Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Antaboga, Dana Abadi Atma Jaya Yogya Raib

Kompas.com - 10/09/2009, 20:39 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Atma Jaya Yogyakarta kehilangan dana abadi sebesar Rp 16,6 miliar yang diinvestasikan di PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia melalui Bank Century. Akibat kerugian ini, beberapa pembangunan gedung kampus terpaksa ditunda.

Wakil Rektor I Bidang Akademik selaku Penjabat Sementara Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) A Koesmargono mengatakan, dana abadi tersebut tidak bisa dicairkan sejak kasus Bank Century mencuat di media massa sekitar Desember tahun lalu. "Karena sejak dulu tidak juga ada kejelasan, kami sudah menganggap dana hilang," katanya di Yogyakarta, Kamis (10/9).

Selain itu, pemerintah melalui Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) juga hanya menjamin dana deposito nasabah senilai maksimal Rp 2 miliar. Dana abadi itu sedianya digunakan sebagai dana cadangan universitas dan hanya bunganya yang dimanfaatkan untuk kegiatan non-operasional kampus.

Oleh karena itu, kata Koesmargono, hilangnya dana abadi tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di kampus. Kesejahteraan karyawan dan dosen pun tetap menjadi salah satu prioritas yayasan dan universitas.

Akan tetapi, Margono mengakui, kerugian ini membuat rencana jangka panjang kampus terganggu. " Kami terpaksa menunda sementara rencana pembangunan gedung baru untuk Fakultas Hukum," tuturnya.

Investasi UAJY di Bank Century pertama kali dilakukan sekitar tahun 2001. Selanjutnya, dana dialihkan ke investasi reksadana PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia yang kemudian diketahui sebagai lembaga sekuritas fiktif Bank Century.

"Selain bunga yang cukup tinggi, investasi UAJY di Bank Century juga dilakukan atas dasar kepercayaan . Hal ini mengingat UAJY telah menjadi nasabah di bank tersebut sejak lama. Kami sudah lama menjadi nasabah Bank Century dan tidak ada masalah hingga kasus itu terjadi," ujar Koesmargono.

Untuk mengganti hilangnya dana abadi ini, pihak universitas melakukan sejumlah penghematan. Universitas juga berusaha menggalang kembali dana abadi melalui dana-dana konvensional atau dana yang dibayarkan oleh mahasiswa. Proses penggalangan kembali ini diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun. Ke depan, UAJY akan melakukan investasi hanya di bank pemerintah demi investasi yang aman.

Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta Budi Santosa Wignyosukarto mengatakan, dana abadi sangat penting bagi pengembangan pendidikan di sebuah perguruan tinggi. Dana ini hendaknya diinvestasikan di lembaga yang terjamin betul keamanannya karena merupakan dana milik masyarakat kampus. " Dana abadi diberikan oleh masyarakat dan mestinya digunakan untuk pengembangan pendidikan di perguruan tinggi itu," tuturnya.

Sementara itu Pengamat Investasi dari UAJY Prof Sukmawati Sukamulya berpendapat, keamanan investasi sangat penting terutama bagi lembaga jasa. Untuk meningkatkan keamanan tersebut, investasi sebaiknya dilakukan di lebih dari satu tempat. Jenisnya pun sebaiknya bermacam-macam , misalnya deposito, reksadana, dan obligasi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com