Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parahyangan, Tak Cukup Cuma Romantisme

Kompas.com - 26/04/2010, 15:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan PT Kereta Api menghentikan operasional KA Parahyangan disayangkan sebagian besar pengguna layanan kereta api tersebut. Baik oleh mereka yang masih menjadi penumpang aktif maupun yang berstatus pernah mondar-mandir dengan KA jurusan Jakarta-Bandung dan sebaliknya.

Sejak kabar penutupan KA Parahyangan terpublikasi, respons pun merebak. Entah lewat jejaring sosial macam Twitter, Facebook, ataupun pemberitaan media massa. Tak sedikit yang bernostalgia, pernah punya kenangan di KA Parahyangan.

Namun, mempertahankan Parahyangan tak bisa hanya dengan bermodalkan kenangan. Pengamat perkeretaapian, Taufik Hidayat, mengungkapkan, kerugian Rp 46 miliar atas operasional Parahyangan memprihatinkan.

"Banyak yang meminta jangan ditutup, jangan ditutup. Maunya kereta jalan terus, karena hanya mengandalkan romantisme saja. Tapi kalau jalan terus, mereka juga enggak mau naik Parahyangan. Jangan karena romantisme, kemudian mengorbankan semuanya," ujar Taufik kepada Kompas.com, Senin (26/4/2010).

Taufik mengungkapkan, jika mempertahankan Parahyangan, dikhawatirkan akan berimbas dengan kereta api lainnya, terutama kelas ekonomi yang selama ini disubsidi pemerintah. "Berikutnya lagi, implikasi terhadap KA ekonomi yang selama ini mendapat subsidi. KA komersial seperti kelas bisnis dan eksekutif mereka mengalami kerugian. Saya khawatir, anggaran subsidi untuk kelas ekonomi yang akan menjadi korban untuk menutupi kerugian," ujarnya.

Apalagi, sambung Taufik, sesuai UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003 dan PP Nomor 45 Tahun 2005, sebagai perusahaan persero, PT KA juga dibebani untuk menangguk keuntungan dari kereta api kelas ekonomi yang disubsidi pemerintah.

Dengan banyaknya respons yang muncul terkait penutupan KA Parahyangan, menurut dia, perlu diperjelas misi perkeretaapian dalam sisi sosial dan komersial. Langkah PT KA yang akan meluncurkan Argo Parahyangan dinilai tepat untuk tetap mengakomodasi para penumpang yang terbiasa memanfaatkan kereta api tersebut. "Jadi, keinginan untuk tetap menggunakan nama besar Parahyangan tetap teratasi," kata Taufik.

Ke depannya, untuk mempertahankan kelanggengan perkeretaapian Indonesia, PT KA harus kembali ke track awal sebagai moda transportasi yang bisa diandalkan dari sisi keselamatan dan ketepatan waktu. Dua hal ini, dinilai Taufik, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kereta api mulai ditinggalkan dan kalah bersaing dengan transportasi udara ataupun transportasi darat lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com