JAKARTA, KOMPAS.com — Pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) mulai gelisah dengan penerapan kebijakan perjanjian perdagangan bebas atau FTA yang bakal berlaku dua pekan lagi.
Menurut Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G Ismy, penerapan FTA ini berpotensi menurunkan penerimaan negara. Bahkan, pada tahun 2010 potensi defisit perdagangan tekstil dan garmen diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 miliar dollar AS.
"Kalau 1,2 miliar dollar AS itu normalnya. Kalau ada FTA, potential lost-nya lebih besar. Negara defisit akibat FTA itu. Ada lost dalam perdagangan tekstil dan garmen," ujarnya di Jakarta, Sabtu (18/12/2009).
Dia menjelaskan, perjanjian FTA telah ditandatangani pada tahun 2004. Kemudian, pada tahun 2005, perjanjian tersebut mulai diterapkan dengan penurunan bea masuk secara bertahap untuk beberapa sektor industri.
Akibat penerapan FTA itu, industri tekstil mulai mengalami defisit pada 2006 dan terus membengkak setiap tahunnya. Saat itu, industri tekstil mengalami defisit 107 juta dollar AS, tahun 2007 mencapai 186 juta dollar AS, 2008 mencapai 859 juta dollar AS.
Tahun 2009 ini diperkirakan defisit mencapai 895 juta dollar AS dan tahun 2010 sebesar 1,2 miliar dollar AS. "Tahun 2010, kita bisa minus lebih dari 1 miliar dollar AS. Ini membuktikan penerapan FTA tidak memberi keuntungan apa-apa," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.