Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkutan Kota Belum Didukung SPBG

Kompas.com - 26/01/2010, 03:00 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Program Pemerintah Kota Palembang untuk memasang alat pengonsumsi bahan bakar gas bagi 667 angkutan kota pada Januari 2010 memicu keresahan di kalangan pengemudi. Mereka mengaku kesulitan untuk mengisi ulang gas karena sampai saat ini belum tersedia stasiun pengisian bahan bakar gas atau SPBG di Palembang.

Ahmad Anshori (40), sopir angkutan kota (angkot) jurusan Ampera-Perumnas, Senin (25/1), mengatakan, selama belum tersedia SPBG di Palembang, maka alat yang disebut compressed natural gas (CNG) tidak akan berguna. Ia sendiri belum mendapat sosialisasi tentang cara penggunaan alat tersebut.

”Lebih baik kami menunda memasang alat itu di mobil sebab dari mana kami mendapatkan gas untuk bahan bakar kendaraan?” kata Ahmad yang sudah 10 tahun menjadi sopir angkot.

Sopir angkot lain, Rudi (35), mengaku sudah mendengar akan ada pembangunan SPBG di sekitar Jalan Demang Lebar Daun. Namun, jalan itu berada cukup jauh dari pusat kota Palembang, sekitar 2-3 kilometer ke utara.

Kendala jarak ini, lanjut Rudi, menyulitkan sopir angkot. Mereka harus bolak-balik mengisi bahan bakar gas.

Terkesan dipaksakan

Akhir pekan lalu, Dinas Perhubungan Kota Palembang sudah memasang alat CNG pada lima angkot. Pemasangan CNG akan dilanjutkan pada Selasa ini dengan target 40 angkot per hari sehingga hingga akhir Januari sudah terpasang 667 unit CNG.

Manajer Pengembangan Sumber Daya Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan Hadi Jatmiko menilai program pemasangan CNG pada angkot terkesan dipaksakan. Kenyataannya SPBG belum selesai dibangun. Hadi juga mempertanyakan kemampuan alat pengisi gas di SPBG.

”Alat itu harus diukur, apakah tekanan pengisiannya cukup besar atau tidak. Sebab, seperti yang kami amati di Jakarta, pengisian bahan bakar gas membutuhkan waktu lebih dari 20 menit per kendaraan,” kata Hadi.

Namun, Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Edi Nursalam yakin pemasangan CNG tak akan bermasalah. Angkot yang sudah dipasang CNG masih bisa mengonsumsi bensin karena alat itu sifatnya hanya sebagai tambahan.

”Kalaupun sopir angkot kehabisan gas, mereka masih bisa menggunakan bensin. Jadi, tidak ada yang perlu ditakutkan,” kata Edi.

Pemasangan CNG di angkot, lanjut Edi, merupakan program pemerintah pusat untuk mendukung terwujudnya angkutan umum ramah lingkungan. Secara nasional, program itu dilakukan di Kota Palembang dan Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2010.

Ke depan, Dinas Perhubungan tidak akan menerbitkan izin trayek bagi angkot yang tidak dilengkapi CNG. Alat tersebut saat ini sudah bisa dibeli di diler kendaraan dengan harga sekitar Rp 10 juta per unit. (YOP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com