Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Patekoan, THHK Berganti Cap Kau

Kompas.com - 22/02/2010, 12:11 WIB

KOMPAS.COM - Cap Kau. Atau lebih pas, SMA Cap Kau. Generasi setelah tragedi huru hara politik bikinan Orde Baru bercap G30S/PKI, baik Tionghoa maupun pribumi, mengenal nama satu gedung sekolah di Jalan Patekoan (kemudian menjadi Jalan Perniagaan), Jakarta Barat, sebagai Cap Kau. Sekolah Menengah Atas (SMA) Cap Kau tak lain adalah SMAN XIX (cap kau). Bukan SMAN-nya yang punya kisah panjang dan penting bagi warga Tionghoa, tapi gedung SMAN itulah yang penting.

Bangunan yang ada di pinggir Jalan Perniagaan itu,  berperan penting dalam organisasi atau perhimpunan Tionghoa modern pertama,  Tiong Hoa Hwe Koan  (THHK). Pada banyak sumber sejarah, disebutkan, organisasi ini didirikan pada tanggal 17 Maret 1900 di Batavia. Pendiri organisasi ini adalah Lie Kim Hok dan Phoa Keng Hek. Dalam petilan Riwajat 40 Taon THHK Batavia disebutkan, organisasi itu secara resmi diakui pemerintah Belanda pada 3 Juni 1900.

Sementara itu dalam sebuah penelitian tentang bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua Jakarta disebutkan, latar belakang berdirinya organisasi THHK adalah  munculnya kesadaran dari orang-orang Tionghoa akan identitas mereka yang merupakan imbas dari gerakan Seratus Hari Pembaruan di Cina, yang pengaruhnya hingga ke Indonesia. Gerakan ini bertujuan melakukan pembaruan Konfusianisme dan menjadikan Cina sebagai kerajaan konstitusional. Organisasi itu mengilhami lahirnya Boedi Oetomo pada 1908.

Setahun kemudian, pada 18 Maret 1901 berdirilah sekolah THHK yang pertama dan bertempat di Patekoan, Batavia. Pendirian sekolah ini atas bantuan dari Dr Liem Boen Keng, seorang pendukung gerakan Konfusianisme di Malaya. Guru pertama adalah Louw Koei Hong dari Singapura atas rekomendasi dari Dr Liem. Sekolah ini berbeda dengan sekolah Cina tradisional karena menggunakan metode pengajaran yang lebih modern.

Menurut pengamat budaya Tionghoa peranakan, David Kwa, perhimpunan THHK itu menempati sebuah bangunan berarsitektur Tionghoa beratap “Ekor Walet” lengkap dengan sepasang singa batu di depannya. Pembangunan sekolah THHK bernama Bachaguan Zhonghua Huiguan Xuexiao (Sekolah Tiong Hoa Hwe Koan Patekoan) dengan pendidikan modern menggunakan bahasa Inggris itu segera berkembang ke Tangerang dan Buitenzorg (Bogor). Nama sekolah itu kemudian disingkat menjadi Bahua atau Pahua kemudian menjadi Pahoa.

Tahun 1952, lanjut David Kwa, karena dianggap terlalu sempit dan tidak memadai, maka bangunan bersejarah bagi pergerakan kaum peranakan itu dihancurkan dan di atasnya dibangun gedung bertingkat yang baru. Yang paling parah adalah periode pasca 1965 ketika Bahua diambilalih pemerintah Indonesia dan dijadikan SMAN XIX. Sepasang cioqsai (patung singa), bagian dari bangunan lama, tak lagi ada. Kursi tua dan meja tua ala Tionghoa ikut raib.

Penelitian tentang gedung itu menunjukkan, di selatan bangunan itu berbatasan dengan Kali Krukut, bagian utara menghadap ke Jalan Perniagaan atau Jalan Patekoan. Sebelah barat berbatasan dengan Klenteng Tanda Bahkti dan di sebelah timur berbatasan dengan sebuah pasar tradisional. Gedung yang dibangun pada awal abad ke-20 ini bergaya Art Deco, terlihat pada bagian kiri gedung terdapat menara. Sepintas bangunan ini mirip dengan gedung bioskop Metropole di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Pada bagian depan gedung terdapat semacam prasasti yang menunjukkan keberadaan perhimpunan THHK. Sementara pada catatan sejarah memang disebutkan,  pada bagian depan ruang utama terdapat sepasang patung singa.

Sebagai informasi tambahan dari penduduk setempat, pada awalnya posisi gedung lebih tinggi dari jalan raya. Namun, sejak tahun 1960 jalan mengalami peninggian sebanyak tiga kali hingga saat ini keadaan berbalik. Hingga tahun 1960-an di depan gedung THHK masih dilalui jalur trem yang menghubungkan Jembatan Lima dengan Kota Intan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com