Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kekacauan Menjadi Normalitas Baru

Kompas.com - 29/08/2009, 08:51 WIB

Atau Clayton Christensen yang mengintroduksi munculnya “disruptive technologies” yang memicu tsunami lingkungan industri dan perekonomian secara keseluruhan.

New normality

Dengan adanya perkembangan baru ini, Kotler menyimpulkan bahwa saat ini kita memasuki sebuah era baru yang tak akan bakal balik lagi (irreversible), yang menunjukkan bahwa risiko bisnis menjadi kian besar dan ketidakmenentuan menjadi “menu” harian yang tak bisa dielakkan oleh setiap pelaku bisnis.

Dalam bahasa Kotler, dunia bisnis kini memasuki era ketika kita memasuki keseimbangan baru dengan “normalitas baru”(new normality) bahwa normalitas tersebut bukannya ditandai stabilitas dan certainty seperti terdapat pada era-era sebelumnya, tapi terbentuk dari ketidakmenentuan, diskontinuitas, dan khaos. Normalitas baru tersebut mewujud dalam bentuk kombinasi antara perekonomian yang boom, turun (downturn), resesi, bahkan depresi dalam siklus yang kian-kian cepat.

Normalitas baru yang mewujud dalam bentuk khaos itu tentu saja siap setiap saat memakan korbannya. Formatnya bisa di tingkat perekonomian dengan korban seperti negara sebesar Amerika atau negara sekecil Islandia.

Di tingkat industri, yang jadi korban adalah industri media konvensional (televisi dan surat kabar) dan industri periklanan yang ditinggal para pengiklan yang masuk media baru online, atau di tingkat perusahaan seperti GM dan Ford yang diterpa gelombang tsunami krisis global.

Dalam normalitas baru tersebut, perekonomian dunia menjadi semakin terkoneksi dan terindependensi satu sama lain. Tak ada satu pun negara di tiap jengkal dunia ini yang bisa luput dari gelombang khaos global, semuanya akan disapu habis tanpa ampun dan tanpa melihat besar kecil negara yang bersangkutan.

Kata Kotler, teknologi dan globalisasi yang menjadi forces of change utama telah menghasilkan apa yang disebutnya “interlocking fragility” dengan level yang tak terbayangkan dalam sejarah umat manusia.

Dalam kondisi rapuh tersebut, bencana di suatu negara akan dengan cepat berimbas dan menyebar ke negara lain, secepat virus flu babi. Dengan kenyataan baru ini maka para pelaku bisnis akan semakin sulit memprediksikan, apalagi menghitung risiko dan ketidakmenentuan yang terjadi dalam lingkungan bisnis.

Dalam situasi krisis seperti sekarang, harus diingat bahwa chaos is the new normality. Tidak ada yang bisa dipegang. Pembuatan keputusan semakin sulit karena informasi baik yang berdasarkan fakta atau sekadar gosip terus berkembang dan mengalir, diteruskan oleh orang-orang lewat berbagai macam konektor, baik itu di dunia offline maupun online.

Bagaimana pendapat Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com