Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Siap 'Tantang' PLN-Pemerintah

Kompas.com - 08/07/2010, 10:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) memang dikondisikan tak menyentuh langsung masyarakat kelas bawah, terutama mereka yang menjadi pelanggan 450 VA-900 VA. Namun, tetap saja masyarakat kecil akan 'kena getahnya'.

Dampak tidak langsungnya diproyeksikan datang dari kenaikan harga barang dan jasa akibat industri yang dikenakan kenaikan TDL. Apalagi, pengusaha menduga adanya ketidaksinkronan janji kenaikan TDL sebelumnya dari PLN dengan Surat Keputusan Menteri ESDM yang keluar kemudian. Mereka pun meminta pemerintah dan PLN menjelaskan formula perhitungan kenaikan tarif mereka secara terbuka.

Ketua pelaksana Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta Lie mengatakan, besaran dan simulasi tarif yang ditetapkan pemerintah ternyata berbeda dengan persepsi yang selama ini beredar di tengah kalangan pengusaha.

Menurut Tutum, SK Menteri mencantumkan besaran plus-plus yang makin membebani pengusaha. Akibatnya, ongkos produksi naik dan harga barang akan melambung.

"Berbagai sektor beda-beda kenaikannya. Dari retail, kami kan tergantung harga dari industri," ungkapnya di kantor Apindo kemarin.

Dalam menetapkan margin dan harga, para pengusaha retail tentu juga tergantung pada harga sewa gedung oleh pengusaha mal. Namun, Tutum masih enggan mengungkapkan prediksi perhitungan kenaikan harga versi mereka.

Besok saja, ungkapnya, Aprindo besama Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Forum Komunikasi Asosiasi Industri Nasional memang berencana menggelar keterangan pers soal kenaikan TDL, pagi ini.

"Yang pasti kami lihat perbedaan sekarang yang baru keluar dengan yang kemarin dijanjikan," tambahnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Garmen dan Asesori Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita, menyatakan kekecewaannya pula kepada ketidaksinkronan janji dan realisasi oleh pemerintah.

Sebelumnya, pemerintah berjanji menaikkan tarif pada kisaaran 10-16 persen. Namun, ternyata industri tekstil yang tergolong pelanggan E-III harus membayar kenaikan tarif jauh melebihi itu, yaitu dari Rp 492 ke Rp 680 untuk Luar Waktu Beban Puncak (LWBP).

"Jadi hitung saja itu berapa persen kenaikannya," ujarnya.

Dengan angka kenaikan ini, lanjutnya, bukan tak mungkin kenaikan harga barang-barang garmen dan aksesori bisa naik 10-20 persen. Para pengusaha pun berniat 'menantang' PLN untuk secara transparan menjabarkan formula perhitungan kenaikan tarif yang diberlakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

    Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

    Whats New
    Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

    Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

    Whats New
    Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

    Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

    Whats New
    Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

    Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

    Whats New
    Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

    Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

    Whats New
    Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

    Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

    Spend Smart
    Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

    Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

    Whats New
    Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

    Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

    Work Smart
    Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

    Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

    Work Smart
    Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

    Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

    Whats New
    Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

    Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

    Work Smart
    Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

    Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

    Whats New
    HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

    HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

    Rilis
    Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

    Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

    Whats New
    Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

    Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com