Dengan skenario defisit 2,2 persen dari produk domestik bruto (PDB), belanja subsidi untuk energi menjadi Rp 150 triliun. Jumlah itu meningkat Rp 43,5 triliun dari skenario defisit 2,1 persen dari PDB.
”Karena TDL (tarif dasar listrik) tidak naik, ya, subsidi menjadi naik. Subsidi juga naik karena harga minyak mentah naik, tetapi harga BBM (bahan bakar minyak) tidak kami naikkan. Perhitungannya sangat sederhana,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, pekan lalu.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah mengusulkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 kepada DPR dengan besaran defisit 2,1 persen dari PDB.
Dengan defisit sebesar itu, pagu subsidi BBM meningkat Rp 20 triliun dan subsidi listrik melonjak Rp 16,7 triliun dibandingkan dengan APBN 2010.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu, skenario defisit 2,2 persen dari PDB tersebut terutama karena didorong kenaikan subsidi BBM sebesar Rp 28,1 triliun.
Pagu awal subsidi BBM dalam APBN 2010 sebesar Rp 68,7 triliun, tetapi dalam APBN-P 2010 ditetapkan menjadi Rp 96,8 triliun.
Selain itu, subsidi listrik juga meningkat Rp 15,4 triliun. Target awal APBN 2010 subsidi listrik hanya Rp 37,8 triliun, tetapi dalam APBN-P 2010 menjadi Rp 53,2 triliun.
Subsidi listrik dan BBM dalam APBN kerap dikategorikan sebagai subsidi energi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.