kalla didapatkan.

Pak Kalla terlihat senang. Demikian juga Mbah Marijan. Foto-foto langka dan penuh simbol ini dipastikan akan dimanfaatkan. Kemasan sedang disiapkan. Terima kasih Mbah Marijan. (Wisnu Nugroho A)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com