Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meretas Jiwa "Entrepreneur" TKI Hongkong

Kompas.com - 16/08/2010, 07:41 WIB

Pingkan Elita Dundu

Sridami (32) duduk di depan komputer di Warung Chandra, Leighton Road, Causeway Bay, di depan Kantor Konsulat Jenderal RI, Hongkong, Sabtu (3/7/2010) pukul 08.00 (atau lebih awal satu jam ketimbang Jakarta). Hari itu dia mendapat jatah libur sehari dari majikannya. Dia mengakses internet untuk berkomunikasi dengan teman-temannya melalui jejaring sosial Facebook.

Dia terbiasa dengan situs jejaring sosial berbahasa China Kanton tersebut. ”Saya 6 tahun bekerja di sini. Jadi sudah tahu bahasa sini,” kata Sridami, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Lampung.

Sejenak kemudian, wanita berkerudung hitam dengan busana gamis berwarna ungu itu menghentikan aktivitasnya. Dia bercerita soal suka-duka menjadi tenaga kerja di Hongkong.

”Kerja di sini enak. Majikannya baik, saya dapat libur sehari dalam seminggu. Makanya, saya betah kerja di sini,” ujar Sridami.

Pada perpanjangan kontrak selama dua tahun yang keempat kalinya itu, Sridami bersedia meninggalkan Putri Ruslan (6 bulan), anak semata wayangnya, yang saat itu baru berusia dua minggu di Serang, Provinsi Banten, demi meraih mimpinya untuk keluarga. Dia tiba di Hongkong baru dua bulan lalu. Sebelumnya, selama empat bulan dia menghabiskan waktu di penampungan TKI di Tangerang.

Saat ditanya apa mimpinya, Sridami membuka dompetnya dan mengeluarkan sebuah kertas lecek berwarna kusam. ”Inilah mimpi saya,” ucap Sridami sembari menunjukkan denah rumah yang digambar dengan pulpen tinta hitam yang berwarna buram.

Mimpi Sridami tak muluk-muluk. Kelak dia hanya ingin punya rumah dengan delapan kamar. Dia menghitung kebutuhan biaya pembangunan rumah impiannya sebesar Rp 850 juta. Demi mewujudkan impiannya itu, Sridami bertekad tidak akan sering mengambil jatah liburan agar ia mendapat uang lembur sebesar 120 dollar Hongkong atau sekitar Rp 140.000 per hari (1 dollar Hongkong > Rp 1.150 sampai Rp 1.180). Dia pun menyampaikan rencana itu kepada majikannya.

”Tekad saya, setelah punya rumah, saya akan buka usaha salon untuk masa depan Putri. Setelah itu, saya tidak mau balik lagi ke Hongkong,” ujar Sridami berharap.

Mimpi punya rumah sederhana dan usaha sendiri tak hanya milik Sridami. Hampir semua teman-temannya sesama TKI di Hongkong punya harapan sama. Mengubah nasib dan demi kesejahteraan hidup keluarga. Itu pula yang melatarbelakangi tekad mereka mengikuti Penyuluhan dan Pelatihan Kewirausahaan bagi TKI di Hongkong, Minggu (4/7/2010) di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Hongkong.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com