Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Terpilih, Rupiah Bakal Perkasa?

Kompas.com - 06/07/2009, 08:07 WIB

KOMPAS.com — Dalam tiga dari empat pilpres 12 tahun terakhir ini, rupiah terapresiasi terhadap dollar AS di bulan pelaksanaan pilpres. Berdasarkan data musiman ini, kita dapat mengharapkan penguatan rupiah lebih lanjut. Bulan pelaksanaan pilpres merupakan bulan yang unik di pasar uang karena tidak hanya terlihat kecenderungan tren yang kuat, namun juga menjadi bulan di mana mata uang rupiah menguat beberapa persen.

Seperti kita ketahui bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali ingin memenangkan pemilihan presiden tanggal 8 Juli nanti. Mantan Presiden Megawati Sukarnoputri serta Wakil Presiden Jusuf Kalla akan menjadi saingan dalam pemilu. Setelah  melalui jalan yang cukup panjang untuk menentukan pilihan siapa yang akan menjadi partnernya dalam pemerintahan, di luar dugaan publik,  SBY memilih  Boediono (Gubernur Bank Sentral Indonesia) sebagai wakilnya, dan  ini  mengangkat kredibilitas SBY dalam menjalankan kebijakan ekonomi mendatang.

Popularitas SBY terangkat sebagian karena persepsi strategi antikorupsi yang dijalankannya, perdamaian di Aceh, dan meningkatnya produktivitas agrikultur, serta kinerja ekonomi di masa krisis keuangan yang lebih baik dibandingkan negara ASEAN, terbukti mata uang rupiah menjadi best performer di Asia dengan penguatan sebesar 9 persen per akhir Juni 2009.

Penguatan rupiah saat itu dipicu oleh sentimen yang sama dengan konsensus yang terlihat di pasar saham global, yaitu optimisme atas potensi pertumbuhan pesat di tahun 2010 yang akan mengangkat ekonomi dari titik terbawah. Sinyal perbaikan prospek makro-ekonomi global ini serta berkurangnya pengalihan risiko investor menjadi daya tarik arus modal asing ke Indonesia. Di bulan Februari 2009, devisa BI ikut naik hingga 54 miliar dollar AS berkat tarikan swap agreement dengan Jepang, China, dan Korea. Faktor inilah  yang memupuk tingkat keyakinan para investor sehingga risk appetite (minat terhadap aset risiko) atas pasar Indonesia (obligasi dan saham) meningkat.

Kami melihat adanya korelasi yang kuat antara pasar saham, obligasi, dan rupiah. Performa rupiah banyak bergantung pada arus modal masuk dan keluar di pasar saham dan obligasi. Rupiah akan berada dalam tekanan jika pengalihan risiko global kembali berembus, ini bisa saja terjadi jika resesi berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Apalagi saat ini pasar optimistis ekonomi global sudah memasuki masa pemulihan.

Sentimen bisa cepat berubah yang efeknya akan mendorong pelaku pasar menarik modal mereka dan memarkirnya di dollar AS atau obligasi denominasi dollar AS yang dianggap lebih aman. Keluarnya modal asing secara besar-besaran pernah terjadi di pertengahan 2007, ketika itu rupiah melemah tajam dari level 9.000 ke 12.500.

Namun, kondisi ekonomi Indonesia saat ini bisa dikatakan kondusif dalam situasi resesi. Surplus neraca membaik dan masih bakal stabil sepanjang 2009, indikasi permintaan domestik akan pulih lebih awal dibanding perkiraan sebelumnya.

Di sisi lain, BI yang terus melanjutkan pemotongan suku bunga berdampak positif untuk pertumbuhan ekonomi. Kebijakan bank sentral yang baru diumumkan Januari 2009 lalu mengenai kewajiban eksportir komoditas untuk menggunakan letter of credit yang diterbitkan oleh bank lokal dengan tujuan membatasi capital outflow akan menjadi faktor pendukung rupiah. 

Pasar pastilah berharap pemerintahan SBY akan terpilih kembali untuk 5 tahun mendatang dan melanjutkan program-program ekonomi yang dipandang pro bisnis. Namun, orang bijak selalu waspada. Kita tidak akan terlena dengan hal-hal positif di atas. Ingat bahwa pasar Indonesia merupakan bagian dari pasar global. Faktor eksternal mungkin dan sangat mungkin membalikkan situasi.

Rupiah saat ini bergerak melemah namun masih terbatas di area 10.500 (level tertinggi 24 Juni) dan 10.750 (tertinggi 30 April), area ini merupakan strong resistance di samping BI sendiri memang menjaganya agar tidak terlalu jauh.

Jika SBY kembali memerintah maka rupiah sangat berpeluang kembali menembus level di bawah 10.000 sebelum menyentuh area 9.000. Dengan memanfaatkan momen ini semoga di hati kita semua kembali hadir semangat “aku cinta rupiah”. (CK/Senior Research and Analyst PT. Monex Investindo Futures)

Disclaimer:
Informasi apa pun yang dibuat atau diperlihatkan oleh Divisi Research and Analyst PT Monex Investindo Futures bukan merupakan rekomendasi untuk melakukan transaksi jual atau beli. Segala kerugian yang disebabkan oleh informasi yang ditulis bukan merupakan tanggung jawab dari Divisi Research and Analyst PT Monex Investindo Futures.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com