KOMPAS.com — Ini dua cerita yang tersisa dari KA Parahyangan. Petugas restoran Parahyangan, Nanang (52), berbagi beberapa kisah yang dialaminya selama bertugas di KA tersebut selama 31 tahun. Ya, Nanang sudah menjadi pelayan makanan bagi para penumpang sejak tahun 1979. Banyak kisah yang kini dia jadikan kenangan, mulai dari cerita mistis hingga yang membuat tertawa dan bangga.
Salah satu cerita yang diungkapkan Nanang adalah hal mistis yang beberapa kali dialami saat melaju bersama Parahyangan pada malam hari. "Waktu itu, saya ikut kereta dari Bandung pukul 5 sore dan kembali lagi pada malam hari dari Jakarta. Sampai Bandung kira-kira pukul 1 dini hari-lah. Ada dua penumpang duduk sebelahan di kereta eksekutif. Dua-duanya tidur. Kemudian, ada satu kru dan saya yang duduk di belakangnya," cerita Nanang, dalam perjalanan terakhir KA Parahyangan menuju Bandung, Senin (26/4/2010) malam.
Saat itu, salah seorang penumpang terbangun dan menggerutu ada yang menggelitikinya. "Dia kira penumpang yang di sebelahnya. Padahal, masih tidur juga," kata dia. Tak lama, satu penumpang lainnya yang terbangun dan menggerutukan hal yang sama. "Siapa sih yang gelitikin saya," ujar Nanang menirukan ucapan si penumpang. Setelah kedua penumpang itu, akhirnya giliran kru restoran yang duduk di sebelah Nanang yang merasa kegelian karena dikitik-kitik. "Akhirnya, karena takut, saya, kru, dan penumpang itu ramai-ramai ke restoran, ngumpul di situ. Ha-ha-ha," katanya sambil tertawa.
Kisah mistis di KA Parahyangan, boleh percaya atau tidak, sempat juga diutarakan oleh beberapa orang yang pernah mengalami hal sama.
Rahasia nasi goreng
Selain kisah mistis, ada pula cerita tentang kesohoran Nasi Goreng Parahyangan. Pada perjalanan terakhir malam tadi, menu itu pula yang jadi incaran. Dengan harga Rp 16.000 per porsi, malam itu lebih dari 50 porsi terjual. Dua termos nasi pun ludes. Saya sendiri sempat merasakannya. Jujur saja, rasanya biasa saja. Namun, entah kenapa, menurut Nanang, menu itu pula yang jadi idola.
Apa sih rahasianya? "Saya juga enggak terlalu tahu. Bikinnya itu di bawah (tidak di dalam kereta). Dibawa ke atas sudah jadi. Katanya sih, bumbunya itu masaknya lama, jadi ngeresap ke nasinya," terang Nanang.
Ia mengatakan, pada masa jayanya, ada orang yang hanya membeli tiket peron masuk ke stasiun dan menyempatkan mampir ke restoran KA Parahyangan hanya untuk menyantap seporsi nasi goreng. "Sejak dulu memang jadi andalan. Sejak saya kerja di sini tahun 1979 sudah banyak yang suka," ujarnya.
Setelah KA Parahyangan ditutup, Nanang kemungkinan akan dialihtugaskan menjadi pelayan di restoran KA baru, Malabar, yang menghubungkan Bandung-Malang. "Semoga menu nasi gorengnya dibawa ke Malabar juga, biar rame," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.